Gaung semangat perjuangan warga Kendeng terasa sampai di Yogyakarta. Pada Jum’at (24-03) sore, ratusan mahasiswa beserta sejumlah warga Yogyakarta menggelar “Aksi Solidaritas untuk Kendeng” di area Tugu Pal Putih. Mereka datang dari berbagai kampus Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta seperti UGM, UNY, UMY, UII, UNS, serta berbagai kampus dan organisasi lainnya. Mereka berdemonstrasi untuk menunjukkan dukungan terhadap warga Pegunungan Kendeng yang sedang memperjuangkan penutupan pabrik dan tambang milik PT. Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah.
“Aksi Solidaritas untuk Kendeng di Yogyakarta” diinisiasi oleh sebuah Aliansi Mahasiswa Peduli Agraria dan Kedaulatan Pangan berbasis di UGM yang bernama Weteng Kencot. Selain ramai dengan orasi, demonstrasi sore itu juga menampilkan aksi teatrikal. Penampilan tersebut memperlihatkan bagaimana perusahaan semen menindas warga Kendeng melalui simbolisasi pelumuran semen kepada petani dan hasil bumi.
Aksi serupa juga diadakan di sejumlah kota lain seperti Bandung, Malang, Makassar, Jambi, Samarinda, dan Balikpapan. Suara penolakan terhadap pabrik dan tambang semen di berbagai kota ini kompak mendesak pemerintah untuk segera menghentikan segala kegiatan pabrik dan tambang di Pegunungan Kendeng.
Armanda Prayugo, salah satu peserta aksi di Yogyakarta, menuntut pemerintah atau perusahaan tidak sembarangan mendirikan pabrik. Menurutnya, mereka tidak boleh lagi menggusur lahan-lahan pertanian. “Kalau memang mau mendirikan pabrik, perhitungkanlah izin lingkungan yang baik, yaitu yang menyejahterakan petani,” desak Armanda.
Pabrik dan tambang semen di Kendeng memang memiliki masalah izin lingkungan. Warga Kendeng telah menggugat izin pendirian pabrik dan tambang semen, karena dinilai akan merusak lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar. Pada 5 Oktober 2016, Mahkamah Agung (MA) memenangkan gugatan masyarakat Kendeng. Putusan MA memerintahkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, untuk mencabut izin lingkungan milik PT. Semen Indonesia karena dinilai ilegal.
Namun, tampaknya putusan tersebut tidak akan menghentikan operasi pabrik dan tambang semen di Kendeng. Ganjar telah menerbitkan izin lingkungan baru untuk pabrik dan tambang semen di Kendeng melalui SK Gubernur Nomor 660.1/6 Tahun 2017 yang diterbitkan tanggal 23 Februari lalu. Pabrik dan tambang semen akan mulai beroperasi pada awal April 2017 nanti. “Izin usaha operasi sudah selesai, tinggal teknisnya saja,” kata Ganjar kepada Kompas.com Februari lalu.
Aksi juga dipersembahkan untuk Yu Patmi, salah seorang warga Kendeng yang wafat pada 21 Maret lalu setelah melakukan aksi cor kaki dengan semen di depan Istana Negara, Jakarta. Patmi meninggal terkena serangan jantung saat masih berada di Jakarta. Suasana menjadi hening ketika demonstran melakukan doa bersama bagi perempuan yang meninggal pada usia 48 tahun itu. Sebagai salah seorang warga Kendeng, Patmi gigih memperjuangkan kampung halamannya dengan berkali-kali mengikuti aksi.
Cornelius Agustinus, koordinator lapangan “Aksi Solidaritas Kendeng di Yogyakarta”, melihat ada banyak propaganda dan pro-kontra yang muncul akhir-akhir ini. Menurut mahasiswa yang biasa dipanggil Jeki ini, semakin dekatnya waktu operasi juga menjadi alasan aksi-aksi digelar untuk menolak pabrik dan tambang semen. Ia menegaskan urgensi bagi seluruh elemen masyarakat untuk segera memihak masyarakat Kendeng dan menuntut pemerintah segera menghentikan segala kegiatan pabrik dan tambang semen. Semangat yang sama juga diusung Armanda sebagai sesama peserta aksi. Seperti Jeki, ia menekankan pentingnya memberi dukungan kepada Kendeng. “Apa pun yang terjadi, tetap bela Kendeng,” ujarnya lantang. [Sultan Abdurrahman]