Minggu (20/11) seorang lelaki muda berkacamata menggunakan kaos hitam polos lengan panjang tengah menjadi pembicara di Auditorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), UGM. Ia adalah Gisneo Pratala Putra, Mahasiswa tingkat akhir Teknik Mesin UGM sekaligus seorang wirausahawan di bidang teknologi yang telah menghasilkan berbagai inovasi, khususnya dalam Artificial Intelligence (AI).
Sejak kecil, Gisneo telah menyadari ketertarikannya di dunia TI dan mendalaminya dengan belajar dengan otodidak, terlebih pada pemrograman. Sejak SMP ia telah belajar meretas, lalu ketika SMA dia membuat router satu sekolah mati dan sempat membajak akses internet kepala sekolah, sehingga ia dapat menikmati fasilitas kepala sekolahnya. “Jadi saya tetap lancar akses internet di sekolah,” kenangnya dengan girang.
Pria kelahiran Solo 23 tahun silam ini juga memiliki cerita unik dibalik namanya. Ayahnya yang bekerja di Freeport mengalami turbulensi pesawat ketika berada di antara Sulawesi-Kalimantan saat kelahirannya karena kebetulan itu, ayahnya memberi nama dengan asal nama suku Bugis dan nama lain pulau Kalimantan yaitu Borneo sehingga menjadi Gisneo. Selain itu, ia sempat tidak bernafas setelah lahir, sehingga ia harus masuk inkubator selama 6 jam hingga akhirnya dapat bernafas. “kehidupan saya sebenarnya adalah keajaiban sejak awal,”ujarnya.
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan di Jurusan Teknik Mesin, UGM. Namun, Neo sapaan akrabnya, juga memiliki ketertarikan dalam bidang ekonomi dan bisnis. Bahkan ia sempat mendapat beasiswa melalui sebuah lembaga di Universitas Jerman, yaitu Freie Universitat Berlin Jurusan Ekonomi dan Fachhoschule Aachen Jurusan Teknik Mesin, tetapi ditolaknya, karena sang ayah menginginkan putra tunggalnya untuk mengambil antara fakultas kedokteran atau teknik mesin di salah satu universitas terbaik di Indonesia, sehingga dari dua pilihan itu ia terpaksa memenuhi permintaan ayahnya dan mengambil Teknik Mesin di UGM. “Alhamdulillah masuknya tidak terlalu susah. Namun, keluarnya yang masih bingung,” ujarnya sambil terkekeh.
Meski telah berhasil masuk di jurusannya saat ini, dia tidak melupakan kecintaannya pada dunia bisnis. Untuk mewujudkannya, ia menjual berbagai barang, termasuk barang antik. Bahkan, saat menjadi mahasiswa semester 3, Gisneo juga mulai menerima proyek dari dosen. Ia bercerita bahwa, sempat ditegur ketika nilai mata kuliahnya buruk namun proyek yang dikerjakannya memuaskan. “Saya pernah berandai, seandainya nilai itu dibayar pake cashback. saya yakin nilai kuliah saya pasti bagus,” kenangnya sambil tertawa.
Akan tetapi muncul rasa ketidakpuasan dengan hobinya tersebut, sehingga ia memutuskan untuk berhenti berdagang yang hanya menjual belikan barang saja. Ketertarikanya dalam bidang teknologi, mengantarkannya untuk mulai merintis profesi sebagai technopreneur yang bergerak di bidang AI. Keseriusannya ini dibuktikan dengan membuat berbagai aplikasi.
Diawali dengan membuat sebuah permainan pada HP Android (Chip Champs). Kemudian Ia juga menciptakan aplikasi pencari lokasi nyamuk (MOLO, Mosquito Locator). Serta aplikasi penunjuk lokasi pencemaran air (Drops). Drops ini berhasil dalam mengurangi pencemaran air hingga dilirik oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Republik Indonesia dan United Nations Global Pulse untuk diajak kerjasama.
Terakhir pria alumni SMA N 1 Surakarta ini, sedang sibuk menyiapkan sebuah platform sosial media yang akan rilis bulan Januari 2017. Platform tersebut bernama Wideboard, terinspirasi dari keresahannya melihat sosial media sekarang yang kurang menekankan interaksi sesama penggunanya dan tidak mendidik-bermuatan politis. Berdasarkan penjelasannya, pasar sosial media di Indonesia masih sangat besar. Dari 259,1 juta penduduk Indonesia, 88,1 juta dalah pengguna internet dan 79 juta diantaranya merupakan pengguna sosial media. “Kalo kita lihat tingkat pertumbuhan, 15% untuk pengguna internet, 10% untuk pengguna jejaring sosial 6% untuk pengguna mobile setiap tahunnya, sehingga pasarnya masih tinggi,” tuturnya.
Pria yang sudah memiliki pujaan hati ini, tidak pernah bekerja sendiri dalam mengeksekusi inovasinya. Terbukti dengan 2 perusahaan rintisan yang dia pimpin yakni, Circustudio Creative Labs yang bergerak di bidang desain, dan Wideboard. Timnya tersebut yang membantu mengeksekusi konsep untuk digagas dengan baik. Tidak hanya menjadi eksekutor yang baik, ia menilai timnya adalah tim hebat karena mampu bertahan dalam satu bidang yang sama karena ia sendiri mudah bosan dan ingin terus mencari tantangan baru di bidang lain “Kalau tidak ada mereka, Alfian, Dhafin, Ridwan, Rian, dan Bintang yang membuat saya resisten, saya pasti sudah tidak menggeluti bidang ini lagi,” imbuhnya.
Pria yang juga merupakan konsultan pengembangan bisnis PT. Indofood Sukses Makmur Tbk – Divisi Bogasari. Menganggap bergerak di dunia teknologi dan inovasi adalah hal mutlak yang dibutuhkan. Keharusan untuk selalu berinovasi, tidak membuatnya kehabisan akal karena menurutnya, semua ide-ide berasal dari permasalahan yang ada di sekitar. “Ide-ide saya datang dari permasalahan sekitar, karena yang saya coba lakukan adalah menyelesaikan permasalahan,” ungkapnya.
Menurutnya masih banyak kalangan anak muda di Indonesia masih melihat masalah tanpa mencari solusi yang konkret. Gisneo berharap generasi muda dapat menyelesaikan dan menuntaskan masalah-masalah yang ada dengan cara generasi muda saling bersinergi. Ia berpesan, bahwa berpikiran positif adalah hal penting untuk generasi muda agar bisa membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi “Kalau skeptis terus, kita kapan berinovasinya?” pungkasnya. [Afal Ranggajati, Cintya Faliana Dewi, Dwi Apri Kurniawan]