Kamis sore (18/11), Divisi Kajian Strategis Keluarga Mahasiswa Manajemen dan Kebijakan Publik UGM (Kastrat Gamapi) mengadakan pemutaran dan diskusi film “Jakarta Unfair”. Acara tersebut berlangsung di selasar barat gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Diskusi ini menghadirkan Dr. Ir. Eko Teguh Paripurno, M.T., dosen Jurusan Geologi Universitas Pembangunan Negeri “Veteran” Yogyakarta sebagai pemantik. Hardian Relly, Ketua Divisi Kastrat Gamapi mengatakan bahwa film ini dijadikan bahan diskusi karena informasi penggusuran selama ini hanya didapat dari televisi saja. “Isu penggusuran ini juga sedang banyak dibahas dan kami ingin tahu fakta di lapangan seperti apa,” tambahnya.
Film dokumenter tersebut menceritakan peristiwa penggusuran yang terjadi di daerah Jakarta dan sekitarnya. Dalam film itu, beberapa warga korban penggusuran enggan untuk direlokasi karena kondisi rusun yang menurutnya tidak layak. Mereka akhirnya memilih bertahan meskipun ada juga yang bersedia direlokasi ke rumah susun. Watchdoc sebagai pembuat film ini mengambil latar tempat di daerah Kalijodo, Pasar Ikan, dan daerah lain di sekitar Jakarta.
Diskusi ini diawali dengan penuturan Eko mengenai kebijakan pengelolaan tata ruang. Ia menjelaskan bahwa pengelolaan tata ruang ini banyak terjadi tumpang tindih kepentingan. “Akan selalu terjadi konflik kepentingan antara aspek sosial, ekonomi, dan konservasi sumber daya alam,” tuturnya. Ia juga menjelaskan bahwa sisi sosial dan ekonomi dalam penggusuran lebih diperhatikan hingga melupakan upaya konservasi sumber daya alam. Padahal, tambah Eko, sumber daya alam yang tersedia di bumi terbatas dan manusia harus menyesuaikan.
Selain terkait dengan kebijakan pengelolaan tata ruang, Eko juga menyinggung tentang masalah penggusuran yang akan terjadi di Yogyakarta. Ia memantik agar peserta mengkaji isu-isu mengenai penggusuran yang akan dilakukan di bantaran Kali Code sebagai imbas pembangunan bandara di Kulon Progo. Dosen mitigasi bencana ini juga mengajak agar peserta memahami tentang kondisi Indonesia kedepannya. “Masalah penggusuran sebagai implementasi kebijakan ini juga akan dilakukan di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Eko berharap agar acara ini tidak berhenti pada diskusi saja, melainkan juga dapat membuat mahasiswa turut begerak. Sementara itu, Relly mengungkapkan pemutaran film dan diskusi ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran pemahaman mengenai masalah penggusuran dari berbagai sudut pandang. Salah seorang panitia lainnya, Zahra Putri, mahasiswi Manajemen dan Kebijakan Publik ‘15 juga berharap hal yang demikian. “Jadi ketika kelak kita menjadi pembuat kebijakan, kebijakan itu tidak hanya dapat dijalankan namun juga berdampak positif bagi masyarakat,” pungkasnya. [Ahmad Fauzi, Dwi Apri Kurniawan, Maria Hana]