Giriloyo merupakan salah satu kawasan sentra kerajinan batik di Yogyakarta. Salah seorang pengrajin batik di desa ini adalah Mbah Daris. Di usianya yang telah senja, ia masih lihai membatik. Kini Mbah Daris hanya mengerjakan pola dasar batik tulis saja. Sisa pengerjaan batik ditangani oleh kelompok bengkel mewarnai batik.
Selain pengrajin, dunia batik-membatik di desa Giriloyo dihidupkan oleh anak-anak sekolah dasar. Salah satunya adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Giriloyo yang mengadakan ekstrakurikuler membatik bagi siswa kelas 4 dan kelas 5. Melalui kegiatan tambahan non-akademik ini, diharapkan dapat melestarikan batik di tengah gempuran zaman.
(Foto dan teks: Kurnia Putri Utomo)

Mbah Daris tengah membatik. Tak seperti pembatik lain, ia tidak perlu menggambar pola terlebih dahulu. Walaupun kecepatan membatik Mbah Daris tak seperti di masa muda-nya, kualitas batik tetap terjaga.

Siswa MI Giriloyo sedang menggambar pola batik. Setiap anak di kelas ekstrakulikuler batik diberi secarik kain mori untuk digambar sesuai kreativitas masing-masing.

Kepala sekolah MI Giriloyo tampak membimbing siswanya membatik. Selain menjabat sebagai kepala sekolah, ia juga aktif mengajar batik untuk anak didiknya.

Paguyuban kerajinan batik di desa Giriloyo membuat mini shop untuk menampung karya warga dengan kisaran harga mulai dari Rp 300.000,00 hingga jutaan rupiah. Pembeda harga satu sama lain ialah tingkat kerumitan warna, pola, dan lama pengerjaan. Paguyuban ini sering menerima kunjungan dari berbagai instansi yang berminat untuk mempelajari batik.