Judul Film : Top Secret a.k.a The Billionaire
Durasi : 124 menit
Aktor :
- Pachara Chirathivat sebagai Top Ittipat
- Walanlak Kumsuwan sebagai Paman Top
- Somboonsuk Niyomsiri sebagai Lyn (kekasih Top)
- Thanom Assawarungrueng sebagai Ayah Top
- Karnsiree Kulkaweewut sebagai Ibu Top
Genre : Drama
Tahun : 2011
Sutradara : Songyos Sugmakanan
Kegagalan dan inovasi merupakan celah untuk mengungkap kunci sukses
dalam mengembangkan bisnis.
Di era globalisasi ini, tatanan ekonomi dunia mengarah pada pasar bebas dimana negara maju menjadi kiblat bagi negara berkembang. Ini merupakan sesuatu yang menakutkan bagi negara berkembang jika sumber daya manusianya tidak mampu bersaing. Di sisi lain, globalisasi bisa menjadi peluang dan kesempatan bagi pelaku usaha mikro untuk lebih berkembang dalam memajukan perekonomian. Hal ini dilambangkan dengan peningkatan total output masyarakat yang dapat dilihat dari inovasi para pengusahanya. Inovasi penting bagi pengusaha untuk berkembang dan bertahan dalam dunia wirausaha seperti yang dikisahkan dalam film The Billionaire.
Film yang disutradarai Sungyos Sugmakanan ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Top Ittipat (Pachara Chirathivat) yang memiliki impian menjadi pengusaha muda. Dalam perjalanan bisnisnya, ia mengalami beberapa kali kegagalan. Berawal dari bisnis game online yang ilegal, kemudian ditipu dalam berbisnis DVD Player, hingga bisnis kacang panggang yang menuai banyak persoalan. Bisnis terakhirnya terbilang sukses. Namun, karena kurang matang dalam perencanaan strategi, ditengah kesuksesannya muncul banyak persoalan yang memicu kegagalan.
Kegagalan membuatnya memahami prinsip yang harus dipegang oleh seorang pengusaha. Seorang pengusaha harus berani mengambil risiko, bekerja keras, cerdik, tetap berhati-hati, serta cermat dalam membaca peluang. Top hampir memegang seluruh prinsip tersebut, namun ia terlalu terburu-buru dan kurang hati-hati dalam memulai usaha sehingga tidak terencana dengan matang. Kegagalan mengajarkan hal penting dalam berwirausaha diantaranya inovasi produk, legalitas usaha, pemilihan tempat pemasaran, serta penggunaan teknologi yang harus dipikirkan dampak kedepannya.
Berangkat dari pengalaman sebelumnya Top memulai kembali usahanya, kali ini bahan baku utamanya adalah rumput laut. Tantangan yang harus dipecahkan oleh Top adalah rasa rumput laut yang pahit ketika digoreng. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menemukan cara agar rumput laut tersebut tidak pahit, yaitu dengan merendamnya dalam air agar lembab. Rumput lautnya pun mulai diproduksi dan dipasarkan. Bisnis camilan rumput lautnya ini cukup berhasil menarik minat pasar.
Top tidak ingin berhenti sampai disini, ia memikirkan strategi dalam memasarkan produk agar lebih cepat mendunia. Saat itu Top terpikirkan menerapkan strategi hutan rimba. Strategi ini lebih tertuju pada cara menjual produk agar bisa tersebar dan terdistribusi dengan sangat luas layaknya hutan rimba. Bekerjasama dengan distributor ritel yang jaringannya sudah menggurita merupakan salah satu cara penerapan strategi ini. Ia memasukkan produknya ke salah satu perusahaan besar, tetapi prosedurnya sangat rumit. Mulai dari kemasan dan harga yang sesuai ketentuan, sampai ia harus membuat pabrik sesuai standar internasional.
Pembangunan pabrik tersebut membutuhkan modal besar, sehingga kesulitan dalam mencari modal menambah persoalan baru. Di Indonesia sendiri masalah ini sering dialami pengusaha-pengusaha yang baru merintis. Banyak yang memiliki ide, kreasi serta inovasi namun tak mampu berkembang karena terganjal modal. Rumitnya peminjaman modal di bank membuat pengusaha kecil sulit berkembang dan cenderung mengalami kegagalan. Tetapi Top bisa melewati itu semua. Produknya diterima oleh 7-eleven dan siap untuk dipasarkan.
Kegagalan dan kesulitan yang dialaminya justru menghantarkan Top pada posisinya saat ini. Kini Top Ittipat merupakan produsen camilan rumput laut yang terkenal di Thailand, bahkan dunia. Pemuda ini berpenghasilan 800 juta baht (sekitar 235 milyar rupiah) per tahun dan mempekerjakan 2.000 karyawan. Produknya bernama “Tao Kae Noi” yang memiliki arti “Pengusaha Muda” sesuai dengan impian Top sejak awal.
Film yang berhasil masuk dalam beberapa nominasi pada National Film Association Award tahun 2012 ini menginspirasi dan memotivasi para pengusaha muda. Kesulitan dalam memulai usaha dan kegagalan yang terjadi merupakan hal yang menghantarkan pada kesuksesan. Namun, film ini terkesan terburu-buru sehingga perjuangan Top kurang terasa. [Benita Ayu C.A.]