Lagu Sik Sik Sibatumanikam menggema di Gelanggang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Kamis (16/9). Lagu khas suku Batak ini, menjadi pembuka konser “PSM UGM Goes To Italy 2016 On Pamit Gelanggang”. Konser ini menjadi ajang pemanasan tim Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UGM sebelum mengikuti perlombaan paduan suara di Italia.
PSM UGM akan mengikuti Rimini International Choral Competition yang diselenggarakan sejak tanggal 21 hingga 24 September 2016. Tim PSM UGM rencananya akan bertolak ke Jakarta pada hari Sabtu, sebelum akhirnya menuju Italia. “Ada dua puluh tujuh penyanyi, terdiri dari tujuh orang penyanyi bersuara sopran, tujuh orang bersuara alto, tujuh orang bersuara bass, enam orang bersuara tenor dan satu kondaktur. Kami juga membawa tiga official team dan satu pembina,” seloroh Aprilio Ade Wismoyo, ketua PSM UGM.
Pada kompetisi ini, Ade dan kawan-kawan akan mengikuti dua kategori sekaligus, yaitu kategori Folklore dan Sacred. “Foklore sendiri adalah kategori yang berisi lagu-lagu daerah atau tradisi. Sedangkan Sacred lagu-lagunya itu berisi nilai-nilai ketuhanan dan rohani,” tambahnya. Rencananya sebanyak empat lagu akan mereka bawakan di masing-masing kategori. Pada kategori Foklore mereka akan membawakan empat lagu, tiga lagu daerah Indonesia dan satu lagu daerah luar negeri. “Lagu yang pertama ialah Ugo-Ugo dari daerah Banyuwangi, yang kedua Tak Tong-Tong dari Sumatera Barat, satu lagi lagu Benggong dari daerah Nusa Tenggara Timur. Juga satu lagu Folklore luar negeri judulnya let me fly,” tambahnya.
Untuk kompetisi ini, tim PSM UGM melakukan dua persiapan. Persiapan pertama yaitu dari segi administratif, mulai dari pendaftaran, mengurus visa, tiket penerbangan, makan juga penginapan. Persiapan selanjutnya yaitu dari segi persiapan artistik. Mereka yang biasanya latihan pada hari Senin hingga Sabtu dalam sebulan terakhir bahkan sampai menambah jam untuk latihan. “Porsi latihan tim PSM UGM ditambah sejak bulan Mei sampai Saptember,” terang Ade.
Ade mengaku, kendala terbesar sebelum mengikuti kompetisi ini adalah dari segi pendanaan. Ini yang kemudian mendorong mereka berinisiatif mencari sponsor, donatur dan berjualan cindera mata PSM, seperti kaos, mug juga stiker. “Bahkan kami sampai mengamen di pusat perbelanjaan,” tambahnya.
Hal ini dilakukan karena tanggungan tim yang tidak sedikit. “Memberangkatkan tiga puluh tiga orang ke Italia, tanggungan tiket, penginapan juga makan, dananya itu tidak sedikit.” terang Ade. Antari Inaka, pembina PSM UGM juga mengapresiasi perjuangan anak-anak binaannya.“Hebatnya mereka selain latihan juga mencari dana, karena berangkat ke sana kami membutuhkan banyak dana,” tutur dosen Fakultas Hukum UGM ini.
“Saya dan tim berharap, hasil yang kami bawa nanti dapat membanggakan semua pihak yang telah mendukung perjuangan kami,” terang Ade. Pasalnya PSM UGM bukan hanya menjadi perwakilan universitas, tapi juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia di kompetisi internasional ini.
Setelah menghabiskan sepuluh hari di Rimini dan menyelesaikan kompetisi Rimini International Choral Competition, Tim PSM UGM juga memiliki agenda menggelar konser. “Di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) perwakilan Roma, kami akan menggelar konser kebudayaan,” pungkas Ade.[Rosalina.W.S]