Minggu (01/05) pukul 20.00 WIB, Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., beserta jajarannya melakukan siaran langsung di studio Swaragama FM. Siaran langsung tersebut memperbincangkan aksi yang akan dilakukan mahasiswa pada 2 Mei 2016 di Rektorat UGM. Pada kesempatan itu, Dwikorita mengatakan bahwa aksi itu merupakan simulasi geladi demonstrasi yang difasilitasi oleh UGM. Hal itu menjadi sarana bagi mahasiswa untuk melatih kepekaan akan isu yang sedang terjadi di dalam kampus.
Beliau juga menjelaskan bahwa aksi esok hari merupakan panggung demokrasi bagi mahasiswa. “Aksi tersebut merupakan praktikum lapangan bagi mahasiswa untuk berlatih mengemukakan pendapatnya,” tuturnya. Beliau menambahkan bahwa mahasiswa bebas mengemukakan apa saja, akan tetapi harus menyertakan bukti yang memadai.
Pendapat Dwikorita tersebut menuai protes dari mahasiswa. Sekumpulan mahasiswa menyambangi kantor Swaragama untuk mengklarifikasi pernyataan Dwikorita. Badrul Arifin, Manajemen Kebijakan Publik ’13, yang hadir pada malam ini, mengatakan bahwa pendapat Dwikorita tidaklah sesuai dengan kenyataan. Badrul menjelaskan bahwa aksi yang akan dilaksanakan besok adalah murni inisiatif mahasiswa karena kepeduliaan terhadap kondisi kampus. Jadi menurutnya, jelaslah bahwa aksi itu bukanlah sebuah simulasi atau pelatihan belaka. “Kami menuntut masalah yang nyata, bukan sekedar simulasi bohongan,” papar pimpinan bidang Advokasi dan Opini Publik Dewan Mahasiswa Fisipol ini.
Badrul menyayangkan pernyataan Dwikorita. Menurutnya, penjelasan yang dilontarkan Dwikorita menunjukkan bahwa UGM tidak menghargai usaha dari mahasiswa. “Makanya saya berada disini untuk mengklarifikasi pernyataan tersebut,” tuturnya.
Setelah siaran langsung berakhir, rombongan Dwikorita keluar dari Kantor Swaragama. Prof. Iwan Dwiprahasto M.Med.Sc., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaaan dan Akademik, yang hadir mendampingi Dwikorita, keluar terlebih dahulu. Beliau membenarkan tentang aksi yang akan dilakukan mahasiswa esok hari dan memaparkan penjelasan terkait pernyataan Dwikorita. “Pihak rektorat akan memfasilitasi aksi tersebut,” ungkap Iwan. Beliau menjelaskan bahwa aksi yang akan berlangsung esok hari akan menjadi proses pembelajaran bagi mahasiswa. Terutama bagi mahasiswa yang ingin menjadi politisi. “Kegiatan ini akan memberi pelajaran bagi mahasiwa bagaimana cara berdiskusi dan mengemukakan pendapat dengan benar,” jelasnya.
Beliau menambahkan bahwa semua mahasiswa, baik klaster sosio-humaniora (soshum) dan sains dan teknik (saintek) berhak mengikuti kegiatan besok. Akan tetapi, beliau lebih mengkhususkan mahasiswa soshum. Dikarenakan kegiatan semacam ini memang menjadi fokus kajian mahasiswa soshum.
Dwikorita yang muncul belakangan mengelak ketika mahasiswa mempertanyakan pernyataannya tentang aksi esok hari. Beliau berdalih dengan memaparkan rangkaian acara untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada 2 Mei, esok hari. Rangkaian acara tersebut merupakan lanjutan dari kongres nasional yang berlangsung pada 30 April – 1 Mei dengan tajuk Restorasi Karakter Bangsa. “Jadi aksi besok merupakan kegiatan lanjutan dari rangkaian acara tersebut,” pungkas beliau. [Abdul Hakam Najah, Bagus Zidni Ilman Nafi’]