Melalui Zootopia, manusia diajak mengerti arti hidup rukun dalam perbedaan.
Judul : Zootopia
Durasi : 1 jam 48 menit
Aktor : Ginnifer Goodwin, Jason Bateman, Idris Elba, Shakira, J.K. Simmons
Sutradara : Byron Howard, Rich Moore, Jared Bush
Tahun : 2016
Alkisah, dalam suatu semesta di planet bumi, para hewan telah berevolusi sampai tahap manusia sekarang. Mereka berjalan, berbicara, memakai pakaian, membangun kota, persis seperti manusia. Relasi kuasa antara predator dan mangsa juga sudah dihapuskan. Semua hewan (baca:mamalia) hidup dengan bebas dan damai. Dalam semesta itu, terdapat kota yang bernama Zootopia. Suatu kota metropolitan yang berisi berbagai macam spesies hewan yang hidup bersama dalam satu kota. Itulah latar yang diangkat dalam film Zootopia (2016) yang ditulis enam penulis sekaligus. Byron Howard, Rich Moore, Jared Bush, Jennifer Lee, Jim Reardon bersama-sama membangun sebuah fabel yang menerima banyak respons positif setelah peluncurannya.
Diceritakan, di pedesaan yang jauh dari gemerlap metropolitan Zootopia, hiduplah Judy Hopps (Ginnifer Goodwin), gadis kelinci penuh semangat yang bercita-cita menjadi polisi. Orang-orang disekitarnya tak ada yang percaya–bahkan menertawakan niat Judy untuk menjadi polisi. Wajar saja, tak pernah ada sebelumnya polisi kelinci. Orang tua Judy pun tak ingin anaknya terlalu berharap untuk menjadi polisi. Mereka ingin hal yang wajar-wajar saja, menjadi petani wortel pun cukup. Judy yang idealis dan terlewat optimis tak menghiraukan cemoohan orang dan himbauan orang tuanya. Akhirnya, dengan perjuangan keras selama di Akademi Polisi, ia lulus dengan predikat siswa terbaik dan ditempatkan di Zootopia.
Judy kepalang senang ketika mengetahui akan ditugaskan di Zootopia. Ia sudah membayangkan segala hal yang indah-indah setibanya ia di sana. Namun, Judy yang penuh semangat itu terkadang naif. Realitas di kota tak seperti yang diharapkan. Judy hanya ditugaskan oleh komandannya, Chief Bogo (Idris Elba), untuk menjadi meter maid atau –gampangnya- petugas pengawas parkir.
Judy sangat tidak puas dengan penempatan yang diberikan padanya. Di tengah hari-harinya yang membosankan, ia dipertemukan dengan Nick (Jason Bateman), seorang rubah licik. Dua tokoh ini awalnya saling membenci namun pada akhirnya saling bahu membahu memecahkan kasus hilangnya 14 mamalia. Kasus tersebut justru merembet ke persoalan lain yakni hewan-hewan mamalia tersebut tiba-tiba menjadi buas dan ganas. Dengan usaha yang bisa dibilang nekat, Judy dan Nick pada akhirnya mampu mengungkap kasus tersebut. Namun, kasus tersebut membawa efek yang cukup signifikan bagi kestabilan politik Zootopia. Predator dicurigai dan dikucilkan dari masyarakat karena ditakutkan akan mengancam keselamatan penduduk Zootopia.
Bagi sebuah film anak-anak, Zootopia menawarkan suatu pembacaan menarik atas fenomena-fenomena yang terjadi dewasa ini–atau mungkin dari zaman dahulu kala. Fenomena yang disinggung ialah isu-isu rasial dan perbedaan dalam suatu masyarakat. Di kota Zootopia, meski dengan berbagai bentuk dan rupa yang berbeda, mamalia-mamalia tersebut dapat hidup bersama.
Manusia sekarang ini hidup dalam masyarakat yang heterogen, sama halnya dengan masyarakat Zootopia. Di Indonesia sendiri sudah lama masyarakat hidup dalam perbedaan. Perbedaan yang ada kerap memunculkan prasangka-prasangka. Misal, orang-orang dari timur Indonesia, terutama yang berkulit hitam, diidentikkan dengan orang yang suka kekerasan. Contoh lain, orang-orang muslim dengan gaya busana tertentu disebut-sebut teroris. Hal ini tentu tak bisa dibenarkan begitu saja. Sebab, seseorang tak dapat dinilai hanya dengan prasangka. Sama seperti Nick, rubah yang disangka licik itu malah pada akhirnya ikut andil mengungkap hilangnya beberapa hewan. Masyarakat yang bebas prasangka dan stereotip kiranya adalah apa yang ingin disuarakan Zootopia.
Dalam masyarakat heterogen, potensi untuk terjadi gesekan-gesekan dan memicu perpecahan sangat besar. Contoh yang sering terjadi di Indonesia adalah konflik antar umat beragama dan kesukuan, seperti halnya yang terjadi di sampang (Dayak-Madura), dan tragedi ambon (Islam-Kristen). Dalam skala global, isu-isu perbedaan juga banyak terjadi. Misal, perang antara negeri-negeri Barat dengan ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) dan konflik berkepanjangan Israel-Palestina.
Zootopia, dengan segala kelucuan dan kenaifannya, menyampaikan pesan perdamaian. Hewan-hewan di film itu seakan mengajak manusia, sang penonton, untuk hidup rukun layaknya mereka di Zootopia. Dengan menundukkan insting biologis predator-mangsa, hewan-hewan di Zootopia dapat bersatu. Maka dengan menundukkan ego–mungkin manusia bisa bersatu dan hidup damai. Begitulah kiranya pesan yang ingin diwartakan Zootopia.
Selain membawa pesan yang menarik, Zootopia juga hadir dengan animasi memukau karya Disney yang dapat membawa karakter-karakter dalam film tersebut seakan hidup. Kota Zootopia juga digambarkan dengan mendetil. Penggambaran karakter yang lucu dan menggemaskan membuat Zootopia semakin enak untuk ditonton. Di samping kecanggihan teknologi, penulisan naskahnya pun patut diapresiasi. Ada sebuah plot twist yang tak disangka-sangka dan akan menjadi spoiler jika disebut di sini. Kelebihan-kelebihan tersebut dilengkapi dengan lagu Try Everything-nya Shakira yang catchy dan akan menghantui kepala Anda seusai menonton.
Namun, memang tak ada gading yang tak retak. Salah satu sisi keretakan film ini adalah begitu singkat dan gampangnya Judy mendapat segala sesuatunya. Singkat sekali adegan-adegan ia berada di Akademi Kepolisian. Hanya beberapa menit saja diperlihatkan perjuangannya di Akademi, kemudian tiba-tiba ia sudah wisuda. Tak terlihat kerja keras Judy yang pemimpi besar. Usaha Byron Howard cs untuk membangun cerita terkesan teralu cepat dan tergesa-gesa. Selain itu, Aksi Judy bersama Nick mengungkap kasus besar juga hanya sekumpulan keberuntungan-keberuntungan klise khas film kartun. Contoh saja, ia mencari informasi tentang plat nomor sebuah mobil, dan sekali cari langsung berhasil ditemukan.
Walaupun begitu, Zootopia, dengan segala plus-minusnya, pantas mendapat berbagai sanjungan dari berbagai media. Muatannya yang berisi, tampilan grafis yang menawan, serta plot twist tak terduga membuat film ini potensial menjadi legenda. Bisa diprediksi jika banyak orang akan menanti film ini memenangkan sesuatu di Academy Awards mendatang. (Unies Ananda Raja)