Riak di ruang-waktu telah terdeteksi, tepat seperti prediksi teori relativitas umum Einstein. Namun, apa implikasinya bagi ilmu pengetahuan dan manusia pada umumnya?
Alam semesta yang luas menyimpan begitu banyak misteri. Manusia dari masa ke masa selalu berusaha untuk mengungkap misteri-misteri tersebut. Kita, manusia, telah memecahkan berbagai teka-teki alam semesta. Kita tahu bagaimana bumi bergerak, bagaimana hubungan matahari dan bumi dalam geraknya, jarak bintang-bintang, dan berbagai hal lain. Namun, masih banyak misteri-misteri alam semesta yang belum terungkap, seperti awal mula alam semesta serta adanya dark matter dan dark energy.
Salah satu misteri alam semesta lainnya yang masih diperdebatkan adalah teori gelombang gravitasi. Gelombang ini diprediksi oleh seorang fisikawan masyhur, Albert Einstein, pada tahun 1916. Pada tahun tersebut, Einstein menerbitkan makalah tentang teori relativitas umum. Singkatnya, teori ini menyatakan bahwa gravitasi merupakan lengkungan ruang-waktu yang diakibatkan oleh adanya benda (baca: massa). Hal ini bagaikan orang yang tidur di atas matras dan menyebabkannya melendut. Dalam analogi ini, matras adalah ruang waktu, orang adalah massa, dan lengkungan yang dihasilkan adalah gravitasi. Einstein lalu membuat hipotesis, apabila ruang-waktu dapat terlengkung maka ia juga dapat bergetar. Namun, getaran tersebut hanya dapat dihasilkan oleh sesuatu yang bermassa sangat besar.
Berdekade lamanya para ilmuwan telah mencoba membuktikan keberadaan gelombang gravitasi. Hingga akhirnya pada 14 September 2015, sebuah observatorium bernama LIGO, Laser Interferometer Gravitational-wave Observatory, berhasil mendeteksi gelombang tersebut. Para ilmuwan yang tergabung dalam LSC (LIGO Scientific Collaboration) mengidentifikasi bahwa gelombang itu berasal dari dua lubang hitam raksasa yang saling bertabrakan dan menyatu. Peristiwa yang terjadi 1,3 miliar tahun yang lalu tersebut menyebabkan ruang-waktu terdistorsi dan menimbulkan gelombang seperti riak air. Gelombang itu menyebar ke seluruh penjuru semesta hingga akhirnya berhasil ditangkap oleh telinga kita yang ada di bumi.
Penemuan gelombang gravitasi ini merupakan hasil dari observatorium yang terletak di Washington dan Louisiana. LIGO menggunakan laser yang ditembakkan dalam vakum (ruang hampa) sepanjang empat kilometer yang berbentuk huruf “L”. Proses penemuan gelombang gravitasi ini telah memakan waktu lima dekade, seperti yang dikatakan David Reitze, direktur eksekutif LIGO dalam sebuah konferensi pers.
Para ilmuwan LIGO awalnya sangat kaget oleh sinyal yang ditangkap. Reitze sampai mengumpat karena saking terkejutnya. Sang penggagas pertama LIGO yang sekarang telah pensiun, Rainer Weiss, bahkan sampai berteriak dan menyebabkan panik istri dan anak lelakinya. Namun, pihak LIGO enggan gegabah dengan sinyal yang baru saja dideteksi. Berbulan-bulan mereka mempelajari sinyal yang diduga kuat gelombang gravitasi ini. Setelah melewati proses rumit nan panjang, akhirnya pada 11 Februari 2016 LSC mengumumkan penemuan gelombang gravitasi ke publik.
Selain menggetarkan ruang-waktu, gelombang gravitasi juga menggetarkan dunia. Penemuan ini disambut dengan gegap-gempita oleh berbagai ilmuwan. Stephen Hawking mengatakan bahwa penemuan ini akan merevolusi sains. Bahkan penemuan gelombang gravitasi ini disebut sebagai “tonggak sejarah” oleh Lawrence Krauss, seorang fisikawan teoretis dari Arizona State University.
Akan tetapi di tengah kemeriahan sambutan banyak ilmuwan, masih ada beberapa kalangan yang mempertanyakan apa fungsi dari penemuan gelombang gravitasi ini. Terlebih penemuan ini telah memakan waktu puluhan tahun dan dana miliaran dollar.Â
Menurut penuturan Arief Hermanto (24/2), dosen Jurusan Fisika Universitas Gadjah Mada, penemuan gelombang gravitasi penting bagi ilmu pengetahuan. Hal itu dikarenakan penemuan ini telah menguatkan posisi teori relativitas umum Einstein yang merupakan salah satu pilar utama fisika. “Fisika adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan alam, yang merupakan bagian penting dari ilmu pengetahuan pada umumnya. Jadi, sesuatu yang penting dalam fisika akan menjadi penting juga bagi seluruh ilmu pengetahuan.” tegasnya.
Di lain pihak, Reitze mengatakan, dalam konferensi pers yang dilakukan LIGO, bahwa manusia selama ini tuli terhadap gelombang gravitasi. Senada dengan Reitze, salah satu anggota tim LIGO, Vassiliki Kalogera, mengibaratkan penemuan gelombang gravitasi ini seperti saat Galileo pertama kali melihat ke langit dengan teleskop. Saat itu, kita bagaikan telah membuka mata. Kemudian setelah gelombang gravitasi ditemukan, kita seolah-olah mendapatkan telinga. Dengan telinga ini kita dapat mendengarkan sekumpulan sinyal yang sebelumnya tidak memungkinkan untuk diterima, diteliti, dan dipelajari.
Penemuan gelombang gravitasi nampaknya tak akan langsung berimbas ke kehidupan manusia pada umumnya. Jelas, penemuan tersebut tak akan menyelesaikan krisis pangan atau kemiskinan. Pun tidak memberikan perdamaian di dunia. Namun, siapa yang tahu apa yang akan terjadi beberapa tahun lagi? Nampaknya, apa yang terjadi dengan Michael Faraday, ilmuwan Inggris abad ke-18, dapat menjadi contoh pada kasus ini. Sekitar tahun 1840-an, Faraday memberi kuliah tentang magnet dan kabel tembaga. Lalu, saat sampai pada kesimpulan salah satu peserta bertanya, “Tuan Faraday, aktivitas magnet dan kabel tembaga memang menarik, tapi apa fungsinya?” Dari pertanyaan tersebut si penanya sempat meragukan apa guna dari penemuan Faraday tersebut. Namun lihat sekarang, kita tak bisa hidup tanpa sumbangsihnya yang menjadi awal mula listrik.
Kip Thorne, salah satu founder LIGO, memandang implikasi penemuan gelombang gravitasi dari perspektif yang berbeda. Thorne mengajak untuk merefleksikan apa yang akan dilihat keturunan manusia kelak saat mereka menengok kembali sejarah. Ia memandang bahwa budaya yang akan ditinggalkan setelah ditemukannya gelombang gravitasi lebih penting dari hasil-hasil teknologi. “Saya rasa kita patut berbangga atas sumbangan budaya yang akan kita beri ke keturunan kita” tegas Thorne.
Poin yang dapat diambil adalah kita tak akan tahu apa yang akan dibawa oleh penemuan-penemuan ilmiah yang terlihat tak penting. Dalam kasus ini, penemuan gelombang gravitasi dapat membuka luas kemungkinan-kemungkinan penemuan lain di masa depan. [Unies Ananda Raja, Dwiky Rama]