“Tolak legalisasi Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) di Indonesia,” seru puluhan orang demonstran dari Gerakan Pemuda Ka’bah (GPK) Kota dan Angkatan Muda Forum Ukhwah Islamiyah (AM FUI). Puluhan orang dengan pakaian ala tentara, kaos hitam bertuliskan “Muslim menolak LGBT” serta kain sorban di kepala memadati kawasan Tugu Yogyakarta siang itu (23/2). Mereka turut membawa spanduk dan bendera untuk menyuarakan aspirasi. “Tolak LGBT di Kota Jogja!” diakhiri dengan tiga tanda seru, kalimat itu mampu menyita perhatian warga setempat maupun pengguna jalan. “LGBT tidak memerlukan legalisasi, namun pengobatan,” ucap salah satu demonstran dengan lantang.
Tiga spanduk pun turut dibentangkan oleh AM FUI dan GPK Kota untuk menggambarkan aspirasi mereka. Spanduk-spanduk itu bertuliskan “Selamatkan keluarga kita dari wabah penyakit kejiwaan”, “Yang dibutuhkan oleh LGBT adalah taubat”, dan “Menolak keras LGBT”. Mengamini tulisan spanduk, Novihariyanto, anggota GPK Kota turut menyuarakan penolakannya terhadap LGBT. “LGBT tidak lebih dari sebuah penyakit psikis yang menular,” terang Noviharyanto.
Selepas puluhan anggota dari GPK Kota dan AM FUI melakukan aksinya, seorang pria berbaju koko mengumpulkan mereka semua. Pria tersebut adalah Fuad Andre Agub, Koordinator Lapangan aksi penolakan LGBT tersebut. “Kita akhiri aksi kali ini, namun setelah sholat ashar, kita lanjutkan di titik nol kilometer,” ucap Fuad. Menurutnya, akan ada aksi tandingan dari pendukung LGBT di Tugu Yogyakarta. Ia juga menambahkan bahwa, jika para pendukung LGBT melakukan aksi tandingan di Tugu, mereka akan kembali ke tempat tersebut untuk melawan gerakan pendukung LGBT.
Selepas ashar, mereka tidak melanjutkan aksi di titik nol karena ada instruksi dari koordinator aksi penolakan LGBT untuk melanjutkan aksi di Tugu, menghadang aksi tandingan pendukung LGBT. Setelah semua anggota GPK Kota kembali dari titik nol, kawasan Tugu bertambah ramai. Tak hanya dari GPK Kota dan AM FUI, namun beberapa organisasi masyarakat turut bergabung. Menurut Fuad, aksi tersebut juga diikuti oleh Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda (KOKAM) Muhammadiyah, Laskar Hizbullah, Laskar Harakah Islamiyah, GPK Sleman, dan banyak lagi. Berbagai bendera organisasi, bendera panji hitam bertuliskan “Laa Ilaha Illallah”, bahkan bendera salah satu partai politik ikut berkibar di sekitar Tugu. “Semua organisasi Islam berkumpul di sini untuk mendeklarasikan Indonesia tanpa LGBT,” terang Fuad.
Riuh semakin bertambah ketika seorang pria berdiri di atas mobil merah berlambangkan bendera GPK menyambut Umar Said, orator yang didaulat untuk mengisi aksi tersebut. Gema takbir “Allahu Akbar” dan kibaran bendera dari berbagai organisasi mengiringi sang orator melangkahkan kaki ke atas mobil. Seketika, keheningan muncul karena sang orator memerintahkan untuk mendengarkan orasinya.
Dalam orasinya, Umar mengatakan bahwa, seharusnya semua umat muslim bersatu melawan LGBT dan kemaksiatan lainnya karena pemerintah tak mampu mengatasi permasalahan tersebut. Ia juga menambahkan bahwa, harus ada sikap tegas dari umat Islam untuk memerangi kemaksiatan yang makin marak. “Kita di sini sebagai perwakilan seluruh umat Islam di Yogyakarta untuk memerangi kemaksiatan dan berjihad di jalan kebenaran,” terang Umar.
Selaras dengan perkataan Umar, Budi Susanto selaku anggota GPK Kota pun menyatakan penolakan terhadap LGBT. Menurutnya, LGBT merupakan wabah penyakit dan akan menimbulkan azab yang harus dilawan. “Sebagai umat Islam, kita harus memerangi segala bentuk kemaksiatan, termasuk LGBT,” terang Budi.
Di penghujung acara, Lukman, seorang pria berkaos hitam dari GPK Kota memimpin pembacaan deklarasi “Indonesia Tanpa LGBT”. Deklarasi tersebut berisi pernyataan peperangan terhadap semua pendukung LGBT. “Kalau mereka melakukan aksi mendukung LGBT di Tugu, kita kembali ke sini untuk memerangi mereka, karena Yogyakarta adalah milik umat Islam,” tegas Umar dengan suara lantang. Lagi-lagi, gema takbir mengiringi penutupan aksi tersebut. [Luthfian Haekal]