Para penyandang disabilitas tiba di Hanggar Sekolah Vokasi (SV) Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Sabtu, (05/12). Tempat itu telah dipenuhi beberapa stan dan kursi yang tertata rapi. Beberapa lukisan dan kerajinan tangan dipajang di tempat pameran. Malam itu sedang berlangsung Pameran Karya Luar Biasa (Pakar Lubis). Acara ini diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) SV UGM, untuk memperingati Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember lalu.
Salah satu rangkaian acara malam itu adalah talk show interaktif bersama Mukhanif Yasin Yusuf, pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Peduli Difabel UGM dan Eko Darmanti, Kepala Bidang Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Dinsos DIY. Menurut Mukhanif, masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa penyandang difabel merupakan orang yang tidak mampu, tidak normal, dan menjadi sumber masalah sosial. Perspektif masyarakat yang negatif Ini mengakibatkan banyak dari mereka hanya mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah. “Mereka kesulitan melanjutkan pendidikan karena sekitar tujuh puluh persen perguruan tinggi menutup kesempatan untuk penyandang difabel,” ujar Mukhanif.
Menanggapi pernyataan Mukhanif, Eko menyampaikan bahwa DIY sudah menetapkan Perda No. 4 Tahun 2014 tentang perlindungan dan hak-hak penyandang disabilitas. Berdasarkan peraturan tersebut, mereka memiliki hak dalam bidang pendidikan, kesehatan, politik, dan ketenagakerjaan. Salah satunya yaitu hak untuk dapat hidup di dalam masyarakat dengan pilihan yang setara, dan keterlibatan serta partisipasi penuh dalam masyarakat. “Perda ini bertujuan untuk mendorong pemerintah dan masyarakat agar lebih ramah dengan kaum difabel,” jelas Eko.
Selain talk show, dihadirkan pula beberapa komunitas difabel seperti Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA), Braille’iant, dan sebagainya. Kehadiran mereka di sana untuk mewujudkan hak-hak penyandang disabilitas dan mengajak orang lain untuk ikut serta. Acara itu turut dimeriahkan oleh pantomin dan Hail Jhon band. Selanjutnya ada pula penampilan dari band Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam dan gamelan oleh Panti Asuhan Bina Siwi.
Penampilan dari Panti Asuhan Bina Siwi dilakukan oleh sekitar 20 anak penyandang disabilitas. Salah seorang anak memainkan gamelan dengan menggunakan kakinya. Penampilan mereka membuat kagum Ketua BEM SV UGM. “Saya melihat mereka memainkan gamelan dengan ceria, bahkan saya sebagai nondifabel tidak bisa memainkannya,” tutur Raimon Siregar.
Menurut Leonardus Kevin selaku ketua panitia, acara Pakar Lubis ini bertujuan untuk menyadarkan orang-orang nondifabel yang selalu merasa kekurangan. Ia menambahkan, masih banyak orang yang lebih berkekurangan namun dapat hidup positif. “Karena itu mari kita bersama-sama mensyukuri hal-hal yang ada di sekitar kita,” pungkas Kevin. [Dewi Wijayanti]