Beasiswa PPA dan BBP-PPA menjadi primadona karena kuotanya yang besar dan syaratnya yang mudah. Lantas, bagaimanakah sepak terjang beasiswa PPA dan BBP-PPA di UGM?
Simpang siur mengenai beasiswa PPA dan BPP-PPA di awal tahun 2015 telah meresahkan sejumlah mahasiswa di UGM. Pasalnya, beasiswa PPA dan BBP-PPA merupakan beasiswa dengan kuota yang paling besar diantara beasiswa yang lain. Selain itu, persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon penerima lebih mudah bila dibandingkan dengan beasiswa lainnya. Oleh karena itu, isu mengenai pengurangan kuota hingga penghapusan beasiswa PPA dan BBP-PPA menjadi hal yang tidak diharapkan terjadi.
Berdasarkan fakta tersebut tim riset BPPM Balairung melakukan analisis terhadap perkembangan beasiswa PPA dan BBP-PPA. Analisis berfokus untuk mengetahui animo mahasiswa UGM terhadap beasiswa PPA dan BPP-PPA dengan menggunakan data jumlah pelamar. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui perkembangan jumlah mahasiswa penerima yang merepresentasikan kuota yang disediakan. Dengan analisis tersebut akan didapatkan gambaran menganai kondisi beasiswa PPA dan BBP-PPA di UGM.
Analisis dilakukan terhadap terhadap data beasiswa PPA dan BBP-PPA di UGM yang didapat dari Direktorat Kemahasiswaan UGM. Data ini memuat jumlah pelamar, kuota, dan penerima dari tahun 2009 hingga 2014. Data juga dilengkapi dengan rincian jumlah penerima setiap fakultas dan sekolah yang ada di UGM. Jumlah pelamar, kuota dan penerima kemudian dikelompokkan per tahun dan dibuat grafik untuk melihat kenaikan dan penurunan yang terjadi.
Data menunjukkan bahwa kuota yang ditawarkan beasiswa PPA mengalami fluktuasi setiap tahun dengan kecenderungan mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar 855 kursi. Di sisi lain, kenaikan tebesar terjadi pada tahun 2010 sebesar 1875 kursi sehingga menjadikan kuota tahun 2010 sebagai kuota terbesar sejumlah 4200 kursi. Untuk data kuota BBP-PPA juga mengalami fluktuasi dengan jumlah yang cenderung turun. Selama enam tahun terjadi tiga kali penurunan yaitu pada tahun 2011, 2012, dan 2014 dengan penurunan terbesar pada tahun 2011 yaitu 500 kursi.
Besarnya kuota yang diterima oleh masing-masing perguruan tinggi maupun swasta ditentukan oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pendistribusian kuota langsung disampaikan ke perguruan tinggi negeri, sedangkan untuk perguruan tinggi swasta melalui Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). Setelah menerima kuota, masing-masing perguruan tinggi menentukan sendiri proporsi kuota untuk beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan (BBP). Oleh sebab itu, besarnya kuota beasiswa PPA dan BBP-PPA sangat ditentukan oleh besarnya anggaran yang disediakan oleh pemerintah.
Jumlah mahasiswa pelamar beasiswa PPA juga mengalami fluktuasi setiap tahun. Berbeda dengan kuota, jumlah pelamar justru cenderung mengalami peningkatan meskipun tidak terjadi setiap tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar 3683 mahasiswa. Peningkatan ini terjadi karena mahasiswa tertarik untuk melamar beasiswa melihat dari kuota yang ditawarkan tahun sebelumnya sangat besar. Di tahun berikutnya terjadi penurunan yang sangat drastis sebesar 5370 mahasiswa. Penurunan yang terjadi disebabkan turunnya jumlah kuota di tahun sebelumnya.
Data penerima beasiswa PPA juga menunjukkan fluktuasi setiap tahun sesuai dengan kuota yang ditawarkan. Kuota beasiswa PPA tidak pernah terisi penuh padahal jumlah pelamar jauh lebih banyak daripada kuota yang ditawarkan. Namun, pada tahun 2014 jumlah penerima justru melebihi kuota yang ditawarkan dengan besar kelebihan 254 mahasiswa. Sekolah vokasi menjadi Fakultas/Sekolah dengan rata-rata jumlah penerima terbesar selama 2009 hingga 2014.
Bila jumlah penerima dibandingkan dengan jumlah pelamar maka akan didapatkan persentase penyerapan dari beasiswa PPA. Pada tahun 2009 dan 2010 terdapat persentase penyerapan yang sangat tinggi mencapai 99,9% dan 99,6%. Sedangkan pada tahun 2011, 2013, dan 2014 terjadi penurunan drastis dengan rata-rata persentase penyerapan hanya mencapai 48,8%. Terdapat fakta yang menarik yaitu pada tahun 2012 persentase penyerapan mencapai 105,7%. Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah penerima lebih besar daripada jumlah pelamar.
Melihat data pelamar BBP-PPA didapatkan bahwa grafik jumlah pelamar mengalami fluktuasi. Berbeda dengan beasiswa PPA, jumlah pelamar BBP-PPA justru cenderung menurun dari tahun ke tahun. Puncak jumlah pelamar terjadi pada tahun 2010 sebanyak 1144 pelamar. Hal ini disebabkan kuota pada tahun tersebut juga merupakan kuota terbesar selama enam tahun.
Sebagaimana pada data pelamar, jumlah penerima BBP-PPA juga mengalami fluktuasi dengan jumlah yang cenderung menurun. Sejalan dengan jumlah pelamar dan kuota, puncak jumlah penerima terjadi pada tahun 2010 sebanyak 1143 mahasiswa. Namun, jumlah penerima tidak selalu memenuhi jumlah kuota yang ditawarkan. Kuota terpenuhi hanya pada tahun 2013 saja, dan mengalami kelebihan pada tahun 2014. Sebagaimana pada beasiswa PPA, Sekolah Vokasi juga menempati posisi pertama untuk jumlah penerima terbesar selama 2009 hingga 2014.
Pada tahun 2009 dan 2010 rata-rata 99,9% dari pelamar diterima sebagai penerima BBP-PPA. Hal ini memperlihatkan besarnya peluang mendapatkan beasiswa tersebut di kedua tahun tersebut. Sedangkan pada empat tahun berikutnya rata-rata persentase penyerapan hanya sebesar 71,9%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan rata-rata jumlah kuota yang tidak sebanding dengan jumlah pelamar antara tahun 2009 dan 2010 dengan 2011 hingga 2014. Rata-rata jumlah pelamar mengalami penurunan sebesar 26% sedangkan jumlah kuota mencapai 47%.
Bila dibandingkan antara PPA dengan BBP-PPA, maka rata-rata kuota PPA jauh lebih besar dibandingkan BBP-PPA. Rata-rata kuota PPA adalah 3037 kursi sedangkan untuk BBP-PPA hanya 759 kursi. Hal ini disebabkan oleh target dari BBP-PPA yang diutamakan bagi mahasiswa dengan keterbatasan kemampuan ekonomi. Berbeda dengan beasiswa PPA yang terbuka untuk seluruh mahasiswa dengan pertimbangan besar IPK, banyaknya SKS, dan prestasi non akademik.
Di sisi lain bila dilihat dari persentase penyerapannya, maka BBP-PPA memiliki persentase yang lebih tinggi daripada beasiswa PPA. Besar rata-rata persentase penyerapan beasiswa PPA adalah 75,3% sedangkan BBP-PPA adalah 81,2%. Hal ini disebabkan oleh jumlah pelamar PPA yang sebanyak 4734 mahasiswa jauh lebih banyak daripada BBP-PPA yang hanya 911 mahasiswa. Selisih yang sangat lebar ini disebabkan karena target dari beasiswa PPA yang jauh lebih luas daripada BBP-PPA yang mencakup hampir keseluruhan mahasiswa. [Muhammad Hafid Ridho]