Rabu (13/05), Pusat Studi Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM dipadati pengunjung yang didominasi dari kalangan mahasiswa. Mereka menghadiri acara Europe Day: United in Diversity yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Jerman UGM bersama dengan European Commission. Rangkaian acara Europe Day tersebut meliputi seminar beasiswa, bazaar makanan, dan pertunjukan seni bertemakan Eropa. Di sekeliling balai PKKH terdapat stand makanan, komunitas mahasiswa, dan organisasi internasional. Sebagian besar pengunjung tampak memenuhi kursi yang disediakan, sedangkan sisanya menyambangi stan yang tersedia.
Seminar ini diisi oleh pemateri yang berasal dari berbagai organisasi internasional di dunia, seperti: Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) dari Jerman, Erasmus Plus, Nuffic Nesso dari Belanda, Campus France, dan Alumniportal Deutschland. Masing-masing lembaga memaparkan tentang program belajar atau bekerja yang terbuka lebar bagi mahasiswa Indonesia beserta persyaratannya. Misalnya untuk menempuh master, persyaratannya relatif sama untuk semua pendaftaran, antara lain adalah transkrip nilai selama kuliah, surat rekomendasi, curriculum vitae, motivation letter, dan transkrip skor TOEFL/IELTS. Terkadang ada pula persyaratan tambahan, contohnya adalah proposal riset yang harus sesuai dengan program master yang akan diambil.
Sahasika Prabaswara, alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM sekaligus peraih beasiswa Erasmus Mundus (sebelum diganti menjadi Erasmus Plus) di Ljubljana, Slovenia, memberikan tips agar calon penerima beasiswa mendapat nilai tambah di mata penguji. “Agar hasil penilaian yang anda dapatkan menjadi maksimal, hal itu dapat disiasati dengan menambahkan dokumen seperti sertifikat konferensi apa saja yang pernah diikuti. Selain itu sertakan pula jurnal atau publikasi ilmiah lainnya yang pernah ditulis,” pungkasnya.
Tidak hanya tentang persyaratan, pembicara juga menjelaskan manfaat yang bisa didapat saat belajar di luar negeri. “Jika mengambil studi di Perancis, jurusan yang diambil itu akan jauh lebih spesifik. Selain itu, kita dapat membuka wawasan lebih luas tentang pandangan pada dunia internasional dan pandangan pada negara kita sendiri,” tutur Nur Fitria dari Campus France.
Senada dengan Nur Fitria, Svenja Folker, pembicara dari DAAD menambahkan. “Anda akan menghadapi banyak problem dan tantangan baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Seseorang bisa disebut beruntung jika ia mendapatkan kesempatan langka untuk melihat diri, budaya, dan negaranya sendiri dari sudut pandang baru.” Selain itu, “hal ini akan sangat membantu, karena dapat memperluas cakrawala dan dia pun dapat belajar menangani masalah di situasi yang berbeda-beda,” tambahnya.
Ratna Kurnia Ramadhani, mahasiswi Kedokteran Hewan 2014 memberikan pendapatnya tentang seminar beasiswa tersebut. “Dari acara ini saya jadi tahu bagaimana cara registrasi untuk dapat
melanjutkan studi ke luar negeri, bagaimana kehidupan di sana, suka-dukanya seperti apa, serta komparasi sistem pendidikan tiap negara. Ada negara yang dalam perkuliahannya sudah memakai bahasa Inggris secara penuh, ada pula yang separuh memakai bahasa Inggris dan sisanya bahasa lokal negara tersebut.”
Europe Day sendiri mulai diadakan pada 9 Mei 1950, ketika Menteri Luar Negeri Perancis, Robert Schuman, mempresentasikan proposalnya –yang di kemudian hari dikenal sebagai Deklarasi Schuman– saat Uni Eropa resmi didirikan. Europe Day atau Schuman Day sendiri merupakan simbol yang selalu diperingati tiap tahun yang bertujuan untuk menggalang persatuan antar sesama negara Eropa. [Avivah Vega Meidienna]