“Pemerintah dapat memperbaiki pendidikan dengan menerapkan pendidikan yang menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat,” ujar Muhammad Nuh, Minggu (03/05) di lantai satu Grha Sabha Pramana. Ia mengatakan pernyataan tersebut dalam seminar dengan tajuk “Menembus Logika Menginspirasi Indonesia” yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Bidikmisi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2009-2014 ini menambahkan bahwa kualitas negara akan membaik bila diiringi dengan perbaikan pendidikan. “Indonesia mempunyai indeks daya saing yang rendah karena kreativitasnya kurang,” ujarnya.
Melanjutkan pernyataan Nuh, Muhamad Dimyati menyatakan, kurangnya kreativitas akan menyebabkan inovasi yang rendah. Menurutnya, inovasi sebagai kompetensi diri dapat diperoleh melalui pendidikan, terutama pendidikan tinggi di universitas. Sayangnya, menurut data yang dipaparkan Dimyati, hanya terdapat 10% dari 250 juta penduduk Indonesia yang mengenyam pendidikan tinggi. Jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi masih kalah jumlah dan kualitas dengan lulusan SD di pasar kerja yang mencapai lebih dari 80%. “Peningkatan kualitas pendidikan perlu kolaborasi antara pemangku kepentingan dan masyarakat,” ujar Deputi Bidang Sumber Daya Iptek Kementrian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Kemenristek Dikti) ini.
Zaki Laili Khusna, sebagai Pengajar Muda dari Gerakan Indonesia Mengajar angkatan pertama memberikan contoh kolaborasi tersebut. Ia mengambil contoh dari pengalaman yang ia dapat dari pengabdiannya di SD Negeri 32 Kabupaten Paser, Kalimantan Timur beberapa tahun lalu. Sebuah rumah pintar berhasil dibangun sebagai hasil kerjasama antara guru, pemerintah daerah, dan masyarakat sekitar. Kemudian, ia juga mengembangkan potensi siswanya dengan mendaftarkan mereka ke Olimpiade Sains Kuark. Para siswa menjalani proses pendidikan yang berhasil mengangkat nama sekolah terpencil mereka dengan lolos hingga tingkat provinsi. “Hasil dari proses pendidikan yang terjadi saat berada sekolah tidak terjadi secara instan,” katanya.
Nuh menambahkan bahwa sekolah maupun universitas harus menghasilkan lulusan yang kreatif dalam menjawab tantangan zaman. Hal itu dikarenakan masalah yang dihadapi tiap zaman berbeda. Maka, menurutnya peningkatan kreativitas melalui pendidikan dapat mengatasi masalah yang terus berganti tersebut. “Pendidikan untuk masa depan, dampaknya untuk lintas generasi,” tutup Nuh. (Devananta Rafiq)
1 komentar
Pendidikan berkualitas menurut saya bergantung pada etos dan rasa tanggungjawab yang tinggi pengajar terhadap peserta didik bukan pada penghasilan pengajar, meski itu tetap harus di tingkatkan.
Ini di buktikan dengan kualitas pendidikan di india yang tinggi dengan keterbatasan yang ada, jika kita hanya berfokus pada peningkatan penghasilan sampai kapan pun tidak akan pernah puas. Apalagi jika membandingkan dengan negara maju tanpa mempertimbangkan biaya hidup dan pajak yang tinggi
Hal penting yang perlu dilakukan agar pendidikan di indonesia berkualitas adalah perbaikan metode pembelajaran dosen/guru menjadi pembelajaran interaktif. Mengarahkan pengajar untuk bisa menciptakan Kelas interaktif:
1. Pengajar menjelaskan materi ajar secara jelas
2. Memberikan tugas secara kelompok untuk mencari contoh kasus dari materi yang di ajarkan
3. Diskusikan hasil presentasi contoh kasus tsb, tetap jaga diskusi agar tidak keluar jalur yang akan membuang waktu tidak berguna
4. Pasif class yang sudah membudaya sejak sd – sma, membuat besar kemungkinan peserta didik cendrung diam saat di tanya. Maka pengajarlah yang harus aktif bertanya saat interaktif kelas mulai menurun.
5. Jangan bertanya hanya pada beberapa peserta didik tapi harus merata agar pemahaman materi di pahami oleh semua