Sesosok boneka kardus menyerupai karakter Danbo berdiri menyambut pengunjung yang datang ke Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) UGM, Minggu (17/05). Berbalut batik, boneka tersebut merepresentasikan kebudayaan Indonesia dalam gelaran acara Cultural Festival yang diadakan oleh UGM Residence. Acara tersebut menampilkan stan-stan yang diisi oleh beberapa Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormada), photo booth, dan beragam pertunjukan.
Stan yang pertama kali tampak adalah stan Grup Ngapak. Stan ini merupakan gabungan dari organisasi mahasiswa daerah berbeda, antara lain Banjarnegara, Purbalingga, Pemalang, Banyumas, Kebumen, Brebes, dan Tegal. Berbagai pernik budaya dan foto destinasi wisata khas ketujuh kota tersebut dipajang.
āSelain budaya, kami mempromosikan obyek wisatanya juga. Misalnya di Purbalingga, terdapat Baturaden yang terletak di dekat jalur pendakian Gunung Slamet, kebun stroberi, dan sentra bisnis sayur-sayuran,ā papar Hari Kusuma, penjaga stan yang juga mahasiswa Hubungan Internasional 2013. Purbalingga sendiri telah memiliki industri knalpot buatan tangan. āKnalpot khas Purbalingga ini sudah diekspor ke mana-manaā pungkasnya, sembari menunjuk tiga buah knalpot di sela-sela deretan barang pameran.
Ada pula stan Jawa Barat yang diinisiasi oleh Persatuan Mahasiswa Tasikmalaya Gadjah Mada dan Perhimpunan Mahasiswa Bandung Yogyakarta. Di stan tersebut, para penjaga berdandan dengan pakaian adat Sunda sebagai maskot dan representasi budaya Jawa Barat. Zaini, Peternakan 2013, selaku penjaga stan menuturkan bahwa stan tersebut didedikasikan untuk seluruh mahasiswa dan OrmadaĀ asal Jawa Barat. Stan tersebut memamerkan kain, senjata, makanan dan alat musik khas Jawa Barat.
Selain stan-stan Ormada, beragam jenis penampilan turut dipentaskan dalam panggung Cultural Festival. āTotal penampilan ada 13, yaituĀ musik, tari, teater, dan orasi budaya dariĀ Ormada,ā tutur Tien Simbolon, Statistika 2012, selaku Ketua Pelaksana Cultural Festival 2015. Terdapat pula penampilan-penampilan dari mahasiswa Malaysia dan Singapura serta seniman pantomim, Jemek Supardi.
Festival budaya yang dipersembahkan oleh UGM Residence ini pertama kali diadakan pada 2012 dengan nama Indonesian Festival. Acara ini berlanjut di tahun 2013 dengan nama International Festival. Barulah pada dua tahun terakhir, nama Cultural Festival dipatenkan. āAcara ini diinisiasi mahasiswa dari lima Asrama UGM berbeda. Kami ingin membuat suatu acara yang tidak hanya menyatukan kelima residence tersebut, tetapi juga seluruh mahasiswa UGM dan masyarakat Jogja,ā tutur Tien. [Hamzah, Avivah Vega Meidienna]