
Mahasiswi tingkat akhir jurusan PSDK Fisipol UGM sedang memberikan pengalaman magang nya kepada audiens yang hadir. Acara talkshow inspirasi karir yang diinisiasi oleh SP*ACE pada Kamis siang (30/04) di Ruang BA 207 Fisipol ini mengambil tajuk “Serunya Magang!”. Selain berbagi pengalaman magang, ke-6 pemateri juga berbagi inspirasi dan mempersuasi para audiens yang hadir saat itu untuk tidak takut magang di berbagai perusahaan.©Dwiki.bal
Dalam rangka melaksanakan fungsi pengembangan karir, SosPol’s Alumni and Career Engagement (SPACE) menyelenggarakan sebuah talk show, Kamis (30/4) siang. Talk show ini berlangsung selama lebih kurang dua jam di ruang 207 gedung BA, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM. Selaras dengan judulnya, “Serunya Magang!”, talk show ini membagikan pengalaman enam orang pembicaranya yang telah menempuh kegiatan magang.
Ramadhan Rizki Saputera, mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan 2012, menceritakan pengalaman magangnya di Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4). Ia turut berperan dalam pengembangan Lapor!, sebuah sarana interaktif masyarakat dan pemerintah berbasis media sosial. Ada pula Aryo Dwi Harprayudi, mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik 2010. Aryo pernah menjadi strategy and social research analyst serta konsultan sosial di British Petroleum (BP). Ia bertugas membuat AMDAL untuk proyek BP di Teluk Bintuni, menganalisis dampak negatif, serta pengelolaan sosial dan lingkungan untuk masyarakat.
Berbeda dengan Ramadhan dan Aryo, Dianty Widyowati Ningrum memilih untuk mencari pengalaman magang di luar bidang ilmunya. Mahasiswa Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 2011 ini berpengalaman sebagai seorang wartawan di The Jakarta Post. Ia juga pernah menjadi staf Human Resources Development (HRD) di Siam Cement Group (SCG) Bangkok. Dianty mengakui bahwa bidang pekerjaan yang ditekuninya selama magang lebih merupakan wilayah kerja mahasiswa Ilmu Komunikasi. Namun, Dianty tidak melihatnya sebagai suatu masalah. Ia memilih bergabung dengan The Jakarta Post lantaran menyukai dunia tulis menulis, menjadi jurnalis memang salah satu cita-citanya. “Ketika kamu merasa mampu mengerjakan suatu hal, kerjakanlah. Jangan ragu untuk mengambil kesempatan itu,” ujar Dianty.
Senada dengan Dianty, Hamada Adzani Mahaswara mengatakan bahwa dunia kerja adalah dunia yang sama sekali baru dan berbeda. Mada pernah menjadi asisten manajer bidang komunikasi dan publikasi ART | JOG serta project manager untuk jurnal di Youth Studies Center (You Sure) UGM. “Pertama kali bekerja di bidang komunikasi dan publikasi, saya banyak belajar dari nol lantaran tidak mendapatkan materi tersebut di perkuliahan,” jelas mahasiswa Jurusan Sosiologi 2011 tersebut. Namun menurutnya, latar belakangnya sebagai mahasiswa Sosiologi sangat berguna untuk menunjang kemampuan analitis dan membaca fenomena sosial. Hal ini turut dibenarkan oleh Stevani Setiawan. “Jika ditanya apakah mata kuliah yang saya pelajari di kelas berhubungan dengan yang saya kerjakan pada saat magang? Jelas tidak ada hubungannya, tetapi skill yang kita dapat dari proses kuliah tetap terpakai,” ungkapnya. Stevani adalah mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional 2011 yang berkesempatan magang di PT. Astra Daihatsu Motor sebagai staf HRD.
Pengalaman magang yang tidak kalah menarik dituturkan oleh Anindita Lintang Pakuningjati, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi 2011. Lintang mendapatkan kesempatan magang di sebuah agensi multinasional, Ogilvy & Mather, setelah memenangkan kompetisi iklan Caraka. Dari pengalamannya sebagai copywriter dan art director di sana, ia pun belajar dan mengambil kesimpulan. “Tips magang nomor satu: malu bertanya, tidak dapat kerjaan apa-apa,” ungkap Lintang. Anak magang harus aktif bertanya segala sesuatu yang tidak ia mengerti, karena di situlah proses belajarnya. Menurutnya, anak magang harus dapat memposisikan diri dengan baik, jangan terlalu pendiam tetapi juga harus tetap sopan. Jangan minder, berkenalanlah sebanyak-banyaknya dengan orang-orang di lingkungan kerja, mulai dari bos sampai satpam dan office boy. Bagi Lintang, magang adalah sebuah fase penting untuk menambah pengalaman dan jaringan. “Dengan magang kita akan sadar bahwa kita hanya butiran debu. Dunia kerja membutuhkan persiapan, teori saja tidak cukup,” jelasnya. [Alya Nurbaiti]
1 komentar
Wah, seru juga pengalaman magangnya !
Jadi inget Tempat Magang Di Jogja dulu sewaktu belajar tentang dunia internet marketing.
Nggak kalah seru lah, meski gak punya basic IT tapi tetap dibimbing 3 bulan sampai bisa menghasilkan di dunia internet marketing.
Salam kenal dan semoga sukses selalu 😀