“Ruang terbuka hijau semakin berkurang. Setiap hari Yogyakarta semakin padat oleh bangunan,” ucap Dr. Suharko, Ketua Sociology Reseach Center (SOREC) UGM. Dalam sambutannya pada acara “Jogja Sold Out (?)”, Rabu (22/04), Suharko menyinggung beberapa persoalan tata ruang di Yogyakarta. Hal ini berkenaan dengan peringatan Hari Bumi yang jatuh pada hari itu. Ia mengungkapkan, banyak masyarakat resah akibat pembangunan hotel dan apartemen yang sedang marak di Yogyakarta. Pembangunan hotel dan mall menurutnya mengakibatkan masyarakat kesulitan mendapat air karena disedot oleh hotel dan apartemen.
Acara yang diadakan di ruang Seminar Timur FISIPOL UGM ini juga menghadirkan Dodok Putra Bangsa, aktivis Jogja Asat, sebagai pembicara. Berdasarkan data yang miliki Dodok,ada sekitar 67 hotel yang akan dibangun di Yogyakarta. Rencana ini dikhawatirkan akan membuat sumur-sumur warga semakin kering. Pembangunan apartemen dan hotel akan menyedot air tanah sehingga sumur warga yang ada di sekitar apartemen atau hotel menjadi kering. “Permasalahan air adalah hal yang krusial. Manusia tidak bisa hidup tanpa air, tapi sumur menjadi kering karena pembangunan apartemen dan hotel,” singgung Dodok.
Francis Wahono, Direktur Center for Integrated Development and Rural Studies (Cindelaras), juga turut memberikan pandangannya. Ia menjelaskan, Yogyakarta merupakan cekungan besar yang dikelilingi deretan gunung api, seperti Gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, Ungaran, Merbabu, dan Merapi. “Kalau pembangunan Yogyakarta tidak terkontrol, maka Yogyakarta yang awalnya cekungan raksasa bisa jadi comberan besar,” ucap penulis buku Ekonomi Hijau tersebut.
AB. Widyanta, peneliti Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM, dalam diskusi ini mengajak masyarakat untuk merenung. Menurutnya, semua pihak sebaiknya memposisikan persoalan ini sebagai persoalan bersama, bukan hanya persoalan orang-perorangan. Kaum intelektual harus lebih bersuara lagi untuk menghidupkan pergerakan. Masalah di Yogyakarta adalah salah satu masalah bumi yang harus segera diselesaikan. “Sesungguhnya Bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua manusia, tapi tidak untuk satu orang yang serakah,” tutupnya.[Sitti Rahmania]