Jumat (24/04), Sekolah Khusus Tunarungu Karnnamanohara terlihat berbeda dari hari biasanya. Pintu masuk sekolah dipenuhi oleh siswa yang berkumpul untuk mengikuti kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh mahasiswa UGM. Pengabdian ini dilakukan oleh 5 orang mahasiswa UGM yang diketuai oleh Gunisya Kartika Sari, mahasiswa Psikologi UGM ‘12. Mahasiswa yang tergabung dalam kelompok PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) pengabdian masyarakat ini melakukan kegiatan yang bertajuk Write Your Heart. Pengabdian ini dilaksanakan setiap hari jumat di Sekolah Khusus Tunarungu Karnnamanohara, Sleman. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan konsep yang berbeda sesuai dengan materi yang akan diberikan.
Dalam pelaksanaannya, para siswa sekolah ini dibagi menjadi dua kelas. Kelas pertama adalah kelas yang diisi oleh anak SD dan kelas kedua diisi oleh anak SMP dan SMA. Kedua kelas ini nantinya juga diberikan materi yang berbeda. Kartika mengatakan bahwa materi yang diberikan pada anak SD lebih menekankan pada penggalian ekspresi mereka. Sedangkan, materi yang diberikan kepada anak SMP dan SMA lebih ditekankan pada kemampuan menulis, baik cita-cita atau harapan. Anak-anak SD diberikan pelajaran melukis, menari, dan juga bermain drama. Di sisi lain, anak-anak SMP dan SMA diajak untuk belajar menulis diary dan menarasikan sebauh gambar.
Pengabdian ini berusaha untuk menampung ekspresi dan membantu siswa di sekolah ini untuk berbaur dengan masyarakat. Kartika juga berharap agar kegiatan ini mampu menjembatani para siswa dalam membangun cita-cita. “Kami berharap kegiatan ini mampu membantu para siswa untuk menggali bakat yang mereka miliki,” jelasnya. Puncak dari kegiatan pengabdian ini adalah acara pentas seni dan pameran karya seni hasil karya para siswa pada bulan Juni mendatang.
Selain itu, kegiatan ini bekerja sama dengan berbagai pihak seperti dinas sosial, UKM peduli difabel, dan komunitas difabel. Hal ini dilakukan untuk membuka relasi bagi siswa yang ada di sekolah khusus ini. Selain itu, kegiatan ini juga dikampanyekan melalui media sosial. “Selain bekerja sama dengan berbagai pihak, kami juga melakukan kampanye melalui beberapa media sosial seperti instagram, path, dan website,“ jelas Tika.
Dalam pelaksanaan kegiatan, mahasiswa yang tergabung dalam PKM ini dibantu oleh beberapa sukarelawan yang nantinya melanjutkan program ini. Sukarelawan ini membantu dalam pengajaran materi dan juga dokumentasi. Bangkit Wibowo, mahasiswa Manajemen UGM angkatan ’14 adalah salah satu sukarelawan dalam kegiatan ini. Bangkit mengatakan bahwa dirinya memang tertarik dalam kegiatan mengajar, oleh karena itulah dia ingin bergabung. Baginya mengajar siswa di sekolah khusus memang agak susah karena harus ada penyesuaian. “Awalnya merasa susah karena harus pelan dan jelas ketika berbicara. Mimik dan ekspresi ketika berbicara harus benar-benar jelas agar mereka mengerti,” tuturnya.
Meskipun mengalami kesulitan dalam penyesuaian, kegiatan ini tetap mendapat respon yang baik dari pihak sekolah dan juga siswa. Para siswa tidak tertutup dan mau berinteraksi dengan panitia pelaksana. Respon yang baik dari pihak sekolah juga mendukung kegiatan ini. Hikmawan Cahyadi, selaku kepala sekolah mengatakan bahwa pihak sekoalah merasa senang mendapatkan apresiasi dari mahasiswa UGM. “ Kami sangat senang mendapat apresiasi dari mahasiswa UGM, kegiatan ini memberikan wadah untuk pengembangan bakat mereka agar bisa mandiri,” tuturnya. Kedepannya, beliau berharap kegiatan seperti ini tetap berlanjut dan tidak berhenti sampai di sini. [Erry, Atikah, Juli]