Judul : PK
Durasi : 2 jam 24 menit
Aktor : Aamir Khan, Anushka Sharma
Sutradara : Rajkumar Hirani
Tahun : 2014
Ritual keagaaman selayaknya dapat mengantarkan hambanya kepada Tuhan.
Film yang dibintangi oleh artis Bollywood kenamaan, Amir Khan, sukses memikat perhatian dunia. Dalam empat hari saja film PK mampu masuk jajaran Box Office dan film terlaris di tahun 2014. Beberapa kontroversi mengenai film ini turut mewarnai popularitasnya yang makin mencuat, seperti melecehkan agama, beberapa adegan dengan pose nyaris bugil, serta tuduhan penjiplakan ide, karakter, dan urutan jalan cerita dari novel Farishta. Novel Farishta sendiri menceritakan kebutaan pengikut agama serta pemuka agama yang mengkomersilkan profesinya.
PK merupakan singkatan nama Peekay yang menjadi tokoh utama dalam film ini. Peekay sering melakukan perilaku yang tak dapat dinalar oleh manusia Bumi. Hal itu yang menyebabkan ia sering dipanggil Peekay yang berarti mabuk.
Pencarian Tuhan
Kalangan agama menganggap agama yang ianutnya paling benar. Namun menjadi masalah jika hal ini berkembang dengan sikap menyalahkan dan intoleran terhadap agama lain. Kita sering pula melihat bagaimana orang terlalu sibuk dengan ritual keagamaannya. Peekay mempertanyakan, apakah kesibukan ritual akan mengantarkan dirinya kepada Tuhan?
Sejak pertama menginjakkan kaki di Bumi, âSi Alienâ dalam film ini kebingungan mencari remote control yang hilang dicuri oleh orang pertama yang ia temui. Padahal, tanpa alat itu, ia tidak bisa menggunakan pesawatnya untuk pulang. Sebagai makhluk asing yang terjebak di Bumi, Peekay tidak mempunyai petunjuk apapun. Setiap orang yang ia tanya hanya mengatakan âbertanyalah kepada Tuhanâ. Di sinilah cerita dimulai, Peekay mulai berburu keberadaan Tuhan. Peekay mendatangi seluruh tempat ibadah berbagai agama dan berdoa kepada berbagai Tuhan agar ia bisa menemukan remote nya.
Ia menyebar pamflet untuk mencari keberadaan Tuhan di beberapa tempat keramaian, salah satunya di dalam kereta api yang akhirnya mempertemukannya dengan seorang reporter wanita bernama Janggu (Anushka Sharma). Janggu pun bertekad membantunya dalam pencarian.
Peekay selalu heran mengapa Tuhan di setiap tempat ibadah yang ia datangi tidak memberi jawaban. Hingga akhirnya ia berpikiran apakah ia âsalah nomorâ dalam menghubungi Tuhan. Rasa herannya pun bertambah ketika âmanager Tuhanâ (sebutan Peekay untuk para pemuka agama), yang mengaku dapat berkomunikasi langsung kepada Tuhan ternyata memberikan solusi yang tidak menjawab keinginan pengikutnya. Hal ini yang Peekay anggap sebagai kesalahan nomor yang dilakukan manager Tuhan dalam menghubungi Tuhannya.
Mendengar pemikiran Peekay, Janggu terpesona. Singkat kata, Janggu berinisiatif untuk membuat suatu program khusus TV atas semua pertanyaan-pertanyaan PK tentang ketuhanan untuk menyerang seorang tokoh bernama Mr. Tapasviji, yang menurut Janggu telah menipu ribuan umat Hindu dengan kharismanya.
Peran âManager Tuhanâ
Alur perdebatan dalam acara TV itu akhirnya membawa pada pertanyaan-pertanyaan kemanusiaan. Adegan mengharukan soal cinta beda agama pun menjadi puncak dari perdebatan itu, yang mengakhiri acara TV dengan kalahnya dogma agama Tapasviji di hadapan pertanyaan kemanusiaan. Peran Tapasviji sebagai manager Tuhan pun termentahkan dengan terbantahnya pernyataan Tapasviji terhadap kisah cinta beda agama yang tidak akan terwujud.
Kepercayaan terhadap Tuhan ala PK dan Soe Hok Gie
Film PK yang mengedepankan fenomena pencarian keberadaan Tuhan ini memang banyak menimbulkan kritikan tajam. Pencarian keberadaan Tuhan yang ditampilkan dalam film ini dianggap sebagian kalangan sebagai cerminan sikap areligius dan sikap hamba yang tidak menTuhankan Tuhannya. Sikap pencarian Tuhan dan mempertanyakan keberadaan sosok Tuhan inilah yang penulis lihat pula dalam sosok Soe Hok Gie dalam bukunya yang berjudul Catatan Seorang Demonstran. Sosok Soe Hok Gie ini dalam bukunya menuliskan, âAku pokoknya menolak semua agama yang membebek. Bagiku Tuhan adalah kebenaran. ia ada dan tiada. ia terjadi bukan menjadiâ. Sosok Soe Hok Gie jelas percaya bahwa Tuhan adalah sebuah kebenaran yang ada, namun Gie tetap menolak dan mempertanyakan suatu agama yang dalam bahasanya disebut sebagai âagama yang membebekâ, atau dengan bahasa sederhana adalah agama yang begitu ribet dengan segala ritualnya namun tidak dapat mengambil nilai dasar ketuhanan. Keteguhan sikap Gie akan kepercayaan terhadap Tuhan pula yang menjadi alasan penolakannya terhadap pengikut agama yang sekadar memenuhi angka statistik.
Keyakinan bahwa Tuhan itu ada dan berpasrah diri kepada Tuhan merupakan suatu nilai ketuhanan yang hakiki. Sikap inilah yang ada pada diri Peekay yang ia lontarkan ketika sesi debat dalam stasiun TV. Menurut penulis, film ini bukanlah film yang mencerminkan sikap areligius, tetapi justru sebaliknya, film ini merupakan film yang mengajarkan kita kembali pada nilai dasar ketuhanan, yaitu kepercayaan atau belief. Agama bukanlah hanya terfokus pada ritual keagamaan, tetapi yang paling penting adalah kepercayaan seorang hamba terhadap Tuhannya. Dalam buku yang sama pula Soe Hok Gie menuliskan, âorang harus mempunyai belief supaya ia tetap tidak ngawurâ. [Ashilly Achidsti]
1 komentar
hi dear senang bemairn2 di tumpahan pikiranmu yang luar biasa. entah kapan bisa tertawa bersama sampai pipi kemeng? sampai air mata keluar?