“Saya tidak pernah menaikkan harga BBM. Saya mengalihkan subsidi. Itu jelas sekali beda,” ujar presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada Selasa (09/12). Pernyataan tersebut diutarakan pria yang akrab disapa Jokowi saat memberikan kuliah umum di Balai Senat Balairung UGM. Acara yang diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian acara Dies Natalis UGM ke-65 itu menghadirkan Jokowi sebagai pembicara. Dalam kuliah umumya, subsidi BBM menjadi fokus utama yang dibahas.
Berdasarkan data APBN, jumlah anggaran subdisi BBM sangat besar, yaitu mencapai 1300 Triliyun. Subsidi sejumlah itu, menurut Jokowi, dapat dialihkan untuk sektor-sektor lain. Ia berencana mengalihkan subsidi BBM untuk pembangunan infrastruktur dan perekonomian, serta perbaikan distribusi logistik. Pria yang pernah menjadi Walikota Solo itu berencana mengalihakan subsidi lantaran penyasarannya yang tidak sesuai. “Sebanyak 72% masyarakat yang menikmati subsidi adalah kalangan menengah ke atas,” jelasnya. Hal itulah yang kemudian membuat Jokowi mengalihkan subsidi BBM dengan cara menaikkan harganya.
Jokowi menjelaskan bahwa anggaran untuk subsidi BBM akan dialihkan untuk kegiatan pembangunan, seperti pengembangan infrastruktur sarana transportasi. Ia berencana melakukan pembangunan transportasi darat dan laut, seperti rel kereta api, jalan tol,dan pelabuhan. Ia menilai transportasi penting untuk pertumbuhan ekonomi karena menjadi sarana distribusi logisik dan mempemudah laju perdagangan.
Pria berusia 53 tahun ini menilai Indonesia terlalu berorientasi pada subsidi BBM tanpa meningkatkan sarana transportasi. Subsidi BBM, tambahnya, terlalu menyedot APBN sehingga sektor lain seperti transportasi tidak mendapat perhatian khusus. Maka dari itu, pembangunan sarana transportasi terhambat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Ia berpendapat bahwa pembangunan infrastruktur sarana transportasi harus segera dipercepat karena sudah terlalu lama diundur. “Pembangunan infrastruktur yang baik akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan cepat,” jelasnya.
Selain transportasi, subsidi BBM juga akan dialihkan untuk pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan, khususnya pertanian. Jokowi menilai, suntikan dana subsidi BBM ke sektor pertanian lebih tepat sasaran karena menyasar langsung pada perbaikan pangan. Dalam hal ini, ia berencana memperbaiki dan meningkatkan kebutuhan para petani dengan membangun bendungan dan irigasi. Pembangunan sarana pertanian ini akan membantu kinerja petani dalam meningkatkan kualitas pangan. Kualitas pangan Indonesia harus terjamin agar tidak bergantung pada impor. Ia menginginkan agar Indonesia dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. “Saya akan mengganti Menterinya, jika dalam waktu lebih dari tiga tahun Indonesia belum mencapai Swasembada Pangan,” tegas pria kelahiran Surakarta tersebut.
Jokowi juga berencana menganggarkan subsidi BBM untuk memperbaiki distribusi logistik. Selama ini, menurutnya, distribusi logistik di Indonesia belum merata. Jokowi menceritakan perbedaan harga barang-barang logistik yang signifikan di beberapa daerah seperti harga semen di Jawa dan Papua. “Harga semen di Papua mencapai 2,5 juta sedangkan di Jawa hanya 70 ribu,” ungkap lulusan Fakultas Kehutanan UGM ini. Ia berpendapat, pengalihan subsidi BBM yang digunakan untuk memperbaiki sistem transportasi akan mempermudah distribusi logistik. Tidak hanya itu, subsidi BBM juga akan dialihkan ke daerah yang jauh dari pusat pemerintah seperti Papua. Hal ini nantinya akan menciptakan kesesuaian harga barang tiap-tiap daerah.
Selain peningkatan kualitas dan kuantitas pada sektor-sektor tertentu. Jokowi juga akan mengalihkan anggaran subsidi untuk Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Miskin, Kartu Indonesia Pintar dan lain hal sebagainya. “Hal ini guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia,” jelasnya.
Mengakhiri kuliah umumnya, Presiden Indonesia ketujuh ini mengatakan bahwa Indonesia harus lepas dari ketergantungan subsidi BBM. Pengalihan subsidi ini menjadi salah satu cara reformasi dari ketergantungan tersebut. Perubahan nyata dari reformasi yang dikatakan Jokowi itu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. “Kita itu terlalu senang dengan anggaran subsidi BBM. Kita harus mengubah pola pikir itu,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta selama dua tahun itu.
Menurut Yuddy Crisnandi, Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi, pengalihan subsidi BBM ini memberikan pengaruh cukup positif. Ia menjelaskan, anggaran dapat disimpan untuk kebutuhan yang lain seperti yang telah dijelaskan oleh Jokowi. Ia mengungkapkan bahwa kuliah umum ini dapat memberikan penjelasan langsung mengenai program-program Jokowi. “Mahasiswa UGM dapat mengetahui sendiri rencana Jokowi saat menjabat,” jelasnya.
Senada dengan pernyataan Yuddy, Ekamara Ananami Putra, mahasiswa Jurusan Politik dan Pemerintahan ’11, juga merasakan hal yang sama. Menurutnya, kuliah umum ini menjawab pertanyaan publik tentang rencana program Jokowi selama lima tahun ke depan. “Saya mendapatkan gambaran jangka panjang apa yang akan dilakukan Jokowi,” ungkapnb; ya. Namun, ia berpendapat bahwa dalam proses pembangunan tersebut terdapat banyak celah yang harus dikawal bersama. Hal ini diutarakannya karena Jokowi tidak bekerja sendirian. “Dalam penerapan rencana-rencana tersebut pastinya Jokowi akan mengamanatkan tugas-tugas pada bawahannya,” jelas Ekamara. “Yang perlu dikawal adalah implementasi program yang lebih produktif agar berjalan sesuai dengan rencana.” [Lamia Putri Damayanti]