Jumat malam (31/10), lampu sorot di panggung Grha Sabha Pramana (GSP) mulai meredup. Satu persatu pemain musik berpakaian hitam dan putih menaiki panggung. Sayup-sayup, terdengar alunan selo, biola, keyboard, saksofon, serta alat-alat musik lain memenuhi ruangan lantai dua tersebut. Lagu Rumah Kita dari Godbless, band yang melegenda pada tahun 70-an pun mengalun. Setelah itu, berturut-turut anggota Gadjah Mada Chamber Orchestra (GMCO) menampilkan Mozart Symphony no.40 K550 in G Minor dari Mozart, medley Dancing Queen dan I Have a Dream. Pada lagu terakhir, Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Fakultas Kedokteran Hewan UGM bernyanyi, mengiringi penampilan orkestra dari GMCO dan Marching Band. Tembang Mamma Mia dari ABBA, grup musik asal Swedia menjadi penutup sesi pertama di Grand Concert Vol.4 itu.
Acara ini merupakan gelaran tahunan yang diselenggarakan GMCO, salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UGM. “Tahun ini panitia mengambil judul Phenomenal Hits!. Sehingga, kumpulan tembang yang dipilih merupakan lagu fenomenal yang dalam perkembangannya memiliki catatan tersendiri di industri musik Indonesia maupun dunia,” papar Rachma Yulia Fatmawati, ketua panitia. Andreas Joko Purwanto dan Puput Pramuditya, mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia didaulat menjadi konduktor konser tersebut.
Setelah jeda beberapa saat, sesi kedua pun dimulai. Lagu Bengawan Solo mengalun dengan iringan orkestra dari GMCO. Tiba-tiba, lampu panggung menyorot, mengikuti gerak sesosok lelaki yang berkepala plontos dan mengenakan jas rapi. Sontak penonton bertepuk tangan dan bersorak riuh menyambut kedatangannya. Marcell Siahaan, lelaki itu, dengan apik berimprovisasi membawakan Bengawan Solo, lagu dari Gesang, maestro keroncong kenamaan Indonesia.
Setelah itu, genre musik berganti. Lagu-lagu pop pun dinyanyikan Marcell pada segmen kompilasi lagu Chrisye. Saat penampilan pertama, tembang Lilin-Lilin Kecil yang berirama sendu menjadi pembuka, diikuti sejumlah lagu lain berirama lebih riang. Penonton diajak bernostalgia ketika Marcell mendendangkan lagu bertema romantika masa muda seperti Kala Cinta Menggoda hingga Galih dan Ratna.
Pada tengah pertunjukan, Marcell mengungkapkan kegembiraanya dapat berkolaborasi bersama GMCO. “Saya memang sudah sering berkolaborasi dengan berbagai kelompok orkestra. Namun ketika saya berkolaborasi dengan GMCO, saya merasa menemukan kembali passion yang selama ini hilang,” jelasnya. Mendengar pujian tersebut, baik penonton maupun anggota GMCO bertepuk tangan.
Pada akhir acara, Marcell Siahaan mengajak penonton berinteraksi dan berdiri. Ia lalu menutup konser selama tiga jam itu dengan menyanyikan lagu dari Iwan Fals yang berjudul Bento. Refrain lagu tersebut sontak membuat penonton di tengah ruangan dan tribun ikut berteriak, “Bento…Bentoo..Bentooo!” Pekikan lantang yang seolah menunjukkan kegeraman terhadap perilaku penguasa yang korupsi, seperti disindir Iwan Fals dalam lagu ini.
Hani, mahasiswi Farmasi UGM ‘14 mengungkapkan kepuasannya karena konser ini memainkan musik dari berbagai zaman “Ternyata lagu-lagu lama itu tidak membuat bosan jika dibawakan dengan cara lain, contoh dengan iringan orkestra seperti di konser ini,” ungkapnya. Hal sebaliknya diungkapkan oleh Riris, mahasiswa Teknologi Informasi UGM ’13. Ia mengungkapkan kekecewaannya lantaran antrean yang membeludak saat akan memasuki ruangan. “Saya harap untuk Grand Concert selanjutnya mekanisme antrean masuk diperbaiki lagi,” pungkasnya. [Dian Pramitasari]