Rinai hujan tidak mengurangi semangat para seniman dalam memamerkan karya seni. Mereka tetap sabar menunggu para pengunjung yang datang. Pameran ini dilaksanakan di Bentara Budaya, yang terletak di Kota Baru, Yogyakarta. Pameran yang menyajikan seni rupa patung tiga dimensi (3D). Pameran patung ini meramaikan aktivitas pameran seni rupa yang tiada henti berlangsung di Yogyakarta. Hal ini dapat menunjukan semangat para seniman dalam berkarya.
Pameran patung yang berlangsung pada 11-19 November ini mengangkat tema “Aku Rapopo”. Tema yang sudah tidak asing lagi ditelinga masyarakat, “Aku Rapopo” sebuah lagu yang di populerkan oleh Julia Perez. “Aku Rapopo” menggambarkan hati dan sikap rakyat Indonesia terhadap pemerintah. “Sikap kelegowoan hati rakyat tehadap para pemimpin Indonesia. Kata Legowo itu sendiri bermakna kebesaran hati atas permasalahan pemerintahan yang sedikit banyak membuat masyarakat kecewa,” ungkap Budi Barnabas, pembuat patung 3D “Aku Rapopo”.
Melangkah memasuki Bentara Budaya, pengunjung akan disuguhkan patung yang di sisi barat ruangan. Ada seekor sapi betina yang disedot susunya oleh empat orang anak manusia. Dua di antaranya menyedot susu si induk, dan dua lainnya dengan sabar menunggu sembari membawa ember. “Anak-Anak Sapi”, begitu judulnya. Amboro Liring, sang seniman, menggambarkan kelegowoan dan keikhlasan hati “Aku Rapopo” melalui induk sapi yang tetap gembira meskipun susunya disedot habis oleh anak-anak tersebut.
Beralih ke tengah ruang pameran, terpajang patung Presiden Republik Indonesia dari yang pertama hingga ketujuh. Patung berbahan resin, berukuran 300x300x150 cm yang dibuat oleh Budi Barnabas. Patung yang dinamai “Sapta Pesona” menggambarkan sosok pemimpin Indonesia dari awal kemerdekaan hingga saat ini. “Pesona setiap person presiden mempunyai cita-cita sendiri, gagasan dan pokok pikiran sendiri,” jelas Budi Barnabas. Rupa patung tersebut ditampilkan dengan akrab dan sangat harmonis, karena mereka sedang bercengkerama sambil tersenyum.
Keenam presiden terdahulu duduk melingkari satu meja dengan membawa ciri khas pribadi. Presiden pertama Indonesia, Soekarno tampak duduk sambil memegang alat lukis. Karena Budi menggambarkan Soekarno sebagai sosok yang mempunyai jiwa arsitektur dan berseni tinggi. Kemudian di sebelahnya tampak presiden Soeharto dan B.J Habibie dalam satu bangku. Soeharto duduk santai sedang Habibie memainkan pesawat mainan miliknya. Dalam pemerintahan Habibie yang teramat singkat, teknologi yang dicanangkannya melaju pesat. Soeharto digambarkan Budi sebagai pengikut teknologi Habibie.
Selanjutnya, presiden keenam yang baru saja lengser digambarkan sedang duduk membawa kencrung (gitar kecil) dan terlihat bernyanyi. Budi Barnabas ingin menunjukan jiwa seni yang dimiliki seorang Susilo Bambang Yodhoyono. Namun selain mengapresiasi jiwa seni yang dimiliki SBY, Budi Barnabas juga memberi kritik sosial untuk presiden keenam ini. “Ini merupakan kritik sosial terhadap SBY dimana dalam masa pemerintahannya ia menyempatkan diri mengeluarkan delapan buah album. SBY dianggap sosok yang giat bermusik meskipun rakyatnya tak ada yang merespon albumnya. Lalu untuk apa giat memerhatikan lagu-lagu namun tidak memerhatikan rakyatnya,” ungkap Budi Barnabas.
Megawati Soekarno Putri duduk anggun sedang mengibaskan kipas di tangan kirinya. “Inikan, bahwa bu Megawati sebagai sosok yang kemayu,” ungkap Budi Barnabas. Selanjutnya Budi Barnabas menampilkan Abdurrahman Wahid (Gusdur) duduk di samping Megawati dalam pose berpangku tangan. Terdapat sosok yang mengamati dengan tersenyum bak melihat acara komedi. Sosok itu merupakan presiden ke tujuh Indonesia, Joko Widodo (Jokowi). Jokowi digambarkan belum berperan, pemerintahan yang baru berjalan beberapa bulan membuatnya hanya berperan sebagai penonton.
Budi Barnabas sebagai seorang seniman, menunjukan sisi lain dari karyanya. Sisi itu adalah rasa miris yang menghantui ketika melihat keakraban itu hanya dalam sebuah patung. “Sisi lainnya, ada rasa miris. Bahwa keakraban itu hanya di dalam patung, bukan dalam kehidupan nyata,” ungkap Budi Barnabas. Selanjutnya Budi Barnabas juga menyadari bahwa setiap pemimpin di negara ini, pasti memiliki ide, gagasan dan cara yang berbeda. “Setiap pemimpin di Indonesia, pasti memiliki ide, gagasan dan cara yang berbeda. Makanya, penilain rakyat juga berbeda,” tutur Budi Barnabas.
Melalui patung, Budi Barnabas ingin menunjukan kritik sosial terhadap pemerintah. Selain itu, Ia juga masih memiliki optimisme terhadap bangsa ini untuk menjadi yang lebih baik lagi. “Saya punya optimisme terhadap bangsa ini untuk menjadi bangsa yang lebih baik,” tutur Budi Barnabas.
“Awalnya gak ada niat kesini. Terus ngeliat ada pameran patung, jadi tertarik. Pamerannya lumayan, dan yang paling aku suka itu patung presiden “Aku Rapopo”. Sayangnya, patung yang dipamerkan sedikit,” komentar Sulhan Ghifarri, mahasaiswa UGM, Geografi 2014. [Erina Marlia Dewi, Gita Sumirat, Tika Sri Wulandari]