Seminar Nasional bertajuk “Peningkatan Produksi Susu Dalam Negeri Demi Terwujudnya Swasembada Susu 2020” digelar di Auditorium Fakultas Peternakan UGM, Sabtu (17/5). Acara yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan UGM ini diikuti sekitar 320 peserta. Tidak hanya berasal dari UGM, beberapa mahasiswa Fakultas Peternakan dari berbagai Universitas di Jawa Tengah turut hadir dalam acara tersebut. Seminar ini digelar sebagai pembuka dalam rangkaian acara memperingati Hari Susu Nusantara 2014 dan merupakan program kerja tahunan BEM Fakultas Peternakan UGM. “Tahun ini kita mempunyai konsep berbeda dari tahun lalu yang menempatkan seminar di akhir rangkaian acara,” ungkap Anggita Tiara Sandi selaku Ketua Panitia.
Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc., Ph.D selaku Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tahun 2008-2012 hadir sebagai pembicara. Hadir juga Sunyoto dari Kelompok Ternak Sapi Perah “Sidomukti” dan Deri Rizki Anggraeni, S.Gz dari Komunitas Pendidik Gizi “Lebah Ceria”. Selain itu, Mirza Akbar, S.Pt selaku pemilik Yogya Ice Cream yang juga merupakan alumni Fakultas Peternakan UGM turut hadir dalam seminar.
Mengawali seminar, Prof. Dr. Ir. Zaenal Bachruddin, M.Sc., Ph.D menjelaskan perihal strategi peternakan menuju swasembada susu berdaya saing tinggi. Menurutnya, swasembada adalah kondisi ketika suatu bangsa mampu menyediakan kebutuhannya, termasuk susu segar sebanyak 90% dan hanya mengandalkan 10% impor. Tetapi, hal itu saja tidak cukup. Zaenal menegaskan, diperlukannya daya saing tinggi dalam suatu produk. “Hal itu terlihat dari sejauh mana barang kita mampu bersaing di luar negeri,” jelasnya.
Selain hal tersebut, menurut Zaenal, untuk mewujudkan Swasembada Susu 2020 diperlukan pengembangan sektor peternakan dari sekedar produktivitas menjadi berorientasi pasar. “Kita harus berani menciptakan apa yang dibutuhkan pasar,” imbuhnya. Untuk itu diperlukan kerja sama baik dari pihak peternak, konsumen, maupun mahasiswa khususnya Fakultas Peternakan agar tercipta inovasi dan meningkatkan hasil produksi peternakan di Indonesia.
Pendapat serupa juga diungkapkan Sunyoto dari Kelompok Ternak Sapi Perah “Sidomukti” yang berlokasi di Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Dalam penjelasannya, Sunyoto menyebutkan kelompoknya termasuk awam dalam hal budi daya sapi perah. Sunyoto berharap kepada mahasiswa, khususnya dari Fakultas Peternakan untuk terus memberikan pembinaan kepada kelompoknya. “Kami memulai budi daya sapi perah dengan bekal keilmuan yang nol, jadi butuh banyak bimbingan dari orang yang ahli di bidang tersebut,” ujar Sunyoto.
Dalam seminar ini, mahasiswa juga diberi penjelasan mengenai isu-isu yang secara tidak langsung akan menghambat terwujudnya Swasembada Susu 2020. Di antaranya adalah anggapan bahwa susu adalah penyebab osteoporosis. Terkait hal ini, Deri Rizki Anggraeni, S.Gz dari Komunitas Pendidik Gizi “Lebah Ceria” menjelaskan bahwa hal itu tidak benar. “Produk susu olahan yang komposisi kalsiumnya tidak tepat mungkin berisiko menyebabkan osteoporosis. Tetapi kalau susu murni jelas tidak,” terangnya.
Melalui acara ini, Anggita Tiara Sandi selaku Ketua Panitia berharap ada langkah-langkah yang mulai diciptakan untuk mewujudkan Swasembada Susu 2020. Meskipun dia mengakui bahwa seminar ini hanya sekedar seremonial yang berlangsung setiap tahun. “Harapan kita dari seremonial seperti ini ada aksi yang lebih nyata seperti Gerakan ‘Ayo Minum Susu’, karena kita sadar untuk mewujudkan Swasembada Susu 2020 tidak terjadi tiba-tiba tetapi diperlukan langkah mulai dari sekarang,” ujarnya tegas. [Ervina Lutfikasari]