Senin (5/5) sore, Drs. J. Susetyo Edy Yuwono M. Sc., Koordinator Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB), terlihat sedang duduk diantara mahasiswa di selasar lantai dua Gedung C. Pria yang sering dipanggil Mas Menyong ini sedang membuka acara pertemuan yang membahas Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB) 2014. Pertemuan antara Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM), Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) serta Badan Semi Otonom (BSO) yang disebut Forkom Sekre, dan perwakilan dekanat ini diadakan untuk menindaklanjuti konflik pemilihan ketua Organizing Comitte (OC) PPSMB FIB.
Konflik dimulai saat ditetapkannya sistem baru dalam proses pemilihan ketua OC PPSMB. Selama ini, pemilihan ketua OC PPSMB merupakan hak preogratif ketua LEM. Namun, Ahsan Ramadhan, ketua LEM mencoba bersikap lebih demokratis dengan cara melibatkan banyak pihak dalam pemilihan ketua OC PPSMB tahun ini. “Semua berawal dari pengamatan saya bahwa LEM terlihat eksklusif karena ketua OC PPSMB ditentukan oleh presiden LEM. Tahun ini saya mencoba mengubah hal itu dengan melibatkan HMJ dan BSO,” terang Ahsan. Ia menambahkan, HMJ dan BSO mendapatkan dua hak istimewa. Pertama, diberi kesempatan untuk ikut sesi wawancara dengan calon ketua OC PPSMB. Kedua, bisa ikut memilih dan menentukan ketua OC PPSMB.
Pendaftaran ketua OC PPSMB dibuka selama satu minggu dari 24 Februari sampai 06 Maret 2014. Menurut keterangan Hendy Pradiska, ketua divisi Hubungan Masyarakat (Humas) LEM, sampai ditutupnya pendaftaran hanya ada dua pendaftar. “Sampai hari terakhir hanya ada dua pendaftar yaitu Ibnu Asyrin dan Khusnul Bayu, itupun berkas mereka belum lengkap,” papar Hendy. Akhirnya, LEM memutuskan menambah satu hari lagi agar kedua calon melengkapi berkas. Setelahnya, pada Jumat (7/3) diadakan wawancara dilanjutkan musyawarah pemilihan yang hanya dihadiri oleh sedikit perwakilan HMJ dan BSO. “Saya 4 kali mengirimkan sms sebelum musyawarah pemilihan dimulai dan sekali sms saat breaksholat Maghrib,” ujar Hendy. Ahsan menambahkan, LEM sudah berusaha komunikatif terhadap pihak HMJ dan BSO. “Seharusnya tidak ada alasan untuk ketidakhadiran perwakilan HMJ dan BSO,” jelas Ahsan.
Pernyataan Ahsan mendapat kritikan dari pihak HMJ dan BSO. Ketua BSO FIB English Ranger (FIBER), Ari Bagus Panuntun menyatakan adanya kesalahan diksi pada surat yang menyebabkan perbedaan informasi. “Undangannya bukan penetapan siapa yang jadi ketua tapi hanya wawancara calon ketua,” kata Bagus. Informasi pada surat resmi dianggap lebih valid daripada pesan singkat sehingga menyebabkan beberapa ketua HMJ dan BSO yang tidak bisa hadir tidak mengirimkan wakilnya. Kritik tersebut juga dilontarkan oleh Dian Budaya melalui akun twitternya.
Musyawarah yang hanya dihadiri sedikit orang tersebut mengalami jalan buntu.Sistem pemungutan suaradengan mengacungkan jari sambil tutup mata digunakan. Dari 19 orang, dua orang menyatakan tidak mau ikut memilih karena merasa kedua calon sama baiknya. Tersisa 17 orang yang ikut pemungutan suara dan menghasilkan kemenangan Ibnu dengan selisih satu suara. Surat kesepakatan hasil pemilihan dibuat setelah pemungutan suaraselesai. “Beberapa orang pulang duluan sebelum tandatangan, mungkin sudah capek,” terang Ahsan.
Tiga hari kemudian muncul isu bahwa pemilihan ketua OC PPSMB cacat proses dan tidak adil. Anggita Swestiana, Pemimpin Umum Pers Mahasiswa FIB (Dian Budaya) mengatakan, mekanisme pemungutan suara tidak bisa dipertanggungjawabkan secara legal. “Pemungutan suaratutup mata itu tidak etis,” jelasnya. Menanggapi hal tersebut, LEM melakukan rapat mendadak untuk menentukan langkah. Akhirnya, disepakati adanya klarifikasi pada Jumat (14/3) tentang pemilihan ketua OC PPSMB yang sudah dijalankan. “LEM sudah meminta maaf atas kesalahan pemungutan suara tutup mata dan peserta rapat memaafkan,” ujar Hendy. Pada klarifikasi tersebut LEM sudah menjelaskan bahwa pemilihan secara pemungutan suara terpaksa dilakukan karena jalan musyawarah sudah tidak bisa ditempuh.“Pada akhir acara sudah tidak ada yang bertanya atau menggugat lagi, jadi saya pikir masalahnya sudah selesai,” jelas Ahsan. Setelah itu, dibuatlah surat kesepakatan baru yang menyatakan bahwa semua HMJ dan BSO menerima keputusan penetapan ketua OC. “Kali ini semuanya tidak pulang sebelum tanda tangan,” kata Ahsan.
Setelah klarifikasi, permasalahan ketua OC PPSMB masih berlanjut. Hendra Permana, Ketua Badan Keluarga Mahasiswa Sejarah (BKMS) memberikan kesaksian baru. Ia mengaku hadir ketika proses pemungutan suara dilaksanakan namun tidak ikut memilih. “Saya waktu itu ikut tutup mata tapi tidak angkat tangan,” kata Hendra. Padahal, menurut Ahsan ada 17 orang yang ikut dalam pemungutan suara dengan hasil 9 memilih Ibnu dan 8 memilih Khusnul. “Jadi seharusnya hasil pemungutan suaranya seri,” tambah Hendra.
Kesaksian Hendra memicu munculnya Forkom Sekre yang khusus membahas mengenai masalah PPSMB ini. Erlangga Singgih Anandyto, salah satu anggota Dian Budaya mengatakan, telah muncul wacana dari beberapa HMJ dan BSO untuk memboikot acara PPSMB. “Beberapa HMJ dan BSO tidak bersedia berpartisipasi dalam PPSMB karena prosesnya dianggap tidak sesuai,” kata Erlangga. Ia juga menambahkan, Forkom Sekre ini ingin menghentikan aliansi penolakan dengan berdialog bersama LEM dan dekanat. “Kami minta tolong pihak Dekanat sebagai fasilitator serta agar Surat Keputusan resmi panitia PPSMB bisa ditahan dulu sampai masalah ini selesai,” papar Erlangga.
Forkom Sekre menuntut adanya perbaikan pada kecacatan proses pemilihan ketua OC PPSMB.Ahsan sendiri mengakui adanya kesalahan pada proses pelaksanaan dan menyatakan permintaan maaf. Diajuga menjelaskan bahwa ada kesalahan diksi pada undangan pemilihan ketua OC PPSMB untuk HMJ dan BSO. “Saya minta maaf secara publik sebagai individu maupun lembaga mengenai diksi surat undangan dan pemungutan suara tutup mata yang dirasa tidak etis,” terang Ahsan.
Selain kesalahan diksi surat, Ahsan juga mengaku bahwa mekanisme pemungutan suara tutup mata merupakan tindakan responsifnya saat itu karena jalan musyawarah dan lobi sudah tidak bisa ditempuh. Hal ini memicu konflik sebab saksi, penghitung suara, dan penentu keputusan absolut terhadap suara hanya Ahsan seorang. “Meskipun begitu, pada saat itu hasilnya memang Ibnu menang dengan selisih satu suara,” jelas Ahsan. Menanggapi hal tersebut, Ahmad Bahrul Anshori, ketua PPSMB tahun 2013 menjelaskan bahwa dalam aturan pemungutan suaraseharusnyaada orang yang berbeda untuk menjadi saksi serta penghitung suara. “Secara legalitas, hasil pemilihan ketua OC PPSMB dengan pemungutan suara tutup mata itu tidak sah,” tegas Bahrul.
Meski begitu, Bagus menyatakan bahwa sebenarnya Forkom Sekre dibentuk bukan dengan tujuan untuk mengingkari surat kesepakatan yang terakhir. “Memang ditemukan fakta-fakta setelah hari klarifikasi, sehingga kami merasa perlu mengambil tindakan,” jelas Bagus. Ia menambahkan, seharusnya tidak ada yang memosisiskan diri sebagai tergugat dan yang menggugat. “Presiden itu kan harusnya representasi kemauan dari rakyatnya, sedangkan rakyat menginginkan adanya musyawarah lagi setelah klarifikasi kemarin,” tegas Bagus. Ia juga memberi saran agar diadakan pemilihan ulang.
Bahrul menambahkan, sebelum pemilihan ulang ketua OC dilaksanakan, pemilihan Steering Commite (SC) seharusnya dilaksanakan terlebih dulu. “Seharusnya SC dibuat dulu baru dipilih ketua OC karena peran SC adalah pembuat konsep dan pengarah kerja OC,” jelas Bahrul. Musyawarah tersebut akhirnya menyetujui pemilihan SC dan pemilihan ulangketua OC. Namun, Khusnul selaku calon ketua OC yang sebelumnya kalah suara menyatakan keberatan untuk dicalonkan kembali. “Saya menolak karena menurut saya sistemnya sudah berantakan dan saya tidak mau masuk ke dalam sistem yang berantakan,” tegas Khusnul. Pernyataan Khusnul menyebabkan batalnya pemilihan ulang dan memunculkan keputusan baru, yaitu pendaftaran ketua OC PPSMB dibuka kembali selama tiga hari.
Musyawarah tersebut juga menyepakati bahwa SC akan dibentuk secara tertutup oleh 26 perwakilan HMJ dan BSO. Selanjutnya, SC memiliki hak untuk memilih OC jika hingga batas akhir pendaftaraan ulang tidak ada yang mendaftar. “Semua yang kita usahakan adalah untuk kebaikan FIB. Semoga semua pihak bisa ikut membantu supaya lancar,” ujar Mas Menyong. Ia juga menambahkan, FIB sudah dua tahun terakhir menjadi acuan universitas sebagai penyelenggara PPSMB dengan tingkat moralitas terbaik. “Pihak dekanat memfasilitasi penyelesaian konflik yang ada agar semua aspirasi bisa tertampung dan proses PPSMB FIB tahun ini bisa berjalan lebih baik dari sebelumnya,” tegas Mas Menyong. [Ucig]
1 komentar
Isi beritanya bagus. Rasanya wartawannya betul2 seirus cari informasi sampai bisa detail begini. Saya rasa mbak wartawannya terlibat langsung, atau minimal berada pada lingkaran yang dekat dengan orang2 yang terlibat pada kegiatan ini.
Hanya saja, judulnya itu lho. Menegsankan pada pelaksanaan rapatnya terjadi kericuhan, kemelut gitu.
Tapi oke. Biasa, bahasa media. Mirip kayak merdeka.com, kompas.com
judul berita ndak sama dengan isi berita.