“Nantinya kan mahasiswa yang akan memegang Indonesia,” tutur Reviandani MIftah Nabilah, ketua panitia acara Mimbar Inspirasi, Minggu (18/5). Kenyataan dalam pernyataan itulah yang mendasari keinginan BEM Fakultas Kedokteran (FK) untuk mengadakan acara yang digelar di Auditorium FK UGM ini. Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini menghadirkan tokoh-tokoh yang dikatakan ‘telah selesai dengan dirinya’, yaitu Herry Zudianto, SE.Akt., MM (Walikota Yogyakarta 2001-2011), Luthfi Hamzah Husin (Presma UGM 2011-2012), dan Nyoman Anjani (Presma ITB 2013-2014). Acara bertema “Inspirasi Membangun Negeri” ini dimoderatori oleh Albistamy M. P. dan Ayunda Dewi J. J., mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter angkatan 2011.
“Pemimpin adalah pelayan,” demikian pernyataan Herry sebagai pembicara pertama. Hal itu tak hanya dikatakannya, namun juga merupakan cerminan kepemimpinannya sebagai Walikota Yogyakarta selama dua periode. Jabatan tersebut tak dimanfaatkannya untuk memperkaya dirinya, namun ia pakai untuk mengabdi pada masyarakat. “Kesempatan lima tahun menjabat ini saya manfaatkan untuk melayani masyarakat,” kata mantan walikota yang pernah menerima Bung Hatta Anti Corruption Award tahun 2010.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya berdialog. Menurutnya, sebelum mengambil keputusan, pemimpin perlu berdialog, mendengarkan pemikiran orang lain. Hal itu penting karena pemimpin belum tentu memahami bagaimana rasanya berada pada posisi yang berseberangan dengannya. Meski begitu, keputusan tetaplah di tangan pemimpin. “Kemampuan mendengar yang baik itu perlu, tapi tidak boleh jadi penakut dalam mengambil keputusan,” kata Herry. Semua yang dikatakannya itu dibuktikan dengan keberhasilannya merelokasi pedagang kaki lima untuk mendirikan Taman Pintar.
Pada sesi berikutnya, Luthfi sebagai pembicara kedua juga mengatakan bahwa pemimpin bukan masalah posisi, melainkan fungsi serta paradigma dan karakter. Ia terinspirasi oleh kisah hidup tokoh-tokoh pejuang seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, dan lain-lain. “Mereka berjuang tanpa berpikir akan mendapat jabatan apa,” tuturnya.
Selain menjadi sosok yang melayani, pemimpin juga harus memiliki visi. “Pemimpin adalah arsitek. Ia yang punya mimpi sebagai dasar rancangan,” tutur Nyoman sebagai pembicara ketiga. Menurut pendiri Ekspedisi Pelita Muda ini, visi yang dihadirkan oleh pemimpin harus inovatif dan solutif.
Untuk menjadi pemimpin dan pembangun bangsa, seseorang perlu menjadi orang yang tidak lagi memikirkan diri sendiri. “Telah selesai dengan dirinya” merupakan sebutan panitia bagi para pembicara. “Bereskan permasalahan pribadi untuk mengurus masalah yang lebih besar,” tutur Luthfi. Nyoman pun mengatakan hal yang serupa, “Jadi pemimpin itu yang penting memberi bagi orang lain, bukan untuk diri sendiri.”
Sebagai penutup acara, diberikan penghargaan “Peserta Paling Inspiratif”. Acara ditutup sekitar jam 12.30 WIB. Panitia pun berharap, sepulang dari acara ini para peserta dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. “Semoga kita lebih baik daripada mereka dan lebih menginspirasi orang-orang,” kata Reviandani. [Tabita Kristofani]