Iringan gendang dan gamelan sahut menyahut membentuk musik yang indah di Gedung Pusat Koesnadi Hardja Soemantri. Suguhan musik itu berasal dari salah satu tim peserta Cultural Festival 2014 yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Penampilan musik tersebut juga sebagai pertanda dibukanya acara ini, sebelum secara resmi dibuka oleh Direktur Kemahasiswaan Universitas Gadjah Mada, Drs.Senawi,M.P. Seremonial pembukaan dengan pemukulan gong lima kali yang bermakna pancasila ini, diselenggarakan oleh UGM Residence, pada minggu (20/04).
Acara ini sukses meskipun baru pertama kali diadakan. “Acara yang dimulai sejak tahun 2013 ini saat pertama kali diadakan masih bersifat asrama dan mulai tahun ini mencoba untuk keluar,” ujar Nuri Luthfiana, selaku ketua panitia Cultural Festival 2014 sekaligus mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM. “Acara ini menampilkan kebudayaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dari dalam negeri, diantaranya Jawa Barat, Lampung, Kalimantan sampai Papua,” tambahnya.
Tidak hanya penampilan kebudayaan saja namun ada juga stan dari berbagai negara dan daerah dalam negeri hadir disini. Beberapa stan ada yang memperkenalkan makanan khas, pakaian adat, dan budaya yang menjadi simbol daerahnya. Seperti yang ditampilkan oleh stan Gajah Lampung, ia menampilkan replika kecil gajah Sumatra dan pakaian adat Lampung. Di samping itu ada yang memperkenalkan makanan khas, seperti stan dari Perhimpunan Mahasiswa Prancis, stan Pusat Studi Jepang, dan stan Pusat Studi Korea. Ada juga stan yang menghiasi ruangannya dengan aksesoris suku khas daerah, contohnya Kalimantan Tengah yang menghiasi ruangan dengan pakaian adat Dayak.
Seperti yang di ungkapkan Grey Lawrance Sirosi, ketua stan Pusat Studi Jepang, “acara ini sangat bagus, karena menampung rekan-rekan daerah lain disatukan dengan kebudayaan lain. Tetapi penampilan kebudayaannya kurang lengkap, kalau bisa tahun depan lebih lengkap dan lebih banyak lagi”. Penonton juga terhibur dengan penampilan tim angklung yang dibawakan oleh anak-anak Sekolah Dasar. Acara ini dihadiri banyak pengunjung dari berbagai fakultas di Universitas Gadjah Mada dan masyarakat umum di Yogyakarta.
Penampilan kebudayaan semacam ini bisa menumbuhkan kebanggaan terhadap kebudayaan bangsa sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Probo Agesta, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, sekaligus ketua Gajah Lampung “Kegiatan ini sangat bagus, karena mengumpulkan rekan-rekan dari daerah lain dan disatukan dalam pameran kebudayaan,”. Tujuan diadakannya acara ini untuk mengingatkan mahasiswa yang berasal dari luar Yogyakarta tentang kebudayaan mereka. “Dengan acara ini ayo mulai mengenal kebudayaan kita, karena kita adalah negara kebudayaan,” tutup Nuri Luthfiana. [Ahmad Yani]