Tiap-tiap lembaga mahasiswa di Fakultas Kehutanan dan Biologi UGM menggelar peringatan Hari Bumi. Puncaknya diselenggarakan oleh Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan (LEM FKT) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Biologi UGM pada Sabtu (26/4)pukul 08.00 WIB. Acara yang bertempat di Jalan Malioboro dan Titik 0 km Yogyakarta ini diikuti sekitar empat ratus mahasiswa. Peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi yaitu mahasiswa UGM dari Fakutas Kehutanan, Fakultas Biologi, perwakilan lembaga se-UGM, serta mahasiswa Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta dan Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta. “Peringatan ini digelar agar masyarakat lebih peduli kepada bumi,” kata Altingia Silviani selaku ketua panitia dari LEM FKT.
Aksi ini diawali dengan long march di sepanjang Jalan Malioboro menggunakan kostum daur ulang yang diiringi oleh marching band (MB) UGM. Ditampilkan pula tree climbing dari Mahasiswa Pecinta Alam Silvagama Fakultas Kehutanan UGM dilanjutkan orasi dari tiap perwakilan lembaga se-UGM. “Setiap tahun kita memperingati Hari Bumi, namun setiap tahun pula bumi kita semakin hancur dan hutan kita semakin rusak,” ujar Abdurrahman Al-Ghafiqi, Deputi Eksternal Departemen Advokasi LEM FKT dalam orasinya.
Hal senada juga diungkapkan Altingia Silviani, dia berpendapat, bumi sekarang telah rusak akibat ulah manusia yang tidak ramah lingkungan. Wanita yang biasa disapa Gia ini mengungkapkan bahwa hal itu diperparah dengan minimnya pepohonan yang ada di bumi. “Maka kami dari kehutanan membagikan tas-tas agar mengurangi penggunaan plastik dan pembagian bibit pohon kepada masyarakat untuk ditanam,” ujarnya.
Dalam aksi tersebut, Taufik Ahmad Farizi, ketua MB UGM, mengungkapkan ada salah satu spanduk yang menarik. Spanduk tersebut bertuliskan “Earth Day Is Every Day”. Baginya, menjaga kelestarian bumi tidak hanya bisa dilakukan pada saat peringatan Hari Bumi, tetapi juga setiap hari. “Hari Bumi tidak hanya ada dalam satu hari, tapi setiap hari adalah Hari Bumi,” ungkapnya.
Di akhir acara, aksi ditutup dengan penampilan teatrikal dari Komunitas Seni Kehutanan. Dalam teatrikal berjudul “Bumi di Ujung Telunjuk” tersebut digambarkan nasib bumi hanya berada pada segelintir orang yang memiliki kekuasaan. Sumber daya alam yang ada di bumi dieksploitasi dengan rakus. Pohon-pohon rusak digambarkan dengan orang-orang berkostum daun di sekujur tubuhnya yang tersungkur ke tanah. “Teatrikal tersebut menyampaikan pesan agar manusia melestarikan hutan, salah satunya dengan cara menanam pohon,” ujar Dian Yuanita, mahasiswa Fakultas Kehutanan ’12.
Terkait aksi tersebut, Adhitya Herwin Dwiputra, Ketua BEM KM UGM 2014, mengungkapkan bahwa acara ini sudah berjalan dengan baik. Adhitya berharap aksi ini tidak hanya sekedar seremonial yang dirayakan rutin setiap tahun. Dalam aksi ini, dia berharap ditanamkan pula nilai-nilai, seperti hemat energi sampai himbauan untuk tidak menebang pohon secara ilegal. “Harapannya kita dapat membangun opini publik di Yogyakarta mengenai pentingnya lingkungan hidup untuk kehidupan di masa depan,” pungkasnya. [Ervina Lutfikasari, Joko Budi Santoso]