“Dalam pengabdian kalian berpulang pada kepedulian, kalian meninggalkan kenangan. Karena sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah mereka yang berguna bagi sesamanya, selamat jalan sahabat, selamat datang dalam keabadian.” begitulah kata yang tertulis di depan khalayak.
Kelompok Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup Setrajana Fisipol UGM (KPALH Setrajana), Jumat malam (14/3/) menggelar tahlilan dan doa bersama di Hall barat Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIPOL). Tahlilan ini dalam rangka mengenang tujuh hari meninggalnya relawan penanganan bencana letusan Gunung Kelud. Korban bernama Rahmatullah Rais biasa disapa Imat, mahasiswa jurusan Manajemen Kebijakan Publik (MKP) 2006 dan Surya Hardianta mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Mereka meninggal akibat tersengat aliran listrik pada saat memperbaiki antena dari salah satu rumah warga, Jumat (7/3). Menurut salah seorang teman, Imat adalah sosok yang baik, “Almarhum banyak memberikan ilmu dan keceriaan dengan gaya cool dan khas.” ungkap ketua KPALH Setrajana, Eduardus Krisna.
Ketua MKP UGM, Dr. Ambar Widaningrum, M.A turut hadir dalam kegiatan tersebut, beserta jajaran staff dan karyawan FISIPOL. Tahlilan dan pembacaan do’a ini telah rutin dilaksanakan sejak malam pertama kepergian almarhum namun, di lokasi yang berbeda. Hari pertama sampai ke- empat digelar di kantin Fisipol dan Rabu di UAD alasannya agar dapat kumpul bersama. Kamis di Universitas Taman Siswa (UTS), karena Surya Hardianta pernah menjadi mahasiswa di UTS.
Para hadirin yang dipimpin oleh Agung Sutrisno terlihat sangat khusyu melantunkan doa untuk almarhum. Kegiatan tersebut dirangkaikan dengan sambutan dan pembacaan riwayat hidup Imat oleh Eduardus. Dilanjutkan sambutan oleh dekan FISIPOL Dr. Erwan Agus Purwanto, M.Si , setelah itu para hadirin diminta untuk melantunkan lagu Syukur. Para hadirin menyanyikannya dengan penuh khidmat. Dilanjutkan pertunjukan video rekam jejak almarhum, dan pembacaan puisi yang dikombinasikan dengan iringan lagu kemudian penjelasan kronologis meninggalnya korban oleh KPALH Setrajana.
Tahlilan tersebut diramaikan lebih dari ratusan orang, Jangkauan peserta terbuka untuk umum.“Kami persilahkan untuk semua teman yang mau mendoakan beliau.” ucap Eduardus. Suasana haru malam itu masih sangat terlihat di wajah para hadirin terutama bagi para KPALH Setrajana, kepergian Imat sangat membekas dikehidupan mereka. “Banyak hal yang telah dilalui bersama almarhum tertawa bersama, capek bersama itu tidak akan kami lupakan.” tambah Eduardus. Suasana semakin hening, ketika diperdengarkan cerita kronologis kepergian almarhum oleh KPALH Setrajana. Seolah para hadirin melihat dan hadir menyaksikan kejadian tersebut.
Dalam rangka memperingati hari kepergian almarhum yang ke-40, KPALH Setrajana berencana akan mengunjungi makam almarhum. “Untuk ke 40 harinya kita bareng-bareng akan mengunjungi makam almarhum di Serang” ucap Eduardus.
Kedua relawan merupakan sosok pemberi semangat untuk teman-temannya. Nawamurdiyanto Alumni KPALH Setrajana mengatakan, “Mereka bukan korban tapi penyala api. Pemberi semangat dan jiwa untuk selalu berbagi dengan sesama, mereka memilih berbagi bersama diantara banyak kesempatan untuk dipilih.” tegasnya. [Nur Isma Dewi]