Selasa, (17/12) jurusan Antropologi UGM menyelenggarakan pameran foto bertajuk “Photography as A Mirror”. Acara ini berlangsung hingga Jumat, (20/12). Pameran foto ini merupakan salah satu rangkaian acara peringatan Dies Natalis Antropologi ke-49. Selain pameran foto terdapat acara diskusi dan sarasehan serta pementasan musik.
Sejumlah 24 foto dipamerkan di Gedung Margono Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM. Foto-foto tersebut merupakan hasil karya sebelas partisipan dari jurusan Antropologi. Mas Agung Wilis Yudha Baskoro, koordinator pameran, menjelaskan bahwa pameran ini merupakan refleksi dari kebudayaan populer. Setiap foto menggambarkan kebiasaan dan pola pikir masyarakat. Salah satunya adalah kumpulan foto model berkulit putih dan berbadan kurus yang sering muncul dalam iklan televisi. Menurut Yudha, masyarakat kebanyakan berpikir kulit putih dan badan kurus menjadi patokan kecantikan. “Lewat foto ini, kami ingin menyadarkan pengunjung bahwa cantik itu relatif,” kata Yudha.
Salah seorang pengunjung dari jurusan Bahasa Korea angkatan 2013, Riki Dwi Kurnia, merasa pameran ini cukup menarik. Sayangnya, menurut Riki, publikasinya kurang. Panitia tidak banyak menempel poster. “Saya menonton pameran ini karena kebetulan lewat,” ungkap Riki.
Yudha sendiri menyadari masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan acara. Salah satunya adalah kesulitan mencari partisipan. Pada awalnya partisipan hanya diperbolehkan dari jurusan Antropologi. Namun mendekati acara, lingkupnya diperluas menjadi se-FIB.
Kekurangan tersebut bukannya tanpa alasan. “Persiapan kami hanya satu bulan, jadi kurang maksimal,” jelas Faris Milzan, Ketua Keluarga Mahasiswa Antropologi (KEMANT). Faris menambahkan bahwa sebenarnya Dies Natalis ini tidak termasuk dalam program kerja KEMANT. Panitia ingin menghemat dana untuk Pesta Emas Antropologi tahun depan. Namun, sebulan lalu ada kucuran dana yang mencukupi dari KEMANT dan pihak jurusan Antropologi. Oleh karena itu, pameran foto kembali diadakan. Faris berharap kegiatan ini dapat dilangsungkan kembali tahun depan. “Semoga persiapannya lebih matang,” pungkas Faris. [Erbha, Ifdal, Isma, Pandan]