Selasa sore (3/12), di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri diselenggarakan acara bertajuk “Power of Difabel”. Acara yang mengusung tema “Difabel for Cancer”ini mengangkat kaumdifabel, terutama para pengidap tunarungu. Deaf Art Community (DAC), bekerja sama dengan UKM Peduli Difabel UGM dan Fakultas Psikologi UGM menjadi penyelenggara acara yang berlangsung pada malam Rabu tersebut.
“Power of Difabel” merupakan sebuah pertunjukkanyang diisi penampilan-penampilan kesenian.Acara ini merupakan hasil perencanaan yang dibuat oleh anak-anak dari DAC yangmerupakan penyandang tunarungu. Pentas seni tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Difabel Sedunia yang jatuh pada hari yang sama.
Dilangsungkannya acara ini bertujuan untuk menunjukan kemampuan yang dimiliki kaum difabel.“Kami ingin memperlihatkan bahwa kaum difabel mungkin tidak bisa mendengar tapi mereka mampu untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan,” tutur Karim, Ketua Panitia Acara. Selain dalam hal berkesenian, “Power of Difabel”menjadi wujud bahwa kaum difabel juga mampu membantu sesama. Hal itu telahtercermin pada tema acara yaitu untuk membantu para penderita kanker terutama yang berada di Yogyakarta.
Selama berlangsungnya pertunjukkan, sovenir berbentuk pin dijual seharga Rp5000,00 di meja tamu. Selain di saat acara, penjualan juga telah dilakukan sebelumnya di Fakultas Psikologi UGM. Semua hasil penjualan akan disumbangkan kepada Yayasan Kanker Indonesia cabang Yogyakarta. “Disini juga menunjukan bahwa difabel itu care terhadap salah satunya orang kanker”, tambah Karim.
Pelaksanaan acara “Power of Difabel” terdiri atas dua sesi.Sesi pertama dibuka dengan penampilan dari Teresa Ayu Kartika dan komunitas BeJo (Beatbox Jogja). Penampilan selanjutnya dipersembahkan oleh anak-anak DAC yang menyuguhkan drama pantomim serta modern dance. Tepat pukul 17.00 WIB sesi pertama ditutup dengan aksi one-leg breakdancingoleh Arif Setya Budi.
Susunan acara yang sedikit berbeda tersaji pada sesi kedua. Dibuka oleh penampilan capoeira dari Groupo Senzala Capoeira bersama beberapa anggota DAC. Diteruskan oleh penampilan drama pantomim dari DAC yang berkolaborasi dengan komunitas BeJo. Acara dilanjutkan dengan pemutaran film pendek “Penunggu Matahari” karya DAC selama kurang lebih 20 menit. Arif kembali naik panggung menampilkan one-legbreakdancing sekaligus menutup rangkaian acara ”Power of Difabel”.
Meskipun tidak terlalu banyak dihadiri penonton, pertunjukkan malam itu dinilai sukses. Acara “Power of Difabel”berhasil membuat penonton terharu. “Saya benar benar terharu mereka bisa menunjukan bahwa mereka punya kemampuan,mereka bisa melebihi batas mereka,” komentar Fransiska, salah satu penonton. Kalimat bernada puas juga terlontar dari Broto Wijayanto, ketua Deaf Art Community. “Selama ini mereka selalu dianggap bahwa mereka patut dikasihani, patut dibantu,”, ungkapnya. “Tapi malam ini terbukti bahwa mereka juga dapat membantu orang lain,” lanjutnya.[Farras Muhammad, Mayang Pramudita Yusuf]