Judul Film : Cloud Atlas
Tahun Produksi: 2012
Genre : Drama
Sutradara : Tom Tykwer, Andy Wachowski, dan Lana Wachowski
Produser : Grant Hill, Stefan Arndt, Tom Tykwer, Andy Wachowski, dan Lana Wachowski
Pemain : Tom Hanks, Halle Berry, Hugh Grant, Hugo Weaving, Jim Sturgess, Doona Bae, Jim Broadbent, James D’Archy
Durasi : 172 menit
Kenangan tak hanya sekedar kisah tanpa makna, justru banyak motivasi datang darinya
Membicarakan hal mengenai kehidupan dahulu dan sekarang merupakan hal yang menarik. Dengan mengangkat kisah dari novel David Mitchell, sutradara Tom Tykwer dan Wachowski bersaudara mencoba memvisualisasikan keterkaitan setiap zaman. Film yang diberi judul sama dengan novelnya, Cloud Atlas, memiliki enam kisah dengan latar waktu dan tempat yang berbeda. Dengan penyajian cerita menggunakan alur maju, film ini berhasil membuktikan bahwa setiap zaman selalu dipengaruhi oleh masa sebelumnya.
Bagian awal film dibuka dengan kisah perjalanan seorang pengacara bernama Adam Ewing (Jim Sturgess) bersama seorang budak pelarian di tahun 1849. Adam awalnya tidak terlalu peduli tentang kehidupan para budak yang diperjualbelikan. Akan tetapi, setelah melihat Autua, seorang budak yang sedang disiksa, Ia mulai membuka pikirannya akan kesamaan hak. Adam menuliskan perjalanannya dalam memperjuangkan Autua.
Cerita kemudian berlanjut ke kisah kedua dengan latar tempat di Cambridge. Delapan puluh tujuh tahun setelah perjalanan Adam Ewing, jurnal yang Ia tulis menjadi sebuah buku inspirasional. Salah satu pembaca jurnal tersebut adalah Robert Forbisher (Ben Winshaw), seorang pria penyuka sesama jenis. Demi kebahagiaan pasangannya yang bernama Sixmith (James D’Archy) Forbisher bekerja sebagai penyalin lagu seorang komposer ternama. Konflik terjadi ketika karya Forbisher yang berjudul Cloud Atlas Sextet diakui oleh sang komposer dengan ancaman kehidupan pribadinyanya akan dibongkar. Frustasi dan tertekan, Forbisher menembak sang komposer dan bunuh diri.
Kesedihan atas kematian Forbisher masih dirasakan Sixmith hingga tiga puluh tujuh tahun kemudian. Kumpulan surat dan kenangan bersama kekasihnya masih Ia simpan. Sixmith melanjutkan hidupnya dengan bekerja pada perusahaan nuklir di San Francisco. Kehidupannya berjalan layaknya pekerja biasa sampai akhirnya Sixmith bertemu dengan Luisa Rey (Halle Berry). Luisa yang merupakan seorang wartawati mencurigai ada kejanggalan pada keamanan proyek perusahaan tempat Sixmith bekerja. Ketika Sixmith hendak memberikan dokumen penting perusahaan padanya, Ia dibunuh. Luisa mencoba memahami arsip-arsip Sixmith yang tersisa, termasuk kumpulan surat dari Forbisher. Akhirnya, Luisa menemukan kode tersembunyi dalam amplop surat tersebut dan berhasil membongkar kebobrokan perusahaan itu.
Di era selanjutnya, yaitu pada tahun 2012 kisah pembongkaran skandal perusahaan nuklir tersebut masuk dalam biografi Luisa. Salah satu pembaca biografi tersebut adalah Timothy Cavendish (Jim Broadbent). Timothy adalah seorang yang diasingkan di sebuah panti jompo. Panti tersebut memiliki peraturan yang ketat dan membuat para penghuni tersiksa. Setelah termotivasi dengan kecerdikan dan keberanian Luisa. Keinginan untuk terbebas dari kekerasan para pengurus panti semakin kuat. Upaya Timothy ini menjadi sebuah narasi untuk filmnya.
Sesudah itu, di tahun 2144 kisah keberanian Timothy menjadi film yang terkenal. Film tersebut ditonton oleh Sonmi (Doona Bae), seorang manusia kloning. Saat itu para manusia kloning dipekerjakan seperti robot dan diperlakukan secara tidak senonoh. Setelah menonton film Timothy, Sonmi menyadari bahwa setiap manusia harus berani untuk melawan kejahatan. Semangat untuk mendapat kebebasan pun muncul. Saat revolusi pembebasan kaum kloning terjadi, Sonmi berpidato bahwa kehidupan setiap manusia tak seharusnya diakui milik siapapun.
Film berlanjut ke zaman selanjutnya dengan latar tempat di Kepulauan Hawai. Kehidupan kembali seperti awal dimana ada kanibalisme. Zachary (Tom Hanks) dan penduduk di sekitarnya menganggap Sonmi di kisah kelima adalah Tuhan. Mereka percaya Sonmi adalah kekuatan pengubah dunia. Ketika Meronym (Helle Berry) datang ke tempat tinggalnya dan memberitahukan bahwa Tuhan yang mereka puja hanyalah manusia biasa, Zachary mulai terusik. Konflik besar terjadi ketika Zachary harus bergelut dengan The Old Georgie yang Ia percaya sebagai seorang setan penghasut. Ia harus melawan hasutan untuk membunuh Meronym.
Pada epilog, Zachary tua sedang bercerita tentang bumi pada cucu-cucunya. The Old Geogie sebenarnya menyimbolkan perjuangannya melawan ketakutan dalam diri. Keberaniannya untuk melawan hasrat membunuh Meronym telah membawanya ke planet lain dan membangun peradaban baru.
Diantara keenam kisah tersebut yang paling menarik adalah kisah di tahun 2144. Visualisasi makhluk dan kehidupan furturistik digarap cukup baik. Kostum orang-orang, jalanan layang berlapis, perabotan canggih, fast food sintetis, bahkan kehidupan para kloning menggambarkan kehidupan masa depan yang kurang beradab. Manusia menciptakan makhluk hidup untuk dieksploitasi secara maksimal. Sifat mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan inilah akhirnya yang membawa mereka ke dalam keruntuhan peradaban.
Film dengan biaya produksi sekitar US$100 juta ini sebenarnya sarat akan makna filosofis. Namun, cerita yang dipotong disetiap babak menjadikan cerita samar. Akan lebih baik jika disajikan secara runtut dan diakhir film baru ditayangkan potongan-potongan adegan yang menunjukkan korelasi antar cerita. Dengan begitu, pesan yang ingin disampaikan akan lebih mudah dicerna.
Sesungguhnya Cloud Atlas adalah suguhan yang sangat baik bagi semua kalangan. Pesan inti dari keenam kisah menggambarkan bagaimana konsekuensi dari perbuatan individu mampu memberikan dampak bagi masa selanjutnya. Dunia yang dibentuk akan selalu bergantung pada pilihan manusia. Selain itu, dengan merekam perjuangan suatu kebaikan saat ini bisa menjadi inspirasi bagi penyelesaian permasalahan di masa selanjutnya [Usmawati Anggita Sakti]