“In the face of impossible odds, people who love this country can change it.”
Kalimat tersebut diucapkan Barack Obama, presiden terpilih Amerika Serikat. Artinya, dalam menghadapi kemungkinan yang mustahil, orang yang cinta akan bangsanya dapat mengubah kemungkinan itu. Kalimat ini menyiratkan seruan untuk tetap percaya akan harapan.
Pagi ini saya tertegun saat membaca berita di halaman kedua Harian Kompas (11/9/2013). Isinya memaparkan dengan gamblang persepsi anak muda bahwa anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) identik dengan kebusukan, korupsi, kepentingan untuk diri sendiri dan kelompoknya.
Tak ada yang salah dari reaksi para remaja tersebut. Citra DPR sejatinya memang dikenal sebagai ladang korupsi. Kasus Hambalang dan berbagai kasus lainnya membuktikan betapa bobrok DPR di era reformasi ini. Namun, di tengah kemerosotan di bidang hukum, kita masih patut berbangga karena Indeks Pembangunan Indonesia naik. Kita juga sedang mencecap bonus: demografi yang tidak dinikmati oleh negara-negara lainnya. Konon, pada tahun 2025-2035 Indonesia niscaya akan mengalami periode emas, dimotori oleh kelompok umur produktif saat ini. Apakah bonus demografi ini akan menjadi senjata ampuh untuk kemajuan Indonesia atau sebuah jurang yang dalam untuk berjalan di tempat, masih perlu dipertanyakan.
Fungsi dari DPR sejatinya adalah legislasi, pemantauan, dan anggaran. Meminjam pendapat Kiki Verico (The Jakarta Post, 11/9/2013) yang berjudul The Importance of Vision and ‘Blusukan’, bahwa untuk merumuskan kebijakan yang ideal, pemerintah diharuskan memiliki paling tidak dua hal. Pertama, visi yang tepat dan evaluasi yang akurat terhadap dampak kebijakan tersebut. Saya sangat percaya bahwa generasi muda Indonesia memiliki semua persyaratan untuk dapat mengubah dan memimpin bangsa ini dalam jangka waktu 5-10 tahun ke depan. Untuk itu, dibutuhkan visi yang jelas. Bukankah visi merupakan salah satu keunggulan dari generasi muda yang berakhlak mulia, berwawasan luas, luwes, dan terdidik? Generasi muda indonesia yang kreatif dan berpikir secara “out of the box” dalam mencari solusi dari setiap permasalahan bangsa yang ada, merupakan harapan kita bersama.
Poin saya dalam tulisan ini adalah kita sebagai generasi muda yang cinta akan bangsa Indonesia tetap memiliki tanggung jawab untuk membangun negeri ini di masa depan. Bukankah kita, generasi muda sekarang, berpeluang duduk di posisi pembuat kebijakan?
Maka, yang kita butuhkan saat ini adalah anak muda yang peduli terhadap hukum dan politik untuk bisa mengikuti perkembangan politik, belajar menelaah, dan mengkritisi kebijakan yang ada. Tanggung jawab besar ada pada kita yang menyandang status elite sebagai mahasiswa. Sebab, kampus merupakan kawah candradimuka bagi pemimpin-pemimpin muda masa depan Indonesia. Beragam etnis dan bahasa yang terkumpul menjadi satu adalah dapur terbaik untuk menghasilkan “bung karno” atau “bung hatta” selanjutnya. Di bahu anda dan saya terdapat tantangan menciptakan perubahan buat Indonesia.
Steven Sitongan
Mahasiswa Biologi UGM 2008