Die taz: Sebuah Catatan Harian (1)
Angela Merkel terpilih kembali. Dalam pemilihan umum Jerman akhir September lalu, Merkel dan Partai Demokrat Kristen berhasil meraih 42 persen suara. Hasil ini cukup untuk membawa Merkel sebagai kanselir Jerman untuk kali ketiga. “Fantastis,” kata Merkel.
Merkel terpilih sebagai kanselir kali pertama pada pemilihan umum Jerman 2005. Dia adalah kanselir perempuan pertama bagi Jerman. “It’s a girl!” tulis sebuah harian Jerman, die Tageszeitung, 11 Oktober 2005. Potret Merkel masa kanak-kanak terpampang di halaman depan koran die Tageszeitung.
taz, demikian penyebutan ringkas die Tageszeitung, memang unik dalam mengemas headline. Pada 2005, begitu Joseph Ratzinger terpilih menjadi paus, buletin paling laris di Jerman, Bildzeitung, menulis: “We are the Pope”. taz punya diksi lain. “Oh my God!” pilih taz, 20 April 2005. Pada hari itu, taz mencetak judul depannya sangat mencolok: “Oh, mein Gott!” dalam satu halaman hitam polos.
Kooperasi taz
taz, koran seperti apakah itu? Dari cara memilih diksi dan mengemas headline, tampak koran ini digarap oleh para jurnalis yang memiliki kecerdasan dan gairah tinggi. Yang lain? Yang lain, banyak. Lebih menarik untuk mengetahui yang paling utama.
taz adalah koran pertama di Jerman yang dikelola sebagai sebuah kooperasi. Sampai Maret 2013, harian yang terbit kali pertama pada 17 April 1979 ini kapitalnya dimiliki oleh 12.511 orang. Koran cetak taz, pada 2012, tiap hari ditaksir bisa mencakup sampai 382.000 pembaca. Pencapaian kooperasi taz ini terbilang fantastis.
Sebelumnya, taz pernah berada dalam kondisi sangat buruk hingga hampir bangkrut pada 1991. Sekitar 30 persen stafnya dirumahkan. Momen itulah yang memunculkan inisiatif untuk “menjual koran kepada diri sendiri”. taz menjadi kooperasi sejak 1992.
Die tas
Jörg Magenau, mantan jurnalis taz, menulis tonggak-tonggak sejarah taz dalam buku Die taz: eine Zeitung als Lebensform (2007). Seorang jurnalis Indonesia yang bekerja di salah satu media Jerman, Edith Koesoemawiria, menyadur sebagian buku Die taz dalam bahasa Indonesia. “Buku Die taz adalah karya yang membutuhkan banyak riset,” kata Edith.
Jörg Magenau lahir pada 1961 di Ludwigsburg, Jerman. Semasa kuliah, ia mengambil jurusan filsafat Jerman di Freie Universität, Berlin. Selepas kuliah, ia bekerja sebagai jurnalis di mingguan Freitag, die Wochenpost, dan koran taz pada 1997 hingga 1999. Setelah itu, Magenau pindah ke harian Frankfurter Allgemeine Zeitung hingga 2002.
Perjalanan karier Magenau adalah tren karier jurnalis di Jerman. Mengawali atau mencerap jurnalisme di taz, lalu melanglang ke media dan aktivisme lain. taz memang dikenal melahirkan jurnalis-jurnalis berkualitas. Magenau kini menjadi redaktur majalah Literaturen serta aktif sebagai juri dan moderator acara-acara sastra.
Apa saja yang ditulis Jörg Magenau dalam Die taz? Oleh Gerakan Literasi Indonesia (GLI), bekerjasama dengan Balairung, saduran Die taz akan diterbitkan dalam tujuh seri, mulai besok (4/10) hingga Kamis depan (9/10). Serial ini sekaligus undangan kepada pembaca untuk hadir dalam diskusi tentang taz pada 10 Oktober 2013 pukul 19.00 hingga 22.00 WIB di Djendelo Cafe, Toga Mas Gejayan Lantai 2.
Selamat membaca!
Lubabun Ni’am [Biro Penelitian dan Publikasi GLI]