“Sampai akhir 2013 ini, Gama Press (Gadjah Mada University Press –red) harus bisa menerbitkan 200 hingga 250 buah buku,” tantang rektor UGM, Prof. Pratikno, M.Sc. Pernyataan tersebut merupakan penggalan sambutan yang ia sampaikan dalam acara serah terima jabatan pimpinan Gama Press di Jalan Grafika 1 UGM, pada Senin (22/7) lalu. Jumlah itu sengaja ditargetkan bukan tanpa alasan. Sebab, pasca perubahan Anggaran Rumah Tangga oleh Majelis Wali Amanat, Gama Press saat ini telah beralih status dari sebuah unit usaha menjadi unsur penunjang universitas. Konsekuensi dari perubahan ini, Gama Press yang semula berorientasi pada pencarian profit, kini difokuskan untuk produktif mempublikasikan hasil-hasil riset.
Lebih lanjut Pratikno menerangkan, struktur Gama Press sekarang berada di bawah Wakil Rektor III Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM). Dengan Surat Keputusan Rektor, Sekretaris LPPM Prof. Dr. Harno Dwi Purnomo diangkat menjadi Direktur Gama Press periode 2013-2015, menggantikan Drs. M. Munandar yang menjabat selama 2008-2013. “Selanjutnya di ranah internal, direktur akan didampingi oleh dua orang wakil direktur yang juga berasal dari LPPM, masing-masing menangani bidang penerbitan dan percetakan,” imbuhnya
Struktur baru yang telah dirancang menurut Pratikno, diihtiarkan menjadi sistem dari hulu ke hilir, mengawal penelitian hingga publikasi. Harapannya, produktivitas Gama Press dapat meningkat. “Tidak ada lagi alasan kekurangan naskah karena LPPM menyimpan ribuan hasil riset per tahunnya. Dari jumlah tersebut, minimal 30% dapat diterbitkan,” ujar Pratikno.
Di samping kuantitas, kualitas juga menjadi perhatian pada format baru Gama Press. Perombakan dewan redaksi dilakukan untuk mengawasi konten naskah yang akan diterbitkan. Lima orang dewan redaksi yang dipimpin oleh dosen Fakultas Kedokteran Prof. dr. LaksonoTrisnantoro, M.Sc., Ph.D akan melaksanakan beberapa tugas. “Antara lain, memberi arahan buku apa saja yang dicetak sesuai dengan ciri UGM dan meninjau naskah,” jelas Harno dalam sambutannya di depan puluhan hadirin.
Seiring dengan perkembangan teknologi, Pratikno mendesak Gama Press untuk mampu mengembangkan diri. Ia mengajukan beberapa inovasi. Diantaranya, dengan menghasilkan tidak hanya produk cetak melainkan juga digital. “Bentuk e-book, e-journal perlu dibuat sehingga dapat diakses lebih luas,” tutur pria kelahiran Bojonegoro itu.
Menanggapi perubahan ini, M. Iwan Setiawan, karyawan yang telah sepuluh tahun bekerja di Gama Press, menyambut positif. Ia berujar,“Dengan format baru ini, nampaknya kerja akan menjadi lebih sistematis. Kita lihat saja penerapannya seperti apa.”Rangkaian acara itu pun ditutup dengan tur mengelilingi show room Gama Press. [Khalimatu Nisa]