Para penderita retardasi mental atau tuna grahita umumnya mengalami penurunan daya tangkap dalam jumlah yang cukup signifikan. Rendahnya daya tangkap ini membuat para penderita retardasi mental sukar untuk mengurus diri mereka sendiri. Akibatnya, tak jarang diantara mereka menderita berbagai penyakit, salah satunya penyakit reproduksi. Masalah inilah yang mendorong sekelompok mahasiswa UGM yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-M) untuk memberi panduan terpadu kepada para penderita retardasi secara cuma-cuma. Bertempat di SLB C1 Pantiasih KM 21, Pakem, Sleman, tim yang beranggotakan A’yuninal Mahbubah, Ayu Indah Lestari, Rani Nur Atiqoh, dan Iksi Febriani ini memberikan bimbingan tentang kematangan reproduksi kepada para siswa. “Kitangajarin mereka cara pakai pembalut, memeriksa payudara, hingga pengenalan pada organ-organ reproduksi,” papar Ayu, salah seorang anggota tim.
Ketika ditemui pasca berakhirnya program, Ayu menyampaikan rangkaian kegiatan PKM-M bertajuk Pendampingan Terpadu Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Retardasi Mental di SLB C1 Panti Asih ini. Ia dan teman-temannya mengawali program dengan revitalisasi UKS dan pengenalan Prinsip Hidup Bersih Sehat (PHBS) di pertengahan Februari silam. “Kemudian kami melanjutkan dengan pendampingan terpadu kepada enam orang siswa yang tergolong matang selama beberapa bulan,” imbuh Ayu. “Baru kemudian kami tutup dengan kaderisasi dan pelatihan guru tentang materi kesehatan yang jatuh pada hari ini,” tambah mahasiswa Kebidanan UGM itu.
Ketika disinggung soal keberlanjutan program, Ayu mengaku optimis PKM-M mereka bakal berkesinambungan. “Selesai dari sini bakal ada dosen yang ikut meneliti,” jelas Ayu. “Mereka bakal mereviu ulang program ini dan melanjutkannya dengan mengikuti hasil penelitian,” tambahnya.
Program pendampingan ini disambut positif oleh para guru-guru SLB. “Sebenarnya kami sudah punya materi soal kesehatan reproduksi, tapi ndak berani takut dikira yang aneh-aneh sama orang tua murid,” ungkap Siti Martinah, Kepala Sekolah SLB C1 Pakem. “Dengan adanya pendampingan ini, kami merasa sangat terbantu. Mudah-mudahan anak-anak bisa mengurus diri mereka sendiri ke depannya,” pungkasnya.[Ferdi Febriano]