Pemberlakuan Kartu Identitas Kendaraan (KIK) diharapkan mampu mereduksi polusi dan emisi gas buang kendaraan bermotor, sehingga tercipta lingkungan belajar yang lebih kondusif.
Namun pemberlakuan KIK justru membawa dampak negatif bagi kesehatan Satuan Ketertiban dan Keamanan Kampus (SKKK). Mereka setiap hari bergelut dengan asap kendaraan bermotor yang tentu membahayakan kesehatan.
Terkait masalah kesehatan tersebut, Staf khusus bidang security SKKK UGM, Deda Suwandi, memaparkan bahwa petugas SKKK hanya memperoleh jaminan kesehatan dari Gadjah Mada Health Center (GMC). Menurutnya, jaminan itu masih belum cukup, pasalnya jumlah kendaraan yang melewati UGM setiap harinya cukup tinggi. Untuk itu, Deda mengharapkan ada peningkatan jumlah personel dan fasilitas pendukung. “Semoga petugas SKKK mendapatkan fasilitas yang lebih memadai dari pihak kampus,” ungkapnya saat ditemuiBalairung (29/4).
Penempatan portal KIK terbagi dua, Di Boulevard UGM dan cluster Sosio Humaniora. Menurut Deda, jumlah kendaraan roda dua yang melintasi portal KIK setiap harinya mencapai 2.800, sedangkan roda empat mencapai 1.350. Sedangkan satuan SKKK yang ditugaskan hanya 16 orang. Perinciannya, setiap portal terdiri dari dua pos, yang masing-masing dijaga oleh empat petugas. “Seharusnya jumlah petugas bisa diperbanyak, sehingga tersedia jam istirahat yang cukup bagi petugas lainnya,” harap Deda.
Di lain pihak, dr. Agung Prasetyo Wicaksono memaparkan, polusi kendaraan banyak mengandung zat karbon monoksida yang bisa mereduksi asupan nutrisi bagi sel tubuh, sehingga menurunkan fungsi paru-paru. Menurutnya, pengaturan rotasi jam kerja yang berimbang antar petugas SKKK dapat mengurangi dampak polusi terhadap kesehatan mereka. “Namun, solusi terpenting adalah pemberian masker yang dapat menyaring zat-zat racun,” Pungkas alumni UGM tahun 2010 ini .
[ Alfan S, Ronald, Hanin ]