Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Misa Kampus menggelar Misa Jumat Pertama di Wisma Syantikara, Jumat (01/03). Acara rutin yang diadakan sebulan sekali ini kembali berlangsung setelah sempat vakum selama tiga bulan. Lantaran Ujian Akhir Semester pada Januari dilanjutkan libur panjang sampai pertengahan Februari. Misa dipimpin oleh Romo Rukiyanto, SJ dan diikuti kurang lebih 250 mahasiswa Katolik dari berbagai fakultas di UGM.
Dalam khotbah Misa, Romo Ruki mengemukakan pesannya mengenai pertobatan yang harus dimiliki oleh umat Katolik menjelang Paskah. Serta perbaikan semangat hidup agar tak hanya menilai, menghakimi dan melihat dari sudut pandang negatif. “Jangan membandingkan diri kita dengan orang lain. Lebih baik melihatdari sisi positif agar memiliki sikap keterbukaan,” tegasnya.
Romo Ruki mengapresiasi penyelenggaraan Misa Jumat Pertama sebagai wadah berkumpul bagi seluruh mahasiswa Katolik. Senada dengan pernyataan Romo Ruki, drg. M.Th. Esti Tjahjanti, M.Kes, Sp. Pros (K), dosen Fakultas Kedokteran Gigi UGM memuji acara dan berharap agar kegiatan perkumpulan mahasiswa Katolik sebaiknya sering diadakan. Pun Presidium Internal Miskam, Bernardus Pualam mengiyakan pendapat Esti. “Seperti visi-misi Miskam, Misa Jumat Pertama memang bertujuan untuk mempersatukan mahasiswa Katolik sekaligus memperkuat iman kami masing-masing.”
Tak hanya mahasiswa yang menghadiri Misa Jumat Pertama. Beberapa dosen dari berbagai fakultas, seperti Fakultas Kehutanan, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) pun turut hadir. Presidium Birokrasi Miskam, Fransiskus Xaverius Prisyafada mengatakan bahwa perhatian dosen belakangan ini kian bertambah.“Dosen lebih sering melibatkan kami dalam dialog, termasuk juga membimbing kami dalam penyelenggaraan Misa ini.”
Dukungan juga datang dari Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK)Fakultas yang hadir dalam perayaan Misa Jumat Pertama.Untuk pengadaan misa bulan depan, Keluarga Mahasiswa Katholik (KMKath) MIPA bahkan menyanggupi giliran untuk menjadi panitia Misa Jumat Pertama. Memang ada beberapa fakultas yang tidak menyanggupi untuk hadir. “Bukannya mereka tidak antusias untuk datang, tapi jadwal mereka ternyata bertabrakan dengan jadwal kuliah,”kata Monica Erisanti, salah satu panitia Misa.
Kurang cocoknya jadwal kemudian juga menjadi bahan evaluasi dari panitia. Target peserta yang semula 300an akhirnya tidak bisa tercapai. Panitia menyadari bahwa kekurangan yang ada memang terjadi karena kurang komunikasi antar panitia. Mengenai jumlah peserta yang belum sesuai target, Romo Ruki menyarankan untuk menyelenggarakan Misa di dalam kampus agar dapat menjangkau lebih banyak mahasiswa UGM. “Selain itu, karena penyelenggara adalah UKM Misa Kampus, ya seharusnya misa juga diadakan di dalam kampus,” imbuhnya.[Ganesh Cintika Putri, Inez Christyastuti Hapsari]