Senin (25/3), menjelang pukul 18.30 beberapa orang tampak mulai berdatangan ke kantor Bentang Pustaka di Jl. Kalimantan no. 9A, Sleman. Sesampainya di sana, mereka langsung menuju halaman belakang. Malam itu, satu gerobak angkringan berisi aneka makanan dan minuman telah disiapkan. Selain itu, bangku-bangku cokelat panjang juga telah disediakan untuk para pengunjung. Mereka menantikan diskusi buku “The Road to Persia” karya Afifah Ahmad. Sembari menunggu, para pengunjung mulai menikmati wedangan angkringan yang telah disediakan.
Setengah jam kemudian, Salman Faridi selaku Chief Executive Officer (CEO) Bentang Pustaka memberikan sambutannya sekaligus membuka acara. Ia menjelaskan bahwa diskusi ini merupakan acara ketiga setelah sebelumnya diselenggarakan di UIN Banten dan UIN Sunan Kalijaga. Lebih lanjut, ia menjelaskan pentingnya memahami Iran melalui buku ini. “Iran relatif banyak sering disalahpahami,” jelasnya. Padahal, menurutnya Iran memiliki budaya yang sangat kuat dari warisan masa Persia. Selain itu, Iran memiliki filsafat yang kuat karena silsilah filsafat yang terjaga.
Penampilan musik akustik dari Suara Minoritas mengalun merdu mengantar dimulainya diskusi. Setelahnya, pengunjung kembali disuguhkan dengan pemutaran video berdurasi sekitar sepuluh menit. Video tersebut menampilkan berbagai foto perjalanan Afifah ke tempat-tempat bersejarah di Iran sepanjang 2010-2013.
Keindahan tempat-tempat bersejarah Iran tampak di berbagai foto yang ditampilkan selama video diputar. Diantara tempat-tempat bersejarah tersebut adalah Rudhkan Castle, yakni benteng peninggalan kerajaan Saljuk. Menurutnya, Rudhkan Castle atau Benteng 1000 tangga merupakan tempat paling berkesan. “Belum tentu orang Iran sendiri pernah mengunjunginya,” tambah Afifah. Selain itu, foto yang diambil Afifah di kota Yazd dipilih menjadi cover buku “The Road to Persia”.
Afifah menempuh pendidikan jurusan budaya dan pemikiran Islam selama empat tahun di Iran. Setelah lulus, Afifah tetap tinggal disana lantaran suaminya mendapatkan tawaran bekerja di kantor berita di Iran. Selama tinggal di Iran, ia melihat keindahan sejarah Iran yang menurutnya harus dibukukan. Ia pertama kali menulis tentang kota pertama yang ia kunjungi di Iran, Iswahan.
Sementara itu, menurut Iqbal Dawani, editor “The Road to Persia”, tulisan-tulisan di buku ini banyak bercerita tentang orang Iran yang sangat menghormati penyair, sastrawan dan ilmuwan. “Orang Indonesia belum sampai pada tahap ziarah dan membaca puisi-puisi para penyair dan sastrawan,” tambah Iqbal.
Fitri Susanti, peserta diskusi memberikan komentarnya setelah membaca buku “The Road to Persia”. “Katalog pariwisata yang dikemas sastra,” ujarnya. Meskipun memperkenalkan Iran kepada masyarakat Indonesia, Afifah pun memiliki keinginan untuk memperkenalkan Indonesia melalui tulisannya. Afifah menyebutkan bahwa Indonesia saat ini belum menjadi tujuan wisata mayoritas masyarakat Iran. “Kebanyakan masih memilih berkunjung ke Malaysia atau Thailand,” tambah Afifah.
“Semoga suatu saat teman-teman bisa menginjakkan kaki disana,” harap Afifah Ahmad yang sekaligus menjadi kesimpulan akhirnya malam itu. Acara diakhiri dengan penampilan beberapa lagu dari Suara Minoritas sekitar pukul 20.30. [Arifanny Faizal]