Minggu (18/12) petang, puluhan pengunjung menyemut di Auditorium University Club demi mengikuti acara “Tembang Cinta Melawan Korupsi”. Cak Nun didaulat sebagai moderator diskusi bertajuk “Berani Jujur, Berani Hebat” tersebut. Diskusi dihadiri sejumlah tokoh nasional, di antaranya Muhammad Mahfud M.D., Ketua Mahkamah Konstitusi; Muhammad Busyro Muqoddas, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi; Danang Widoyoko, Koordinator Indonesia Corruption Watch; dan Syafi’i Ma’arif, Mantan Ketua PP Muhammadiyah.
Mahfud M.D. menuturkan, masyarakat sudah jengah akan kasus korupsi yang tak kunjung berhenti. Belum selesai satu kasus, sudah muncul lagi kasus yang lain. “Akibatnya, masyarakat menjadi tidak peduli lagi akan kasus korupsi yang melanda bangsa ini,” tambah Mahfud M.D.
“Salah satu penyebab tumbuh suburnya korupsi adalah lemahnya pelaksanaan hukum di negeri ini,” terang Zainal. Selain itu, masih banyak kekuatan-kekuatan besar yang melindungi para koruptor agar terbebas dari jeratan hukum. “Hal ini menyebabkan penyelesaian masalah ini terhambat,” jelasnya.
Sejumlah peserta menilai penyebab masalah korupsi ini merupakan wujud dari sistem yang keliru. Salah satunya hukuman yang dinilai masih terlalu ringan untuk para koruptor. “Kenapa para koruptor tidak dihukum mati saja?” kritik Askariyan, Mahasiswa Universitas Jenderal Sudirman. Askariyan menilai perbaikan sistem perlu dilakukan agar akar permasalahan bisa teratasi.
Namun, Mahfud M.D. menerangkan, sejak reformasi pemerintah sudah mengusahakan berbagai perbaikan sistem dan sudah terealisasikan. “Jadi, sekarang saatnya untuk bertindak,” tegas Mahfud M.D. Cak Nun menambahkan, korupsi adalah masalah yang sangat kompleks. Perlu kerjasama berbagai elemen agar masalah ini bisa teratasi. “Korupsi adalah masalah kita semua,” tegas Cak Nun.
Zainal berharap diskusi ini menjadi batu pijakan untuk melakukan lompatan ke depan dalam memberantas korupsi. Selain itu, diharapkan acara ini dapat manjadi simpul yang mengikat untuk saling bahu-membahu melawan para koruptor. “Selain itu, saya harap acara ini dapat menjadi pemantik untuk bersama-sama berjuang,” tambah Zainal.
“Bagaimana pun kita berusaha, tetap Allah yang menentukan. Jadi mari kita berjuang bersama-sama sambil terus berdoa kepada Allah agar segala jenis korupsi bisa kita berantas,” terang Cak Nun. Namun, saat sesi tanya jawab, ada beberapa peserta yang tidak setuju dengan doa yang dilantunkan Cak Nun tersebut. Cak Nun menanggapinya dengan kalimat sindiran. Cak Nun menarik doanya kembali. “Mereka tidak butuh Engkau, Ya Allah. Kalau Engkau tetap ingin membantu, AWAS!”
Setelah acara ditutup dengan doa, Kyai Kanjeng menyanyikan lagu “Tombo Ati” untuk memenuhi permintaan Busyro Muqoddas. “Mari kita bernyanyi bersama lagu “Tombo Ati” untuk para koruptor yang hatinya sakit,” tutup Cak Nun. ( Ahmad Syarifudin)