Suasana di Indonesia Francais Institute (IFI) tampak ramai pada Sabtu malam (22/12). Puluhan orang hadir untuk menyaksikan pemutaran perdana film animasi tiga dimensi berjudul Aditya dan Putri Matahari yang diproduksi Studiokasatmata. Pemutaran perdana film yang merupakan karya asli anak Indonesia ini terselenggara atas kerja sama Studiokasatmata dan Rumah Sinema. “Setelah dua tahun pengerjaan, ini pertama kalinya kami menayangkan untuk publik,” ujar Gangsar Waskito, sutradara film Aditya dan Putri Matahari.
Studiokasatmata membuat film Aditya dan Putri Matahari dengan tujuan menghibur penonton. “Jadi bila ada yang terhibur dengan film ini, ya, saya senang,” kata Gangsar. Proyek pembuatan film diberi nama Hiro-hiro, yang adalah maskot dalam film ini. “Seperti serial film Smurf, ada makhluk berwarna biru, berhidung besar, dan memakai celana serta topi putih yang dijadikan maskot. Nama tokohnya ada Papa Smurf, Mama Smurf,” jelas Gangsar.
Seperti halnya Smurf, Hiro-hiro adalah model untuk semua tokoh dalam film Aditya dan Putri Matahari. Hampir semua Hiro-hito memiliki ciri-ciri tubuh yang sama, yakni tubuh yang kecil dan bentuk kepala yang terinspirasi dari bentuk wayang. Hanya ciri-ciri seperti rambut, mata, dan lain-lain yang dibuat berbeda untuk membedakan masing-masing tokoh.
Film yang baru saja dirilis ini bukanlah film lepas, melainkan cerita kartun serial. “Yang ditayangkan di sini sekarang masih episode satu, akan ada kelanjutan ceritanya lagi,” ungkapnya. Film Aditya dan Putri Matahari pada episode satu ini menceritakan dua anak bernama Aditya dan Eliana. Keduanya bertemu secara tidak sengaja ketika Eliana memergoki Aditya sedang mencuri. Berbagai adegan aksi dan akrobatik tokoh dalam film tiga dimensi ini ditampilkan dengan atraktif dalam tiap gerak animasinya.
Aditya dan Putri Matahari jauh dari kesan kaku dan serius, ada banyak humor yang ditampilkan dalam film. Penonton pun senantiasa tergelak saat tokoh utama Aditya berkelakuan lucu dan menghibur di sepanjang film. Salah seorang penonton, Maulvi D. M., berpendapat film Aditya dan Putri Matahari mengalami peningkatan daripada Homeland, film pendahulu Aditya dan Putri Matahari. “Sejak Homeland, Studiokasatmata sudah lama tidak pernah muncul lagi, saya kira mereka sudah menghilang,” katanya. Maulvi juga mengaku, dirinya sempat kecewa saat Homeland dirilis. “Dulu ekspektasi saya terlalu tinggi, saya tidak puas dengan Homeland. Ya, memang biasanya film animasi itu visualnya bagus, tapi ceritanya biasa saja,” katanya.
Sesudah pemutaran film Aditya dan Putri Matahari episode satu, karya lain produksi Studiokasatmata berjudul Timun Mas menyusul diputar. Kisah Timun Mas adalah cerita rakyat dari daerah Jawa Tengah yang diangkat Studiokasatmata menjadi kartun dengan animasi tiga dimensi. Setelah itu, ada juga dokumentasi behind the scene pembuatan film Aditya dan Putri Matahari. Melalui video itu, penonton dapat melihat bagaimana kru Studiokasatmata menggambar tokoh-tokoh, membuat model patung tiga dimensinya, hingga membuat tokoh tersebut bergerak dalam animasi.
Gangsar mengaku film produksinya masih jauh dari sempurna. Namun menurutnya, filmAdhitya dan Putri Matahari sudah lebih berkembang ketimbang Homeland. Pada 2004, Studiokasatmata pernah memproduksi film tiga dimensi yang berjudul Homeland dan merupakan film animasi tiga dimensi pertama yang diproduksi anak dalam negeri. FilmAdhitya dan Putri Matahari dibuat dengan teknologi yang lebih canggih, memiliki visual yang lebih baik, dan naskah yang lebih menarik.
Gangsar menjelaskan, lain halnya dengan Homeland yang merupakan film lepas sekali tayang,Adhitya dan Putri Matahari merupakan film serial. “Saya tidak terpikir menayangkannya di layar lebar karena ini bukan film lepas, lebih cocok di stasiun TV sebagai acara serial. Kami juga harus menyiapkan beberapa episode lagi barulah bisa ditayangkan di TV,” paparnya. Gangsar berharap proyek Hiro-hiro ini menjadi titik balik kebangkitan maskot animasi lokal. Hal senada juga disuarakan Muhammad Ihlas, penata artistik Studiokasatmata, “Harapan kami, Hiro-hiro dapat menjadi maskot animasi lokal buatan Indonesia,” paparnya. [Hamzah Zhafiri Dicky]