Judul : Penjajahan Kapitalisme :Runtuhnya Negara dan Virus Jahat Komsumerisme
Penulis : Dr. Noreena Hertz
Penerjemah : Dindin Solahudin
Penerbit : NUANSA
Tebal buku : 312 hlm
Waktu terbit : November 2011
Mereka miskin bukan karena malas, bodoh dan tidak bekerja. Tapi mereka dimiskinkan karena sistem yang tidak berpihak kepada mereka.
Demokrasi tidak hanya menimbulkan perubahan pada perpolitikan Indonesia. Tak bisa dipungkiri bahwa paham ini dalam prosesnya mengenalkan Indonesia pada praktik kapitalisme dalam perekonomiannya. Sayangnya, praktik ini justru menjadi penghalang bagi kemajuan Indonesia. Praktik kapitalisme mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan asing yang menguasai sektor-sektor ekonomi negeri ini. Demokrasi Ekonomi yang bertujuan untuk menyejahterakan rakyat melenceng jauh akibat kapitalisme.
Noreena Herzt dalam bukunya yang berjudul Penjajahan Kapitalisme :Runtuhnya Negara & Virus Jahat Konsumerisme, menegaskan bahwa kehidupan bernegara tidak lagi ditentukan oleh sistem demokrasi. Menurutnya demokrasi telah mati. Hal ini disebabkan oleh merajalelanya korporasi-korporasi besar penganut kapitalisme global. Sudut pandang kapitalisme yang sempit, mengasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang hanya memikirkan bagaimana caranya mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Melalui bukunya ia ingin menyampaikan pada pembaca bahwa kapitalisme telah menggerogoti sistem pemerintahan suatu negara. Pemerintah seperti tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan harga, sebab hal itu telah dikuasai kepentingan bisnis. Misi lain dari kapitalisme adalah mengambil alih politik Internasional pada abad ke-21. Hal tersebut mengakibatkan politik sangat jauh dari logika yang seharusnya. Tujuan politik yang pada awalnya menyusun suatu pemerintahan yang berpihak pada kepentingan rakyat. Namun tujuan itu berubah seiring dengan masuknya kapitalisme, dimana politik tak lebih dari upaya peningkatan keuntungan ekonomi melalui kebebasan pasar.
Kapitalisme melihat bahwa negara dianggap sebagai ladang bisnis berbasis politik. Pemerintah tak ubahnya seorang sales untuk mempromosikan bisnis-bisnis ekonomi. Sehingga yang terjadi bentuk tanggungjawab negara dan para politisi terganti dengan adanya pengaruh para penguasa korporasi.
Dengan dalih ingin memperbaiki dunia, maka para pebisnis memanfaatkan celah yang dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mendapatkan keuntungan. Melalui strategi pencitraan, masalah-masalah negara digunakan sebagai alat yang dianggap dapat meningkatkan pendapatan. Pihak korporasi melakukan aksi sosial dan membawa nama produk yang mereka pasarkan. Maka secara otomatis citra atau anggapan baik akan melekat pada korporasi dan nama produk yang mereka bawa. keadaan itu akan menimbulkan keuntungan penjualan akibat pencitraan dari aksi-aksi sosial. Bahwa aksi-aksi sosial tidak menjadi suatu tujuan moral, melainkan sebagai motivasi bisnis yang pragmatis.
Bila mengambil contoh yang ada di Indonesia. Pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dunia yang berimbas pada kondisi perekonomian Indonesia. Pada saat itu pemerintah membutuhkan modal akibat resesi karena pada saat itu Indonesia dihadapkan pada inflasi, pemutusan hubungan kerja banyak dilakukan oleh perusahaan. Dan investor melihat peluang untuk meminta jumlah tenaga kerja kepada pemerintah guna meningkatkan hasil produksi. Maka muncullah kebijakan outsourcing. Kebijakan itu mengakibatkan adanya eksploitasi terhadap buruh. Hal tersebut masih berlangsung sampai saat ini. Buruh dijadikan instrumen yang digunakan para kapitalis untuk mendapatkan keuntungan.
Melihat kondisi tersebut kapitalisme sesungguhnya merupakan sistem yang sama sekali tidak mampu menjamin kelangsungan hidup rakyat. Dari sekian korban kapitalisme kaum buruh merupakan contoh yang nyata akibat ambisi kapitalisme. Dengan menekan biaya produksi, maka eksploitasi buruh terjadi secara massal. Bentuk eksploitasi berupa jam kerja buruh yang diatas normal, gaji yang tidak sesuai dengan standar kebutuhan hidup layak, tidak adanya jaminan sosial. Inilah realita kapitalisme ketimpangan sosial secara tidak langsung mengubah struktur masyarakat menjadi dua bagian, kaya dan miskin. Kaum buruh akan meratapi nasibnya dan para kapitalis akan semakin meraih kejayaannya.
Buku yang tersusun dari 11 bab ini, memaparkan secara realistis mengenai lumpuhnya negara sebagai pemberi kesejahteraan bagi masayarakat. Secara tidak langsung tugas negara telah diambil alih oleh para kapitalis. Keberhasilan kapitalisme mendorong masyarakat sebagai sosok yang konsumtif sebagai mana tujuan dari kapitalis untuk menciptakan budaya konsumerisme.
Noreena dalam bukunya ini lebih banyak bercerita serta memberi contoh-contoh permainan dan intrik-intrik kapitalisme yang membingungkan. Cerita yang cenderung berbelit-belit karena sepertinya penulis ingin menumpahkan semua realita yang ia fahami tentang kapitalisme, sehingga melupakan sistematisasi penyusunan gagasan. Sistematika gagasan yag dilupakan noreena dalam penulisan buku ini, membuat buku ini secara umum hanya bisa dinikmati kalangan akademisi. (Maya Desvita Utari, Sofiyah, Danang Tri]