Saat ini, beberapa fakultas di Universitas Gadjah Mada telah memberlakukan sistem presensi menggunakan fingerprint. Fakultas yang menerapkan kebijakan tersebut adalah Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dan Fakultas Psikologi. Melalui sistem fingerprintini, mahasiswa melakukan presensi kehadiran perkuliahannya dengan sidik jari. Mahasiswa melakukan fingerprint saat jam perkuliahan berlangsung pada sebuah alat fingerprint yang ada di setiap kelas.
Menurut Mugiarto, Staf Sarana dan Prasarana Fakultas Kedokteran, tujuan penerapan sistem ini adalah membuat pekerjaan lebih sederhana, mengurangi SDM yang harus bertugas pada bagian itu, dan juga memudahkan presensi serta monitoring. Mugiarto juga menjelaskan, penerapan sistem ini dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan presensi kehadiran kuliah. âMahasiswa cukup menempelkan jarinya pada fingerprintâ ujarnya.
Mugiarto menerangkan, di Fakultas Kedokteran, alat fingerprint ini dibeli seharga 5 juta rupiah per buah. Menurutnya, pihak fakultas menghindari membeli alat fingerprint yang murah. Hal ini karena terkadang alat-alat yang murah biasanya tidak bagus dan akan menghabiskan banyak biaya untuk perawatannya. Selanjutnya, Mugiarto menuturkan harga yang mahal tidak menjadi masalah, asal untuk tujuan yang baik ke depannya. âHarga akan menentukan kualitas. Kita sengaja beli dengan harga cukup tinggi agar dapat kualitas yang bagus dan tidak bemasalah ke depan,â ujarnya.
Kebijakan fingerprint ini mendapat sambutan pro dan kontra dari mahasiswa. Salah satu mahasiswa yang pro terhadap kebijakan ini adalah Hamzah M. Hafik, mahasiswa jurusan Pendidikan Dokter â12. Sistem fingerprint ini menurutnya memberi banyak keuntungan untuk mahasiswa. âCara absennya mudah, cepat, selain itu juga efisienâ katanya. Begitu juga dengan Heni Wijaya, mahasiswa Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan â12, yang mengatakan sistem ini mempunyai beberapa kelebihan. âSebenarnya fingerprint ini memudahkan mahasiswa dalam melakukan presensi karena instan dan mempersingkat waktu.â Kata Heni.
Dibalik kemudahan untuk mengefektifkan waktu, ternyata sistem fingerprint ini menimbulkan beberapa masalah. Debrina Larasati, Mahasiswa Hubungan Internasional â11, menyampaikan keluhannya mengenai sistem fingerprint ini, âMasalahnya, fingerprint itu kurang efektif aja, contohnya mesin  fingerprint sering matiâ ujarnya.
Masalah lain yang timbul yaitu terkadang alat fingerprint sering mengalami eror. âServernya sering banget asal-asalan. Di beberapa mata kuliah datanya eror, harusnya aku masuk terus tapi ditulis ga masuk satu sampai dua kaliâ keluh Debrina. Debrina mengatakan lebih lanjut, ia merasa dirugikan dengan kesalahan teknis dari server karena akan menentukan apakah dirinya bisa mengikuti ujian akhir atau tidak. âDi Fisipol ada peraturan maksimal ga masuk tiga kali, jadi kalo lebih dari tiga kali akan mendapat nilai D atau E, atau bahkan nilai ga keluar, jadinya harus ngulang.â Selain kesalahan server dan alat fingerprint sering mati, ternyata oknum mahasiswa menemukan celah untuk membolos kuliah. âAku pernah bolos, pas sepuluh menit mau selesai kuliahnya, aku minta tolong temen buat sms, jadi aku cepet datang ke kelas dan tinggal fingerprintâ aku Debrina.
Menanggapi keluhan-keluhan dari mahasiswa, Muhammad Khozim Ismail, petugas pelayanan akademik FISIPOL menyatakan, tidak mungkin terjadi kesalahan penghitungan presensi karena mesin fingerprint bisa memuat lebih dari seribu nama. âTetapi memang saya akui bahwa sering terjadi kesalahan dari pihak akademik dikarenakan pengunduhan data absensi yang tidak tertibâ ujarnya. Menurut Khozim, data presensi seharusnya diunduh per mata kuliah dan diserahkan ke pelayanan perkuliahan, tetapi pihak akademik baru menyerahkan data setelah satu bulan. Keterlambatan pengunduhan data ini menyebabkan data presensi menumpuk sehingga sering terjadi kesalahan.
Wacana awal sistem fingerprint ini menurut Khozim sudah bagus, tetapi tidak ada keseriusan dalam pelaksanaannya. Pihak akademik, menurutnya kurang melakukan kontrol terhadap pelaksanaan sistem ini. Selain itu, tidak dilakukan sosialisasi kepada mahasiswa mengenai bagaimana prosedur yang jelas untuk melakukan presensi. âWacana sistem fingerprint ini dulu bagus, mungkin pihak akademik kurang melakukan kontrol sehingga banyak terjadi kesalahanâ ungkap Khozim. [Muhammad Rinaldi Syahriza, Desinta Wahyu Kusumawardani]
2 komentar
bagus ,menjadi barometer bagi pendidikan yang lainnya..
memberikan inspirasi