Senin, (10/12), berlangsung debat kandidat ketua Ikatan Mahasiswa Akuntansi Gadjah Mada (IMAGAMA) di selasar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Acara ini merupakan rangkaian Grand Election of Our Imagama’s (GLORIOUS). Debat ini disenggalarakan sebelum dilaksanakannya pemilihan ketua IMAGAMA periode 2013.
Antusiasme tinggi ditunjukkan oleh peserta yang hadir dalam debat kandidat ketua IMAGAMA, terutama mahasiswa baru angkatan 2012. Bentuk antusiasme dapat dilihat dari pemakaian atribut yang digunakan untuk mendukung calon ketua, seperti topi ala mahkota kerajaan dengan gambar kartun tiga kandidat ketua IMAGAMA. Ketiga kandidat ketua IMAGAMA tersebut adalah Wirandoni Herlambang (Doni), Jumadi Musfa (Juma), dan Riza Nugraha Permana (Riza) yang semuanya berasal dari prodi Akuntansi angkatan 2011.
Acara dibuka dengan perkenalan kandidat beserta penyampaian visi dan misinya. Kandidat nomor urut satu, yaitu Doni, memiliki visi menjadikan IMAGAMA berperan sebagai media bagi seluruh civitas akademika akuntansi UGM untuk saling berinteraksi. Kandidat nomor urut dua, Juma, bercita-cita mewujudkan IMAGAMA sebagai organisasi yang mewadahi, menjembatani, dan memfasilitasi serta memberikan nilai tambah kepada mahasiswa jurusan Akuntansi. Sementara itu kandidat nomor urut tiga, Riza, berkeinginan mewujudkan IMAGAMA sebagai organisasi fasilitator yang komunikatif, responsif, dan transparan bagi mahasiswa jurusan Akuntansi.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antar sesama kandidat. Dalam seubuah kesempatan, Doni ditanya oleh Riza tentang bagaimana mengoptimalkan kinerja departemen yang belum optimal? Tanpa maksud mendiskriminasi departemen yang belum optimal, Doni melihat masalah dalam departemen yang tidak optimal adalah kurangnya rasa kekeluargaan. Melihat permasalahan tersebut ia akan berusaha memupuk kekeluargaan departemen yang belum optimal.
Selanjutnya kemampuan pengetahuan dan wawasan para kandidat diuji melalui sebuah studi kasus lewat tayangan video tentang globalisasi. Para kandidat kemudian memaparkan pandangan atas mosi yang diberikan oleh panelis, yang terdiri dari tiga orang. Mosi kasus tersebut adalah “globalisasi membawa lebih banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positif pada bidang pendidikan di Indonesia.”
Riza berpendapat bahwa globalisasi memberikan efek negatif dan merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari. “Kita semua tahu bahwa globalisasi terjadi pada semua aspek kehidupan tidak saja pada orang miskin,” ungkap Riza. Ia menambahkan, globalisasi terjadi pada semua aspek kehidupan sehingga sulit untuk dihindari. Sedangkan Juma menilai globalisasi dengan arus informasinya justru telah banyak memberikan efek positif bagi pendidikan. Selain itu interaksi dengan negara lain sebagai efek globalisasi telah memberi efek positif pula di bidang ekonomi. Juma juga melihat dampak negatif yang dikarenakan kebijakan yang tidak sesuai yang diterapkan pemerintah sebagai pihak pengatur. “Indonesia sebaiknya menggunakanwelfare state sebagai solusi polemik efek globalisasi” tutur Juma.
Senada dengan Juma, Doni pun melihat globalisasi bagaikan dua sisi mata uang. Ia menyoroti masalah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang menimbulkan kesan kesenjangan terjadi di dunia pendidikan. Padahal, setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. “Kita harus berpikir global, bertindak lokal,” ujar Doni.
Banyudana Wisesa, mahasiswa akuntansi 2012, berharap ketua IMAGAMA yang kelak terpilih dapat meniadakan kesenjangan antar angkatan. Sebagai prodi dengan jumlah mahasiswa terbanyak di FEB yang terdiri dari berbagai karakter, masalah gap antar angkatan dinilai Banyudana Wisesa masih sering terjadi. Mengenai jalannya acara, Banyudana Wisesa mengungkapkan acaranya cukup bagus. “Cuman audio-nya harus lebih diperhatikan sih,” ujar Banyudana Wisesa lebih lanjut. [Arifanny Faizal, Unggul Wisnu Wicaksana]