Sudah lebih dari tiga minggu Aini lenyap tanpa kabar. Asimah, ibu Aini, panik saat menyadari anak tunggalnya tak kunjung pulang. Apalagi setelah pihak kampus Aini menjelaskan ada dugaan Aini diculik oleh gerakan Negara Islam Indonesia (NII). Gerakan bentukan S.M. Kartosoewirjo ini merupakan organisasi bawah tanah yang bertujuan mengubah bentuk Republik Indonesia menjadi negara teokrasi Islam. Mendengar penjelasan tersebut, Asimah semakin panik. Sesampai di rumah, ia kerap meracau tanpa henti. Dalam kekalutannya, setiap hari ia selalu pergi naik bis berkeliling kota dengan membawa poster dan foto Aini. Berharap ada orang yang mengetahui keberadaan putrinya tersebut.
NII yang terlihat begitu menakutkan bagi Asimah justru tampak menarik bagi Rima. Rima, seorang gadis muda berpandangan terbuka memutuskan bergabung dengan NII dalam upayanya mencari jati diri. Rasa muak terhadap kelalaian pemerintah Indonesia dalam melindungi dan menghargai hak perempuan menjadi motivasinya. Perkenalannya dengan salah satu pentolan NII meyakinkannya bahwa Indonesia memang negara yang bathil (tidak benar) dan ia harus hijrah ke NII yang haq (benar).
Di dalam struktur NII, ia berhasil menjadi perekrut anggota baru yang handal hingga menuai pujian dari pemimpin NII. Prestasinya membuat ia dipercaya menjadi penggalang dana NII. Peran ini pun berhasil dilakoninya dengan gemilang. Ratusan juta rupiah berhasil ia kumpulkan untuk NII. Namun, pergolakan dalam dirinya mulai muncul saat ia ditolak menjadi Ulil Amri NII justru semata-mata karena ia seorang perempuan.
Di tempat lain, Jabir diusir dari sekolah karena menunggak pembayaran biaya sekolah dan terpaksa kembali dari rantau. Dalam kemasygulan, pria pendiam ini menghabiskan waktunya untuk membuat qalam (alat bantu semacam pensil terbuat dari kayu/ bambu untuk membaca Al-Qurâan, red). Qalam ini kemudian mempertemukannya dengan seorang misterius penjual peci. Pria yang sebenarnya perekrut pengantin (pelaku peledakan bom bunuh diri, red) ini tertarik dengan sosok Jabir yang polos. Sehingga ia memutuskan menawarkan pecinya untuk ditukar dengan qalam milik Jabir. Perjumpaan awal ini ternyata berlanjut hingga beberapa kali. Dalam kesempatan-kesempatan berikutnya pria misterius tersebut berhasil meyakinkan Jabir untuk membulatkan tekad menjadi pengantin.
Kisah-kisah tersebut merupakan tiga cerita berbeda yang diramu menjadi satu dengan tangan dingin Garin Nugroho dalam Mata Tertutup. Film bertabur penghargaan ini merupakan salah satu karya sineas Indonesia yang ditayangkan pada Rabu (5/12) di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dalam gelaran Jogja Asian Film Festival (JAFF) 2012. Total ada 18 film produksi anak bangsa dari keseluruhan 40 film yang turut serta pada festival yang berlangsung mulai 1-5 Desember 2012 ini.
Pada tahun ini, TBY, XXI, Dusun Singosaren, Banguntapan, dan Dusun Krapyak, Wedomartani, terpilih menjadi tempat penyelenggaraan festival. Garin Nugroho selaku Presiden Festival menjelaskan JAFF hadir untuk mengapresiasi film-film Asia yang langka beredar di pasaran umum. âSelain itu, peran JAFF sebagai ajang tampilnya film-film alternatif membuat festival ini akan terus digelar,â tambah Garin sembari tersenyum simpul.
Berangkat dari riset Maâarif Institute tentang fenomena fundamentalisme agama, Garin sukses menonjolkan tiga potret berbeda dari tokoh religius yang terperosok ke jalan yang salah. Melihat judulnya, Mata Tertutup dapat dipahami secara tersurat ataupun tersirat. Secara denotatif, Garin mencoba menggambarkan proses baiâat (pengucapan janji setia kepada Allah Swt, red) yang dilakukan dengan mata tertutup. âDilihat dari sisi lain, film ini ingin berbicara bahwa pandangan sempit berpotensi untuk melahirkan sosok-sosok fundamentalis, papar Garin.
Namun demikian, Garin juga mampu menampilkan sisi lain dari gerakan fundamentalis yang disorotnya. Pada bagian penutupnya, kelegaan terpancar dari raut wajah Asimah karena Aini akhirnya kembali ke rumah. Aini berhasil melarikan diri dari sekapan NII namun kondisi kejiwaannya labil dan ketakutan. Di kisah lain, Rima marah kepada perekrutnya karena apa yang ia harapkan saat bergabung dengan NII ternyata tidak tercapai. Menurutnya, gerakan ini sama saja dengan pemerintah Indonesia dalam memperlakukan perempuan. Ia mulai memandang rendah NII setelah melihat istri perekrutnya tetap hidup dalam kesengsaraan. Padahal ia sendiri telah mengumpulkan uang hingga puluhan juta rupiah demi NII. Menurut Rima, NII tidak lebih dari organisasi yang hanya ingin mengeruk uang. Ia memutuskan keluar dari NII dengan kekecewaan mendalam.
Akhir lebih kelam dialami oleh sosok Jabir. Pada saat-saat terakhir, Jabir benar-benar telah memutuskan untuk berjihad dengan menjadi pengantin. Ia memandang jihad adalah jalan satu-satunya untuk berbakti kepada sosok ibu yang ia hormati. Suara sahabatnya yang memintanya untuk berpikir kembali tidak ia hiraukan. Hanya saja, keinginan Jabir untuk matisyahid tidak benar-benar terlaksana. Ia berhasil ditangkap oleh polisi hanya sesaat sebelum dia menjalankan aksi pengebomannya.
Kompleksitas karakter yang diperankan dalam sosok Asimah, Rima, dan Jabir disambut tepuk tangan riuh para penonton saat film rampung. Menurut Garin, landasan riset dan keterangan narasumber mantan anggota NII mendasari setiap adegan dari film ini. Mulai dari proses baiâatdengan mata tertutup, penyitiran ayat-ayat Alqurâan, hingga sosok pengebom yang berwajah polos tanpa dosa. âFilm ini tidak main dramatisasi,â ujar Garin. âSetiap kami tayangkan ke anak-anak eks korban penculikan NII, mereka mengakui apa yang mereka saksikan persis dengan yang mereka alami,â tambahnya bangga.
Sisi artistik pun muncul dengan atribut yang memperhatikan detail. Di satu adegan, ibu Jabir meminta Jabir mengganti peci gelapnya dengan peci putih saat Jabir pamit hendak pergi. Seolah ia sudah bisa merasakan niat anaknya yang berkeinginan membahagiakannya dengan jalan mati syahid. Menurut Nanang Rahmad Hidayat, pengarah artistik Mata Tertutup, qalamyang ditinggalkan Jabir juga memiliki makna. Qalam tidak hanya menjadi benda mati namun menjadi benda yang mempunyai kisah dan mampu menentukan jalan cerita. âSeorang pengantin harus meninggalkan miliknya yang paling berharga sebelum melakukan aksinya,â ungkap Nanang. âBagi Jabir yang miskin, qalam adalah satu-satunya hartanya yang berharga,â jelasnya lagi.
Kejelian Garin mengangkat persoalan nyata masyarakat dalam Mata Tertutup menuai lima penghargaan di ajang Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2012, awal bulan ini. Lima penghargaan disabet di kategori film panjang terbaik, sutradara terbaik (Garin Nugroho), pemeran utama wanita terbaik (Jajang C. Noer), pemeran pendukung pria terbaik (Kukuh Riyadi), dan pengarah sinematografi terbaik (Anggi Frisca). Menanggapi penghargaan yang diperoleh, Garin berkomentar bahwa film akan bagus apabila pemainnya cerdas. âDengan demikian, pemain ikut memberi sumbangan dalam membangun karakter tokoh,â ujar Garin.
Garin berujar film ini ingin mengajak masyarakat memahami realita radikalisme yang nyata ada di sekitar anak-anak muda. âKami ingin menunjukkan radikalisme itu ada, meskipun hingga saat ini pemerintah belum berani mengakuinya secara terbuka,â tegas Garin sebelum pemutaran film. Ke depan, SET Film dan Maâarif Institute selaku produser Mata Tertutup, berkeinginan untuk memutar film ini di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Pemutaran bertujuan agar film ini dapat menjadi civil education bagi masyarakat, terutama anak-anak muda. Tujuan ini kembali ditegaskan oleh kata-kata Garin seusai pemutaran film, âSukses film ini tidak bisa dilihat dari sisi komersial, tapi dari kemampuannya menyadarkan masyarakat tentang bahaya praktek beragama yang salah,â komentar Garin lugas. [M. Ageng Yudhapratama R]