Rabu (5/12), ratusan mahasiswa Sekolah Vokasi yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Vokasi UGM (Forkomsi) berunjuk rasa di Balairung Rektorat. Aksi tersebut dimulai dengan orasi di Bunderan UGM pada pukul 09.00 WIB. Muhammad Fadly, Koordinator Aksi Forkomsi, menerangkan bahwa unjuk rasa kali ini merupakan lanjutan dari aksi besar yang diselenggarakan setahun lalu. “Ini untuk memperingati aksi kami pada 5 Desember setahun yang lalu” ujar Fadly. Mereka diterima oleh Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D, selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Dr. Senawi, M.P. selaku Direktur Kemahasiswaan UGM, dan Dr. Agr. Ir. Sri Peni Wastutiningsih, selaku Direktur Administrasi Akademik.
Ada lima poin yang dituntut mahasiwa vokasi dalam demonstrasi tersebut. Pertama, peninjauan ulang keputusan rektor UGM tentang pembukaan diploma IV dan alih jenis yang belum mengakomodasi semua angkatan. Selain itu, mereka meminta penutupan program studi diploma yang dianggap tidak relevan dengan jenis pendidikan terapan seperti jurusan hukum, kesehatan hewan, kearsipan, meteorologi, dan sebagainya. Ketiga, perbaikan dan pengadaan sarana prasarana yang memadai untuk menunjang proses belajar. Mereka juga menuntut perbaikan sistem manajemen dan pelayanan sekolah vokasi. Terakhir, mereka menginginkan tuntutan-tuntutan tersebut dipenuhi sebelum sosialisasi penerimaan mahasiwa baru tahun 2013 diadakan.
Sebenarnya, tuntutan tahun lalu mengenai pembukaan jenjang Diploma IV dan alih jenjang ke sarjana telah dipenuhi dengan turunnya Keprek UGM nomor 151/P/SK/HT/2012 dan nomor 152/P/SK/HT/2012. Dalam Keprek tersebut, disebutkan bahwa pengusulan program studi diploma VI dapat dilakukan bila bidang ilmu tersebut sudah terakreditasi A serta tersedia minimal 6 dosen tetap. Namun, mahasiswa vokasi menilai bahwa ketentuan tersebut masih memiliki banyak kendala dan belum dilaksanakan dengan baik. Mereka juga mengeluhkan adanya pembatasan angkatan dan kuota dalam program alih jalur ke sarjana. Sementara ini, beberapa prodi di sekolah vokasi belum memenuhi persyaratan tersebut. “Program studi ekonomi misalnya, jumlah dosen tetap hanya ada dua. Geomatika malahhanya satu, itu aneh sekali,” ungkap Fadly.
Menanggapi tuntutan penutupan beberapa program studi vokasi, Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, meminta mahasiswa menyusun naskah akademik. Naskah tersebut nantinya akan dijadikan bahan untuk menindaklanjuti tuntutan ke rapat senat. “Siapkan naskah akademik beserta data lengkap, jika alasan yang dikemukakan kuat, kami akan ajukan proses penutupan prodi,” ujarnya.
Iwan meminta mahasiswa untuk menyusun naskah akademik sebagai proposal pengajuan program D4. Menurutnya, jika persyaratannya telah lengkap program yang diajukan bisa dibuka tahun depan. “Jika persyaratannya lengkap, saya akan mengawal proses pengajuannya” ujar Iwan. Selain itu, mengenai fasilitas tidak layak yang juga menjadi tuntutan mahasiswa, Iwan menjawab bahwa pihaknya hanya bisa menjanjikan realisasi hal-hal tertentu. “Kalau seperti laboratorium, mungkin bisa. Tapi kalau gedung baru, saya tidak bisa memutuskan,” tambahnya. Ia berpendapat bahwa kondisi fasilitas yang kurang layak bukan hanya masalah mahasiswa D3. “Masih ada juga gedung untuk S1 yang belum layak,” tutur Iwan.
Dalam dialog yang dilakukan, kedua pihak tidak menemui kesepakatan sehingga dihentikan pada pukul 18.00 WIB. Mahasiswa Vokasi kemudian memberi tenggat waktu hingga 18 Desember 2012 pada Rektor UGM untuk memberi jawaban dan kejelasan. Jika tidak ada tanggapan, mereka mengancam akan mengajukan masalah ini kepada Sultan dan juga Kementrian untuk mencabut izin operasional sekolah vokasi. “Kalau belum ada kepastian sampai batas waktu, kami akan membawa massa yang lebih besar untuk menduduki rektorat,” pungkas Fadly. [Dimas Yulian R, Shiane Anita Syarif]