Wakil Menteri Perdagangan RI, Dr. Ir. Bayu Krishnamurti, melakukan kunjungan ke Mushola Pasar Kranggan, Senin (24/9) siang. Tamu undangan datang dari perwakilan penggiat pasar seluruh Yogyakarta dan beberapa mahasiswa UGM dan Universitas Mercu Buana. Kepada Awan Santosa, SE, M.Sc., direktur Sekolah Pasar, Bayu menyatakan dukungan Kementerian Perdagangan (Kemendag)RI atas program Sekolah Pasar di Yogyakarta. “Untuk mendukung ini, mulai sekarang kita semestinya tak menjuluki pasar tradisional dan pasar modern. Yang tepat, pasar rakyat dan pasar swasta. Dengan begitu, pasar rakyat bisa berkembang menjadi modern,” ujar Bayu.
Contoh pemodernan pasar rakyat di Yogyakarta dapat dilihat di Pasar Kranggan dan Pasar Beringharjo. Lantai-lantai bagian atas kedua pasar tersebut telah disulap sedemikian; berkeramik, los-los menjadi bentuk-bentuk rumah toko, dan tidak hanya menjual kebutuhan sembako. Di kedua pasar itu, barang-barang elektronik, pakaian, dan kerajinan tangan masyarakat setempat turut diperdagangkan. Untuk mendukung fasilitas-fasilitas tersebut, Awan beserta tim dari Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM tak ketinggalan menginisiasi Sekolah Pasar.
Bersekretariat di PUSTEK UGM, Sekolah Pasar berdiri pada Desember 2011 denganvisi untuk memajukan perdagangan di pasar-pasar rakyat wilayah Yogyakarta.Kegiatan berlangsung setiap Selasa dengan silabus kelas yang menyesuaikan kebutuhan pedagang pasar.Pasar Kranggan adalah pasar pertama yang dijadikan percobaan sejak 14 Februari 2012; penutupan tingkat 1 Sekolah Pasar di Pasar Kranggandilakukan pada Selasa (26/6). Kini, tim Sekolah Pasar bergerak mengembangkan kelas-kelas baru di Pasar Cokrokembang, Klaten dan di Pasar Grebeg, Purworejo.
“Kita harus usahakan masyarakat tetap datang ke pasar rakyat. Di mal sering ada event, kalau perlu dibikin begitu, tapi dengan gaya rakyat. Zaman sekarang ini, orang datang ke pasar bukan hanya untuk belanja,” ujar Bayu. Memang, di Indonesia, tak kurang hanyasepuluh ribu pasar yang beroperasi. Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah masyarakat Indonesia telah mencapai 240 juta kepala. Hitungan kasarnya,satu pasar memenuhi kebutuhan24 ribu orang. Padahal menurut Bayu, idealnya satu pasar memenuhi kebutuhan seribu orang.“Bahkan dari sepuluh ribu pasar rakyat itu,hanya sekitar lima ratus pasar yang tidak sekadar asal jalan,” ungkap Gunaryo, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam NegeriKemendag RI.
Berdirinya pasar-pasar swasta, termasuk hypermart, supermarket, waralaba/franchise, dan mal-mal menjadi alasan pengerdilan jumlah pasar rakyat. Oleh karena itu, pada 2008, Kemendag RI mengeluarkan Permendag No. 31 tahun 2008 tentang waralaba. Pembuatan peraturan-peraturan lain terkait pasar swasta lainnya juga sedang dalam proses. Melalui peraturan-peraturan baru itu, pendirian pasar swasta baru akan lebih dibatasi.Oleh karena itu, menurut Bayu, masyarakat dapat juga mulai mengupayakanpemodernan dan pemasifan pasar rakyat di daerah-daerah. “Karena itu Sekolah Pasar ini penting digiatkan, terutama di daerah sebelah timur Indonesia,” ujar Gunaryo.
“Saya senang dengan ide Indonesia Mengajar oleh Anies Baswedan dan Akademi Berbagi di Yogyakarta. Demikian juga, saya berharap ide Sekolah Pasar ini bisa diperluas, tidak inklusif, dengan itu pasar-pasar di Indonesia bisa menjadi modern,” dukung Bayu. Ia menyampaikan tujuh kriteria sehingga suatu pasar bisa dikatakan modern. Ketujuh kriteria tersebut di antaranya: tertib hukum; bersih, hieginis, dengan sirkulasi udara dan saluran pembuangan lancar; mempromosikan produk dalam negeri; peduli pada lingkungan, tidak membuang limbah beracun; membawa budaya lokal dalam penataannya; memberi omzet yang besar kepada pedagang; serta peduli pada lansia, wanita hamil, dan penyandang difabel.
Menurut Bayu, pengembangan pasar modern pun pelu didukung oleh sumber daya masyarakat setempat. Materi yang diajarkan di sekolah pasar; mengenai pencatatan barang, pengelolaan keuangan, pemberian layanan, serta penataan pasar adalah landasan untuk mengembangkan pasar modern. Selain sekolah pasar, konsep “KKN Sekolah Pasar” sudah mulai diinisiasi di beberapa universitas di Yogyakarta.Kemendag RI pun akan mendukung penyebarluasan percontohan Sekolah Pasar ke dua puluh pasar rakyat di Yogyakarta. “Bukan hanya membangun fisik, kita juga ingin membangun pemahaman. Terutama, kemampuan para pedagang pasar untuk mengelola pasarnya dengan baik,” tandas Bayu. [Dewi Kharisma Michellia]