Sejak dihapuskan pada tahun 2007, UGM kembali mengadakan Pelatihan Pembelajaran Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB) Universitas, Kamis (30/8). PPSMB yang mengusung nama PALAPA ini berjalan dengan SK Rektor No 419,p.s ht.2012. PALAPA sendiri diambil dari Sumpah Palapa yang diikrarkan Patih Gadjah Mada dengan semangat mempersatukan nusantara. Begitupun bunyi PALAPA yang dicetuskan pada PPSMB universitas kali ini, âPALAPA-Pancasila jiwa kami, bakti untuk negeri, UGM bersatu bangkitlah nusantarakuâ.
Giovanni Van Ampel, Presiden Mahasiswa UGM berharap mahasiswa tidak lagi terfragmentasi dalam fakultasnya sendiri. Sehingga muncul arogansi epistemik yang menganggap logika keilmuannyalah yang paling benar dibanding logika keilmuan yang lain. âSelama ini kita terjebak dalam multiversity bukan university. Harapannya PALAPA dapat membangun culture interdisipliner di kalangan mahasiswaâ, tambahnya.
Setelah upacara, mahasiswa baru (maba) langsung dibawa ke gugus masing-masing untuk menerima materi ke-UGMan oleh dosen UGM. Pembagian gugus merupakan pembagian kelompok berdasarkan enam kluster yang ada di UGM yaitu teknik, sains, soshum, medika, vokasi dan agro. Setiap gugus yang terdiri dari mahasiswa berbagai fakultas itu dibagi lagi menjadi kelompok kecil untuk melakukan Leaderless Group Discussion (LGD). Mahasiswa diajak mendiskusikan kasus kepemimpinan terkait isu interdisipliner dimana dibutuhkan kerjasama antar disiplin ilmu untuk pemecahan masalah.
Seusai diskusi, maba kembali diarahkan menuju Gedung Graha Sabha Pramana guna melaksanakan Parade Pelangi Nusantara. Sebanyak 9.839 maba UGM dari 18 fakultas dan satu sekolah vokasi menampilkan tari pergaulan asal Papua, Sajojo. Tarian yang membentuk konfigurasi kepulauan Indonesia ini memecahkan rekor MURI kategori peserta flashmobterbanyak.
Acara pun dilanjutkan dengan pembacaan orasi budaya oleh Taufik Ismail. Ia menyampaikan pesan moral kepada maba. âJangan sampai meniru generasi bobrok saat ini. Itu pesan saya bagi generasi muda,â ujar Taufiq. Ia menekankan generasi muda harus memiliki nilai kejujuran dan keikhlasan untuk membangun bangsa. Sebagai penutupan, maba disuguhi video dokumenter yang menggambarkan dunia kampus.
Meskipun terlihat berjalan mulus, PPSMB Universitas yang dinaungi pihak BEM-KM tidak lepas dari beberapa masalah. Â Salah satu isu yang berkembang adalah masalah penggantian fasilitator dari mahasiswa ke dosen. Fasilitator sendiri dalam proses LGD bertugas mendekonstruksi serta memberikan konklusi.
Menurut seorang narasumber yang tak ingin disebutkan namanya, informasi soal penggantian fasilitator dengan dosen didapatnya dari salah satu sie acara. Menanggapi hal tersebut, Dea Siti Hafsha, Koordinator Acara memaparkan rencananya ada dua fasilitator setiap kelompok. Tapi akhirnya dipecah menjadi dua karena terlalu besar. âJadi kita malah menambah fasilitator, tidak ada yang dibatalkan kecuali memang mereka membatalkan diriâ, pungkas Dea. Ia pun menegaskan bahwa dosen hanya berperan sebagai fasilitator dalam materi ke-UGMan saja, proses LGD hanya menggunakan fasilitator dari mahasiswa.
Kurang terlibatnya BEM Fakultas dengan pihak PPSMB Universitas bukan hanya soal pengadaan fasilitator saja, melainkan juga dalam hal penentuan konsep. Beberapa BEM Fakultas mengaku tidak berurusan dengan proses mengkonsep acara PPSMB Universitas. Dikonfirmasi di tempat yang berbeda, Afina, BEM Farmasi mengaku pihaknya hanya dilibatkan dalam hal teknis saja. Sedangkan Yanuar Rizki Pahlevi, Ketua BEM KMFT menyatakan telah menyerahkan pemutusan konsep PPSMB Universitas kepada BEM KM. Berdasarkan pengakuan Giovanni pelibatan BEM Fakultas hanya dalam tataran persetujuan diadakannya PPSMB Universitas saja, bukan masuk ke dalam tataran konsep. Komunikasi perihal PPSMB Universitas sudah dilakukan semenjak periode awal dirinya menjabat.
Permasalahan pun muncul dalam hal pendanaan. Terjadi kesimpangsiuran informasi sumber dana dari pihak BEM KM maupun panitia PPSMB. Giovanni menegaskan bahwa PPSMB Universitas ini murni didanai oleh Universitas karena merupakan gawean Universitas. âKami mendapatkan dana kurang lebih sebesar 340 juta dari rektoratâ, papar Diana Pratiwi, Bendahara PPSMB Universitas. âDengan rincian anggaran, Rp 30.000 dikalikan 9863 mahasiswa ditambah seribu panitia PPSMBâ, tambahnya.
Namun pengakuan berbeda disampaikan oleh Gunarko, Koordinator Logistik Konsumsi, âSetahu saya dalam pengadaan PPSMB ini memang ada sponsornyaâ. Saat ditanyai perihal sponsorship, Diana Pratiwi, Bendahara PPSMB mengiyakan hal tersebut. âMemang ada sponsor, tapi dana yang kami dapat sedikitâ, sambungnya.
Memperhatikan keadaan yang berkembang, ditemukan panitia PPSMB melakukan penjualan gelang kepada maba. Sedangkan di awal, Giovanni menyampaikan bahwa sumber dana murni dari Universitas. Untuk memverifikasi keadaan ini, Giovanni menambahkan, panitia mengalami defisit dengan anggaran yang diberikan oleh rektorat.
Menurut penjelasan Dea, tim dana usaha melakukan langkah solutif untuk mengatasi defisit dengan menjual gelang sebagai merchandise resmi PALAPA. Bendahara PPSMB Universitas mendukung, âPenjualan gelang hanya sebagai cadangan apabila terjadi defisit, kami belum bisa menyatakan apakah anggarannya defisit atau tidak karena LPJ belum jadiâ, paparnya.
Komentar mengenai PPSMB Universitas pun datang dari berbagai pihak. Mas Muhhammad Gibran Sesunan, Ketua DEMA Justicia menyatakan apresiasinya terhadap maksud dan tujuan PPSMB Universitas dengan semangat universum dan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam penyelesaian masalah bangsa. âTapi catatan saya, koordinasi acara sangat berantakan. Panitia seharusnya tidak buru-buru alergi jika dikritik dari pihak luar seperti saat briefingfasilitator LGDâ, ujar Gibran. Ia pun menyayangkan acara Saweran KPK ditiadakan, padahal ini penting sebagai simbolisasi komitmen mahasiswa memberantas korupsi dan mendukung KPK. âAkan lebih baik jika kita tidak hanya mementingkan pada rekor-rekor, tapi juga menghadirkan acara yang substansialâ, tambahnya. Komentar lain pun datang dari salah satu maba yang mengikuti serangkaian acara PPSMB Universitas Kamis lalu. âKesannya biasa saja, kita cuma senang euforianya saja, mayoritas teman-teman banyak yang tidak paham makna PALAPA itu apaâ, ujar Again Megi Radita mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian angkatan 2012. [Danny Izza, Yayum Kumai]