Di Taman Parkir Jalan Abu Bakar Ali, Minggu (3/6) pagi, Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) DIY berkolaborasi dengan Jamaāah Shalahuddin (JS) mengadakan aksi dengan tajuk āDari Indonesia Untuk Rakyat Palestina (Derap)ā. Aksi ini diadakan untuk mengingatkan kembali tragedi penjajahan Palestina oleh Israel yang sudah berlangsung selama 64 tahun.
Sembari menyusuri Jalan Malioboro, beberapa orang dengan rompi coklat menghampiri setiap warga yang mereka temui dengan menyodorkan kotak donasi. Mereka juga membagikan bunga kertas sebagai simbol salam solidaritas Palestina. Grup Vokal Fathul Jihad turut mengiringi aksi damai ini. GrupĀ HarokiĀ (lagu-lagu perjuanganāpen.)Ā asal Yogyakarta ini menyanyi di atas mobilĀ pick-up,Ā diiringi dengan gebukanĀ drumĀ yang menghentak-hentak.
Candra Nununs Andayani, selaku Koordinator Forum Solidaritas Indonesia untuk Palestina Gadjah Mada (Forsipgama), menjelaskan FSLDK setiap regional juga menyelenggarakan aksi serupa. Aksi ini bertepatan denganĀ Nakbah Day, hari di mana penjajahan Israel terhadap Palestina dimulai. Selain mengingatkan masyarakat akan kekejaman Israel, mereka juga menggalang dana untuk pendirian TK Bintang Al-Qurāan, yang rencananya akan di dirikan di Palestina. āTK ini didirikan agar anak-anak Palestina setelah merdeka nanti bisa dipersiapkan untuk menjadi generasi penerus bangsa,ā terangnya.
Sesampainya di Kilometer Nol Malioboro, rangkaian acara pun dimulai. Andre Prasetyo, Mahasiswa Filsafat UGM Angkatan 2011, membaca Al-Quran untuk mengawali acara siang itu. Satu demi satu perwakilan organisasi berorasi. Asep Abdul Syukur, Koordinator FSLDK DIY, menjadi orator pertama. Ia menyerukan tentang kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukan oleh Israel selama berpuluh-puluh tahun, namun menurutnya masyarakat dunia tak berkutik melawannya. āKita tak bisa tinggal diam,ā tegasnya.
āMereka bahkan tega membunuh relawan yang hanya ingin memberikan bantuan,ā terang Candra. Hal ini, menurutnya, merupakan kejahatan kemanusiaan yang tak bisa ditolerir lagi. Berbagai usaha sudah dilakukan, termasuk jalur diplomasi. Namun tak membuahkan hasil yang berarti.
Orasi terakhir disampaikan oleh Jinto, delegasi dari Sahabat Al-Aqsha. Ia menuturkan, sesama umat manusia hendaknya sadar akan hal ini dan berkontribusi sesuai dengan kemampuan masing-masing. āKita wajib memberikan bantuan kepada mereka,ā pungkasnya.
Kegiatan diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh Jinto. Segenap simpatisan menundukkan kepala, memohon doa tentang pembebasan Palestina dan berakhirnya Zionisme. Setelah semua permohonan selesai dilangitkan, peserta meneruskanĀ longmarch,Ā meneriakkan kemerdekaan bagi rakyat Palestina. [Ahmad Syarifudin]