Siang itu, panggung terbuka Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM terlihat berbeda. Rabu (11/4), Forum Pembacaan Kritis tentang Sastra dan Persoalan Budaya digelar. Acara itu dibuka dengan pembacaan esai dari Heru Marwoto, Dosen FIB UGM. Heru memaparkan perjalanan panjang sastra Indonesia. Ia menganalogikan perjalanan sastra Indonesia seperti sebuah kereta api dengan gerbong, lokomotif, stasiun, masinis, serta penumpangnya. Penampilan Heru kemudian disusul oleh Retno Iswandari, mahasiswi pascasarjana FIB UGM yang membacakan dua buah puisi: “Hampa” karya Chairil Anwar dan “Gondolayu” ciptaan Faruk Tripoli.
Acara tersebut menampilkan pembacaan empat esai, tujuh puisi, dan satu cerpen. Tak hanya sivitas FIB, mahasiswa dari universitas lain, dan sastrawan non-akademisi juga turut berpartisipasi. Langit Kresna Haryadi, penulis novel best seller trilogi “Gadjah Mada” turut serta dalam forum ini. Ia berbagi pengalaman tentang bagaimana proses kreatif dalam menulis novel.
Gagasan acara ini diusung oleh Forum Bulaksumur FIB UGM. Dr. Aprianus Salam, anggota Forum Bulaksumur yang juga dosen di FIB mengatakan, acara ini diharapkan dapat menggairahkan kembali geliat sastra di FIB yang selama ini vakum. Di samping itu, panitia ingin mendorong masyarakat, khususnya mahasiswa FIB memperkenalkan karyanya sendiri. “Sudah banyak orang yang memperbincangkan karya-karya sastrawan besar, sementara karya sendiri malah dilupakan,” jelasnya.
Forum Bulaksumur merupakan komunitas yang baru berdiri. “Umur kami baru dua minggu,” tutur Saeful Anwar. Anggota Forum Bulaksumur itu memaparkan, komunitas tersebut masih beranggotakan lima orang ditambah Dr. Aprianus Salam sebagai pencetusnya. Kelima anggota itu merupakan mahasiswa pascasarjana FIB.
Saeful menyatakan, Forum Bulaksumur sengaja dibentuk untuk menyelenggarakan acara ini secara rutin. Pada bulan Mei mendatang, kegiatan serupa akan diselenggarakan pada tanggal 9. Acara tersebut nantinya akan dibuka bagi siapapun yang ingin berpartisipasi. “Yang berminat, silakan menghubungi panitia,” terang Saeful.
Ato’illah, alumni Sastra Arab 2006, menyambut positif digelarnya acara tersebut. Menurutnya, kegiatan ini dapat meningkatkan gairah apresiasi sastra di FIB. “Sejak 2002, yang saya tahu apresiasi sifatnya insidental belaka,” paparnya. Ia berharap program ini dapat terus berlanjut. Namun, ia juga mengritik nama kegiatan ini. Ia berpendapat, lebih tepat menggunakan nama “Apresiasi Karya Sastra” “Penggunaan kata ‘forum’ buat saya kok rasanya serius sekali,” ungkapnya. (Khalimatu Nisa, Mukhammad Faisol Amir)