“Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik” (Siregar dan Purwaka, 2002).
Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan yang memiliki peranan penting dalam menjaga ekosistem lingkungan dunia. Hutan Indonesia terdiri atas berbagai jenis hutan. Salah satunya adalah hutan bakau atau hutan mangrove. Luas hutan mangrove di dunia hanya 0,4% dari luas hutan dunia. Akan tetapi hutan mangrove memiliki peran besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon yakni sekitar lebih dari 4 gigaton C/tahun sampai 112 gigaton C/tahun. Sayangnya, belum semua penduduk menyadari akan pentingnya fungsi hutan mangrove tersebut. Indonesia yang memiliki 75% dari total hutan mangrove di Asia Tenggara masih belum bisa mengoptimalkan fungsi hutan mangrove. Sebaliknya, hutan mangrove mengalami degradasi secara sistematis akibat kepentingan manusia. Terjadi alih fungsi hutan mangrove sehingga berdampak pada penurunan kemampuan penyerapan karbon di atmosfer dan terurainya karbon tersimpan melalui proses dekomposisi ke atmosfer. Peran ekosistem mangrove sebagai absorber dan tempat reservoir CO2 berubah menjadi penyumbang emisi CO2 . kondisi tersebut turut serta mempengaruhi perubahan iklim di dunia.
Berdasarkan latar belakang kondisi hutan mangrove tersebut, penulis tesis Estimasi Penyimpanan Karbon pada Substrat Lumpur Mangrove di Kawasan Rehabilitasi Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut III melakukan penelitian terkait fungsi hutan mangrove sebagai absorber karbon. Penelitian ini bertujuan untuk menilai potensi penyimpanan karbon pada substrat lumpur mangrove di kawasan rehabilitasi mangrove di Indonesia. Hasil dari penelitian estimasi penyimpanan karbon pada substrat lumpur mangrove dapat dijadikan acuan dasar dalam penilaian manfaat ekonomis mangrove dalam bentuk komoditi jasa lingkungan C-Sequestration. Oleh karena itu, peneliti meneliti berdasarkan perbandingan pengaruh umur mangrove, kerapatan mangrove, dan ketebalan lumpur mangrove terhadap kandungan C-organik substrat lumpur mangrove.
Penelitian dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari 2011 di hutan Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut III Kabupaten Langkat Provinsi Sumatra Utara. Kawasan itu merupakan hasil rehabilitasi mangrove seluas 200 hektar. Bahan yang digunakan adalah kawasan mangrove dan sampel substrat yang diambil dari masing-masing parameter berdasarkan kelompok umur tanam, yaitu tahun tanam 2003, tahun tanam 2005, dan tahun tanam 2006 di kawasan rehabilitasi Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut III.
Ada dua macam data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer berupa data langsung dari penelitian lapangan untuk mengetahui kondisi nyata pada lokasi pengambilan sampel. Data primer yang diharapkan berupa data pokok untuk estimasi kandungan karbon pada substrat lumpur mangrove seperti kerapatan mangrove, ketebalan mangrove, ketebalan lumpur, C-organik, dan parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, dan Bulk Density (BD). Data sekunder berupa informasi dari pihak lain atau instansi terkait serta berdasarkan sumber-sumber tertentu seperti data statistik, peta, laporan-laporan penelitian sebelumnya, dan dokumen kearsipan.
Penelitian dilakukan dengan melakukan peletakan petak ukur di lapangan yang telah ditentukan dengan menggunakan teknik sistematik sampling pada setiap kelas umur tanam. Intensitas sampling untuk masing-masing lokasi adalah 0,5%. Adapun lokasinya sebagai berikut di kawasan Paluh Cina Mati dengan umur tanam 2003, luas area 50 hektar, dan petak ukur sejumlah 25; di kawasan Paluh Gantung dengan umur tanam 2005, luas area 50 hektar, dan petak ukur sejumlah 25; dan di kawasan Sungai Malimbidai dengan umur tanam 2006, luas area 100 hektar, dan petak ukur sejumlah 50.
Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengambilan sampel substrat lumpur dari setiap petak ukur berdasarkan ketebalan substrat lumpur. Sampel substrat lumpur diambil dengan kedalam 0-50cm pada setiap petak. Setelah itu, pada lokasi yang sama dilakukan penggalian untuk mengambil sampel substrat di bawah dengan kedalaman 750cm. Pengambilan sampel substrat menggunakan ring sampel. Kemudian, sampel substrat dimasukkan ke dalam plastik dan dibawa ke laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta untuk analisis kandungan karbon. Uji kadar C-organik dengan metodeWalkley and Black dengan menggunakan peralatan spektrofotometer. Prinsip yang digunakan adalah karbon organik dalam sampel dioksidasi oleh dikromat dalam suasana asam. Krom III yang terbentuk setara dengan C-organik yang teroksidasi dan unsur diukur secara spektometri.
Analisis prosentase kandungan C-organik menggunakan metode spetrofotometri. Parameter yang digunakan pada perhitungan pendugaan kandungan karbon substrat lumpur mangrove menggunakan luas lahan mangrove, ketebalan substrat lumpur mangrove, bobot isi/ Bulk Density (BD) dan kadar karbon (C-organik) pada setiap lokasi penelitian. Namun penelitian tidak dilakukan secara menyeluruh oleh peneliti. Peneliti melakukan perbandingan dengan penelitian Taufik Widayatma (2011) Estimasi Penyimpanan Karbon di Kawasan Rehabilitasi Mangrove Pantai Utara Kabupaten Rembang sehingga didapatkan rerata perhitungan karbon pada substrat lumpur mangrove di Suaka Margasatwa Karanggading Langkat Timur Laut III 0,80 gr/cm3. Perbedaan kandungan karbon antarkelompok umur menggunakan analisis varians (anova) dan hubungan (asosiasi) antara variable menggunakan analisis regresi berganda yang diolah oleh software SPSS.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kerapatan mangrove meningkat seiring bertambahnya umur tahun tanam. Sebaliknya, ketebalan lumpur mangrove menurun seiring dengan bertambahnya umur tahun tanam. Kandungan karbon substrat lumpur mangrove pada tahun tanam 2003 sebesar 24.038 ton karbon (480,76 ton karbon/ha), tahun tanam 2005 sebesar 14.018 ton karbon (280,36 ton karbon/ha), dan tahun tanam 2006 sebesar 25.113 ton karbon (251,13 ton karbon/ha).
Penelitian ini memberikan analisis substrat karbon pada kawasan hutan mangrove dengan jelas dan detail. Penjabaran penelitian pun tidak berputar-putar sehingga lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum. Selain itu, penelitian menambah wawasan masyarakat tentang urgensi hutan mangrove yang selama ini tidak begitu diperhatikan oleh masyarakat umum. Laporan penelitian ini layak sebagai bahan bacaan bagi mereka yang ingin menambah pengetahuan tentang hutan mangrove Indonesia saat ini. [Mira Tri R.]